KUDUS, Jowonews.com – Produk dupa asal Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mampu menembus pasar nasional dengan pangsa pasar terbesar Provinsi Bali.
“Dari empat ton dupa yang kami produksi setiap bulannya, sekitar 2 ton di antaranya dipasarkan ke Bali,” kata pengusaha dupa wangi asal Desa Kedungdowo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, William Zhao di Kudus, Senin.
Untuk saat ini, kata dia, Bali menjadi salah satu daerah yang membutuhkan pasokan paling besar dibandingkan daerah lainnya.
Sementara daerah lain yang menjadi target penjualannya, yakni Jakarta, Tangerang, Surabaya serta beberapa daerah lainnya di Tanah Air.
Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek, kata dia, permintaan dupa bisa melonjak hingga delapan ton.
Untuk itu, kata dia, sebelum memasuki musim hujan seperti sekarang produksinya dikebut karena proses pengeringannya masih memanfaatkan panas matahari.
Meskipun demikian, kata dia, pihaknya masih kewalahan memenuhi pesanan, sehingga para pekerja terpaksa harus lembur untuk memenuhi pesanan.
Dengan memanfaatkan cahaya matahari, penjemuran membutuhkan waktu sehari ketika cuaca tidak mendung atau hujan, sedangkan saat musim hujan seperti sekarang butuh waktu dua hari atau lebih.
Terkait dengan bahan baku, kata dia, untuk bambu masih harus didatangkan dari Tiongkok karena jauh lebih berkualitas dibandingkan dengan bambu lokal.
“Bambu dari Tiongkok tidak memunculkan arang hitam saat dibakar atau habis terbakar, sedangkan bambu lokal meninggalkan arang hitam usai dibakar,” katanya.
Bahan lain seperti serbuk kayu jati maupun serbuk kayu kiteja, katanya, cukup mudah didapatkan karena banyak pengusaha mebel dan ukir, demikian juga dengan lem dan kalsium. (Jn16/ant)