Jowonews

Anak Keluarga Perokok Cenderung Alami Kekurangan Asupan Gizi

JAKARTA, Jowonews.com – Peneliti Southeast Asian Ministers of Education Regional Centre for Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) dr Grace Wangge, PhD mengatakan anak yang berasal dari keluarga perokok cenderung mengalami kekurangan asupan gizi. “Pihak sekolah juga perlu menyadari bahwa terdapat hubungan erat antara prestasi belajar anak dengan pola konsumsi keluarga perokok,” katanya dalam peluncuran dua usulan kebijakan terkait pembangunan sumber daya manusia di Jakarta, Selasa. Dia menambahkan salah satu aspek yang erat kaitannya dengan peningkatan status kesehatan dan gizi anak, adalah peningkatan pengetahuan siswa dan pencegahan menjadi perokok. Ia menyatakan bahwa belanja bahan makanan pada rumah tangga perokok lebih rendah dibandingkan rumah tangga non-perokok. “Hal itu menyebabkan berkurangnya asupan makanan bergizi dalam keluarga dan akhirnya berimbas pada kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada pelajaran sekolah,” katanya. Saat ini, kata dia, upaya pengendalian tembakau di sekolah diatur dalam PP 109/2012 dan Permendikbud 64/2015. Akan tetapi pelaksanaan kedua peraturan tersebut di sekolah masih belum optimal. “Begitu pula evaluasi maupun penelitian mengenai pelaksanaan pengendalian tembakau dan penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) ini belum pernah terdokumentasi dengan baik keberhasilannya,” katanya. Grace menambahkan sebanyak 32,1 persen anak sekolah (rentang usia 10-18 tahun) di Indonesia pernah mengonsumsi produk tembakau. Direktur SEAMEO RECFON, Muchtaruddin Mansyur mengatakan kebiasaan orang tua merokok di rumah juga mendorong anak untuk merokok setiap hari. “Perilaku merokok dalam keluarga terbukti memengaruhi kesehatan dan status gizi anak, tidak hanya pada anak usia sekolah namun juga balita,” katanya. SEAMEO RECFON, katanya, juga mendorong adanya upaya perbaikan gizi anak sekolah, terutama di daerah yang mempunyai angka prevalensi keluarga dengan perokok yang tinggi. Selain itu, SEAMEO RECFON juga mendorong pemerintah membuat kebijakan mengenai pendidikan orangtua mengenai akibat rokok bagi kesehatan dan kesejahteraan anak. Dua usulan kebijakan yang diusulkan SEAMEO RECFON yakni “Percepatan Penanganan Stunting dengan Pemanfaaatan Pajak dan Cukai Rokok” dan “Pembangunan SDM Unggul Melalui Pengendalian Tembakau dan Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Lingkungan Sekolah”, demikian Muchtaruddin Mansyur. (jwn5/ant)

Dandim Kendal Sertijabkan Danramil 01/Kota Kendal

KENDAL, Jowonews.com – Komandan Kodim 0715/Kendal Letkol inf Ginda Muhamad Ginanjar memimpin upacara serah terima Danramil 01/Kota Kendal pada Senin (27/2) bertempat di Makodim setempat yang dihadiri jajaran perwira dan persit Kartika Candra Kirana Kodim 0715/Kendal. Kapten Caj Sudaryanto yang sebelumnya menjabat sebagai Danramil 01/Kota Kendal digantikan oleh Kapten Inf Agus Sulistyo Praptono yang sebelumnya bertugas di Koramil 14/Salem dari Kodim 0713 Brebes masuk dalam wilayah Korem 071. Sementara itu, Kapten Caj Sudaryanto pindah tugas di Koramil 07/Sukoharjo Kendal. Dandim 0715/Kendal Letkol Inf Ginda Muhammad Ginanjar mengatakan bahwa rotasi maupun mutasi anggota itu merupakan hal yang wajar apalagi sebagai seorang TNI sudah menjadi sumpahnya untuk siap ditempatkan dimana saja. Pihaknya mengucapkan selamat datang untuk Kapten Inf Agus Sulistyo Praptono di Kodim 0715/Kendal dan ia berharap semoga dengan amanah yang telah diberikan dapat membawa hal baik maupun kemajuan bagi Koramil 01/Kota Kendal serta Kodim 0715/Kendal. Selain itu ia juga mengapresiasi kinerja Kapten Caj Sudaryanto selama menjadi Danramil 01/Kota Kendal dimana program-program yang sangat luar biasa telah dilakukan seperti Bintalsik di sekolah-sekolah dan juga Jumat Barokah yang mana merupakan program berbagi kepada masyarakat kurang mampu. “Untuk Kapten Caj Sudaryanto kami ucapkan terima kasih atas kinerjanya selama ini di Koramil 01/Kota Kendal dan diharapkan ditempat yang baru dapat membawa kebaikan yang lebih lagi. Untuk Kapten Inf Agus Sulistyo Praptono kami ucapkan selamat datang dan kami harapkan inovasinya untuk kemajuan Koramil 01/Kota Kendal maupun Kodim 0715/Kendal,” ucap Dandim. Sementara itu, Kapten Caj Sudaryanto mengatakan bahwa pindah tugas bukan hal yang baru baginya sehingga kepindahannya bukan sebuah persoalan akan tetapi akan membawa suasana yang baru. Ia juga menambahkan bahwa kepindahannya dapat menjadikan ia semakin istiqomah menjalani sisa masa tugasnya lantaran tidak lama ia akan memasuki masa pensiun. “Tidak lama kan saya juga akan pensiun jadi ketika dipindah bagi saya dapat menjadi ajang istiqomah baik terkait tugas sebagai TNI maupun kewajiban saja sebagai mahluk Tuhan. Yang jelas sebagai tentara sudah menjadi hal wajar pindah tugas,” katanya.(jwn5/akh)

TKI asal Batang Jateng Meninggal Dunia di Hongkong

BATANG, Jowonews.com – Seorang tenaga kerja Indonesia asal Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Siti Khotijah (37) dikabarkan meninggal di Hong Kong karena mengidap kanker berstadium tinggi. Bupati Batang Wihaji di Batang, Selasa, mengatakan bahwa Siti Khotijah (37) warga Desa Batiombo, Kecamatan Bandar meninggal pada 12 Februari 2020 dan kini masih diupayakan oleh pemkab untuk proses pemulangan jenazah. “Untuk pemulangan jenazah masih menunggu informasi dari Konsulat Jendral RI (KJRI) di Hong Kong. Posisi jenazah, masih di rumah sakit Hong Kong, menunggu administrasi,” katanya. Bupati Wihaji mengatakan berdasar surat dari KJRI Nomor: B-00069/HONG KONG/200214 yang ditujukan kepada Menteri Luar Negeri, Menteri Ketenagakerjaan, Kepala BP2MI (BNP2TKI), pada 6 Februari 2020, Siti Khotijah pingsan dan langsung dilarikan ke rumah sakit setempat. Pada surat dari KJRI yang di tandatangani oleh Perwakilan KJRI Ricky Suhendar itu juga menyebutkan bahwa diagnosa terhadap Siti Khotijah terdapat tumor/kanker pada saluran pernafasan dalam stadium tinggi. Ia mengatakan setelah sampai di rumah sakit, Siti Khotijah yang sudah bekerja selama 20 tahun di Hong Kong itu langsung dimasukkan ke ruang ICU dengan kondisi tidak sadar. Setelah berada di ruang ICU sekitar lima hari, kata dia, pasien dinyatakan meninggal pada tanggal 12 Februari 2020. “Berdasar surat tersebut, KJRI sedang melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait di Hong Kong,” katanya. Ia menambahkan jenazah kini masih berada di rumah sakit di Hong Kong dan pihak KJRI juga sudah turun membantu untuk menyelesaikan hak-hak Siti Khotijah yang belum terselesaikan. (jwn5/ant)

Polres Pati Ungkap Prostitusi Manfaatkan Rumah Warga

PATI, Jowonews.com – Aparat Kepolisian Resor Pati masih menemukan tempat prostitusi meskipun sudah berulang kali menggelar operasi penyakit masyarakat di berbagai daerah, menyusul ditemukannya tempat prostitusi yang memanfaatkan rumah warga, Senin. Menurut Kepala Satuan Tugas Khusus Kebo Landoh Polres Pati AKP Sugino di Pati, Senin, dalam menggelar operasi penyakit masyarakat di Kecamatan Tayu, Senin (17/2), ditemukan tempat prostitusi dengan mengamankan lima pekerja seks komersial. Selain itu, polisi juga mengamankan seorang pelanggan yang terciduk saat razia di sebuah rumah, Desa Sambiroto, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati. Di lokasi serupa, juga ditemukan alat kontrasepsi siap pakai yang berjumlah ratusan bungkus. Operasi tersebut, lanjut dia, merupakan tindak lanjut atas informasi masyarakat yang menyebutkan adanya lokasi yang diduga dijadikan tempat transaksi. “Warga juga merasa resah dengan kegiatan ilegal tersebut,” ujarnya. Di dalam bangunan yang dijadikan tempat prostitusi tersebut, terdapat sembilan kamar dengan tarif sekali kencan sebesar Rp150 ribu. Dari tarif sebesar itu, kata dia, mucikarinya mendapatkan jatah sebesar Rp50 ribu, sedangkan sisanya untuk pekerja seks. Pada saat dilakukan operasi di lokasi prostitusi yang diduga beroperasi sejak lama itu, tidak ditemukan mucikari. Lima pekerja seks tersebut bersama seorang tamu laki-laki dibawa ke Kantor Polsek Tayu untuk diberikan pembinaan, sedangkan ratusan bungkus alat kontrasepsi bakal dijadikan barang bukti. (jwn5/ant)

Ganjar Dukung Total Wacana Ganti Skripsi dengan Pengabdian di Desa Tertinggal

SEMARANG, Jowonews.com – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendukung wacana skripsi yang selama ini menjadi syarat kelulusan mahasiswa strata satu diganti menjadi praktik pengabdian di desa-desa tertinggal sebagai upaya percepatan sekaligus pemerataan pembangunan desa. “Saya mendukung penuh ide ini karena desa memang butuh kaum-kaum cendekiawan untuk maju,” katanya di Semarang, Selasa. Menurut Ganjar, berbagai persoalan yang ada di desa bisa dikoordinasikan dengan sumber daya perguruan tinggi, dan seluruh desa mendapat pendampingan rutin dan berkelanjutan, maka semua akan lebih mudah. “Karena pasti berbasis riset, persoalan terumuskan dengan baik, perencanaan pembangunan baik dan berkelanjutan. Ini ide bagus, mahasiswa tidak hanya wajib membuat skripsi, namun pengabdian di desa itu bisa menjadi tugas akhir yang konkret,” ujarnya. Politikus PDI Perjuangan itu menyebutkan potensi sumber daya pendidikan tinggi di Jateng sangat besar, bahkan beberapa perguruan tinggi sudah banyak berkecimpung dalam pembangunan di desa. “Ada yang menggarap desa wisata, desa tangguh bencana dan lainnya. Dengan program ini, maka pendampingan masyarakat desa akan semakin sempurna,” katanya. Wacana penggantian skripsi menjadi pengabdian di desa tersebut dikemukakan oleh Menteri Desa, Pembanguban Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar yang menginginkan agar skripsi tidak hanya menjadi satu-satunya syarat kelulusan. Menurut dia, usulan itu sudah disampaikan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan disambut baik serta ditindaklanjuti karena sejalan dengan program Kampus Merdeka yang dicanangkan sebelumnya. (jwn5/ant)

BNNP Jateng Ungkap Cuci Uang Uang Hasil Narkoba Disimpan di KUD

SEMARANG, Jowonews.com – Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Jawa Tengah membongkar praktik tindak pidana pencucian uang hasil bisnis narkotika dengan cara disimpan di rekening sebuah Koperasi Unit Desa (KUD) di Kabupaten Jepara. “Untuk menyamarkan agar tidak termonitor Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia, uang disimpan di KUD,” kata Kepala BNN Jawa Tengah Brigjen Pol.Benny Gunawan di Semarang, Selasa. Menurut dia, TPPU ini diungkap dari jaringan bisnis narkotika yang dikendalikan oleh Muzaidi, terpidana kasus penyalahgunaan narkotika yang saat ini mendekam di Lemabaga Pemasyarakatan Klas I Kedungpane Semarang. Dalam pengungkapan tersebut, petugas juga menetapkan tiga tersangka yang merupakan kerabat Muzaidi. Ketiga tersangka tersebut masing-masing AM adik Muzaidi, MH adik ipar Muzaidi yang juga suami AM, dan MDAM anak Muzaidi. Ketiganya, menurut Benny, memiliki peran masing-masing dalam jaringan narkoba itu. “Para tersangka ini merupakan operator dan penampung uang hasil bisnis narkotika Muzaidi,” katanya. Dalam pengungkapan itu, BNN mengamankan barang bukti uang sekitar Rp1 miliar yang sebelumnya disimpan di KUD dan sejumlah bank, serta sebuah mobil dan dua sepeda motor. Para tersangka selanjutnya akan dijerat dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang tindak pidana pencucian uang serta Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang pemberantasan narkotika. (jwn5/ant)

Mantan Napi: Radikalisme Tidak Boleh Dialamatkan pada Agama Manapun Apalagi Islam

SOLO, Jowonews.com – Seorang mantan napiter penulis buku “Hijrah dari Radikal Kepada Moderat”, Haris Amir Falah menyebutkan radikalisme tidak boleh dialamatkan kepada agama manapun, termasuk pada agama Islam. “Kata radikalisme menurut pandangan saya yang aslinya bukan dari ajaran Islam,” kata Haris Amir Falah mantan Napiter dalam acara Bedah Bukunya berjudul “:Hijrah dari Radikal kepada Moderat:, di Auditorium Muhammad Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Selasa. Haris Amir Falah merupakan mantan napiter yang ditangkap oleh aparat keamanan saat latihan militer di Aceh pada 2010 , dan kemudian divonis 4,5 tahun dalam acara bedah bukunya berisi sebuah rekaman perbuatan pemikiran dan sikap penulis yang dituangkan dalam sebuah tulisan ringkas dengan segala keterbatasan. “Saya mencoba menulis perubahan pemikiran dan sikap saya tentang ajaran Islam, yakni dari paham yang ekstrem dan radikal menjadi moderat,” kata Haris. Menurut Haris judul buku Hijrah dari Radikal ke Moderat memang masih memancing kontroversi ada sebagian orang mengatakan kalimat radikal dan moderat ini, masih banyak diperdebatkan. “Sebenarnya dari buku yang ditulis berjudul dari radikal ke moderat ini, menceritakan tentang perjalanan hidup saya sepanjang mempelajari tentang Islam kemudian berinteraksi dengan berbagai organisasi gerakan yang ada di Indonesia,” katanya. Bahkan, kata dia, di dalam buku tersebut rekam jejak ditulis semenjak duduk di bangku SMA kelas 2 sekitar 1984 hingga sekarang ini. Dirinya menulis buku ini, sebenarnya jauh sebelum muncul kembali isu soal radikalisme, sehingga sebagai sebuah pengalaman pribadi yang dituangkan dalam tulisan. “Pada buku ini, yang saya pahami dengan radikalisme adalah paham keagamaan yang berideologi kekerasan, kemudian terlalu keras memahami agama, dan juga berlebih-lebihkan yang akhirnya melahirkan intoleransi di dalam beragama baik intoleransi sesama kaum Muslimin maupun terhadap orang-orang di luar Islam. Bahkan, kadang juga pada akhirnya akan melahirkan aksi-aksi teror,” katanya. Dia mengatakan tentang moderat yaitu sikap teguh memegang Islam, dan saat yang bersamaan menghormati segala perbedaan, serta akhirnya melahirkan sikap yang santun. Jadi menempatkan diri menjadi seorang moderat itu, tidak sama dirinya menggeser diri dari radikal kepada liberal. Moderat yang dimaksud antara antara radikal dan liberal. “Seorang yang moderat itu, bukan berarti saya mengatakan semua agama itu, sama atau semua agama itu, benar. Saya punya prinsip bahwa yang benar itu, adalah Islam, tetapi membangun toleransi memberikan hak hidup kepada agama yang lain, sesuai dengan keyakinan masing-masing,” katanya. Penulis Haris Amir Falah yang lahir di Jakarta pernah menjabat ketua Lajnah Perwakilan Jakarta, Majelis Mujahidin Indonesia 2001–2008, Amin Jamaah Ansharut Tahuhid (JAT) 2008-2010, Amin Jamaah Ansharut Syariah (JAS) Jakarta 2013-2016, Pembina Lembaga Dawah Thoriquna 2017 hingga sekarang Pendidik di SMP Darul Ma’arif Jakarta, SMA Negeri 46 Jakarta pernah kuliah di Universitas Muhammadiyah Cirendeu Ciputat Tangerang. Narasumber lainnya, Dr. Amir Mahmud M.AG selakui pengamat Pergerakan Islam mengatakan radikal dinilai ada tiga kategori yakni dalam bentuk lisan atau ujaran kebencian. Hal ini, sangat berpotensi sangat radikal. Kedua radikal dalam bentuk fisik yakni mereka tidak suka kemudian melakukan kekerasan, dan ketiga bentuk ekstrim, yakni mereka yang ingin mengubah suatu tatanan nilai bangsa manapun itu radikalisme. “Radikalisme itu, bukan Islam. Islam bukan radikalisme. Namun, radikalisme itu, seseorang atau kelompok yang melakukan paham radikal,” kata Amir Mahmud. Pada acara bedah buku Hijrah dari Radikal Kepada Moderat, juga menghadirkan narasumber lain, antara lain Dr. Mu’inudinillah Basri MA (Ketua Dewan Syariah Kota Surakarta), dan Prof. Dr, Jamhari Makruf, MA (Direktur Pasca Sarjana UIN Jakarta). (jwn5/ant)

Wakil Bupati Uji Coba ‘Command Center’ Kabupaten Magelang Untuk Sensus Penduduk

MAGELANG, Jowonews.com – Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, melakukan uji coba fasilitas “command center” atau pusat komando terkait sosialisasi sensus penduduk secara online bersama beberapa kecamatan yang dipimpin oleh Wakil Bupati Magelang Edi Cahyana. Edi Cahyana di Magelang, Senin, mengatakan uji coba fasilitas command center berjalan dengan lancar meskipun masih ada sedikit perbaikan terkait kualitas suara dan gambar sehingga koordinasi dengan masing-masing kecamatan semakin cepat dan lebih efisien. “Alhamdulilah uji coba Command Center hari ini berjalan dengan baik. Artinya secara visual gambar dan suara bisa ditangkap dengan baik di beberapa kecamatan dan desa. Tentu hal ini harus ditindaklanjuti supaya ke depan bisa lebih baik lagi kaitan dengan kualitas gambar dan suaranya,” katanya. Ia berharap fasilitas ini dapat terintegrasi dengan 372 desa yang ada di Kabupaten Magelang. Edi juga meminta agar tim teknis untuk segera memperbaiki beberapa kekurangan yang terdapat di Kecamatan Mungkid dan Mertoyudan. “Karena ini baru uji coba pertama kali, maka saya minta agar tim teknis bisa segera memperbaiki,” katanya. Ia juga berharap dengan adanya fasilitas command center dapat lebih efisiensi waktu sehingga segala kebijakan yang akan dilakukan oleh bupati bisa langsung tersampaikan kepada jajaran di kecamatan dan desa. “Apa yang terjadi di masyarakat bisa langsung tersampaikan kepada Pemkab Magelang. Begitu juga dengan kebijakan-kebijakan pemkab akan lebih mengena dan tepat sasaran,” katanya. Sekretaris Daerah Kabupaten Magelang Adi Waryanto menyampaikan command center ini setidaknya akan membantu dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan masyarakat, dan juga proses pembangunan. Menurut dia fasilitas tersebut merupakan bagian untuk mengikuti pola teknologi informasi yang harus dihadapi bersama ke depan. Oleh karena itu, katanya dengan adanya fasilitas tersebut diharapkan dapat mempermudah kepala daerah untuk berkoordinasi dengan bawahan, dalam hal ini perangkat kecamatan dan desa dan tidak harus tatap muka secara langsung dengan menggunakan teknologi ini. “Oleh karena itu, fasilitas ini dirasa lebih cepat, efisien, dan efektif,” katanya. (jwn5/ant)