Jowonews

Warga Jepara Tetap Bersilaturahmi di Tengah Pandemi

JEPARA, Jowonews.com – Sejumlah warga di Kecamatan Donorojo dan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, masih tetap melakukan silaturahmi secara langsung alias open house pada hari pertama Idul Fitri 1441 Hijriah, Minggu (24/5 meskipun di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19). Berdasarkan pantauan di Jalan Raya Jepara-Pati, di Kecamatan Keling, Jepara, usai Shalat Idul Fitri sebagian warga tetap berkeliling kampung dari rumah ke rumah untuk bersilaturahmi dengan berkendaraan sepeda motor maupun jalan kaki secara rombongan. Kondisi serupa juga terlihat di Jalan Benteng Portugis Kecamatan Donorojo, juga terlihat lalu lalang warga berjalan kaki maupun berkendara roda dua untuk bersilaturahmi dan mayoritas merupakan warga yang berpakaian muslim sebagai ciri khas untuk bersilaturahmi ke rumah-rumah yang lazim dilaksanakan ketika Hari Raya Idul Fitri. Pintu rumah warga juga terlihat terbuka dan di dalamnya tersedia aneka makanan yang memang disediakan untuk para tamu, meskipun ada yang memang ditutup rapat. Terlihat pula rombongan pemuda yang bercengkerama di jalan ketika tengah berpapasan dengan temannya dan saling berjabat tangan dan tak satupun yang mengenakan masker. “Di Wilayah Donorojo memang masih banyak warga yang bersilaturahmi dari rumah ke rumah, meskipun tidak seramai Lebaran tahun lalu,” kata Masnukin warga Tulakan di Jepara, Minggu. Meskipun demikian, dia mengaku, tetap membatasi tamu yang berkunjung, dengan memprioritaskan dari keluarga dekat, selebihnya pintu rumah ditutup agar tidak menimbulkan kekecewaan. Kusnan, warga Desa Klepu, Kecamatan Keling juga mengakui tidak berkeliling kampung seperti tahun lalu, meskipun rumahnya juga dikunjungi warga sekitar. “Saya tetap menerima tamu yang berkunjung. Tetapi, banyak pula warga yang tidak berkeliling kampung demi menghindari penularan virus corona karena warga yang berkunjung dari rumah ke rumah hanya terlihat pagi hari, sedangkan siang harinya sudah jarang,” ujarnya. Warga masih berani bersilaturahmi secara langsung, kata dia, karena menganggap di desanya tidak ada warga yang memiliki riwayat perjalanan dari daerah pandemi COVID-19. Pemkab Jepara sendiri mengimbau warganya tidak menggelar Salat Idul Fitri berjamaah di masjid demi mencegah penyebaran COVID-19, termasuk melarang bersilaturahmi secara langsung demi menghindari penyebaran virus corona karena bisa dilakukan melalui media sosial atau video call atau conference. (jwn5/ant)

Tahun Ini Pemkot Surakarta Layani Open House Lewat Video Call

SOLO, Jowonews.com – Pemerintah Kota Surakarta pada Idul Fitri 1441 Hijriah ini hanya melayani “open house” secara daring mengingat masih berlakunya peraturan jaga jarak akibat belum usainya masa pandemi COVID-19 di dalam negeri. “Banyak cara untuk bisa tetap menyambung tali silaturahim di saat Lebaran. Tetap jaga jarak, jaga kesehatan, dan cuci tangan,” kata Wakil Wali Kota Surakarta Achmad Purnomo di Solo, Minggu. Ia mengatakan pelaksanaan “open house” tersebut terbuka untuk umum. Menurut dia, antusiasme masyarakat mengikuti “open house” daring tersebut sangat tinggi. “Ratusan orang bergantian mengikuti ‘open house’ daring dan kami menerima sebanyak 1.500 kiriman ucapan Lebaran via whatsapp,” katanya. Ia mengatakan kegiatan tersebut dilakukan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 khususnya di Kota Solo. Pada kegiatan yang dilaksanakan mulai pukul 09.00-12.00 WIB di Rumah Dinas Wakil Wali Kota tersebut bukan hanya Wakil Wali Kota Surakarta yang melayani “open house” tetapi juga Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo dan beberapa pejabat lain. Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Surakarta Gareng S Haryanto mengatakan baru kali ini mengikuti “open house” daring. “‘Open house’ kan memang dilakukan di rumah dinas pak Purnomo setiap tahunnya. Biasanya ya secara langsung, setelah Salat Idul Fitri saya langsung ke sana, tetapi suasana tahun ini kan beda,” katanya. Ia mengatakan mendukung langkah pemerintah tersebut karena bertujuan untuk menghindari kerumunan massa di tengah pandemi COVID-19. (jwn5/ant)

Bertambah Lagi, Positif COVID-19 di Kudus Kini Jadi 34 Kasus

KUDUS, Jowonews.com – Jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, saat ini bertambah lagi setelah sebelumnya hanya satu orang, kini bertambah satu orang menjadi dua orang sehingga total 34 kasus yang dinyatakan positif COVID-19. “Jika ditotal dengan pasien luar daerah, saat ini ada empat kasus terkonfirmasi positif COVID-19. Dua di antaranya dari dalam wilayah dan dua lainnya dari luar wilayah,” kata Juru Bicara Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 Kabupaten Kudus Andini Aridewi di Kudus, Senin. Ia mengungkapkan data sebelumnya ada dua kasus, kemudian ada tambah kasus positif dua orang dari dalam wilayah dan luar wilayah. Salah satunya, laki-laki (57) dengan tempat tinggal di Kecamatan Kota Kudus dan menjalani perawatan di RSUD Loekmono Hadi Kudus pada tanggal 21 Mei 2020. Dalam penelusuran sementara, pasien tersebut tidak ada ada kontak penderita maupun riwayat perjalanan dari daerah pandemi. Sementara pasien kedua, juga laki-laki dengan usia 61 tahun asal Gajah, Kabupaten Demak yang menjalani perawatan di rumah sakit yang sama sejak 23 Mei 2020. “Informasinya, pasien tersebut juga tidak memiliki riwayat kontak maupun perjalanan ke daerah terjangkit,” ujarnya. Hasil swab (usap) tenggorokan kedua pasien tersebut baru diterima pada Minggu (24/5) pagi. Dengan adanya tambahan kasus baru, total kasus COVID-19 yang dirawat di rumah sakit di Kabupaten Kudus sebanyak 51 kasus, 34 kasus di antaranya dari Kabupaten Kudus dan 17 kasus dari luar Kudus. Sebanyak 34 kasus yang terjadi di Kudus, dua orang di antaranya menjalani perawatan, 28 orang dinyatakan sembuh dan empat orang meninggal dunia. Sementara 17 kasus dari luar wilayah, dua orang di antaranya masih dirawat, sebanyak15 orang dinyatakan sembuh. (jwn5/ant)

129 Napi Lapas Wanita Semarang dapat Remisi Idul Fitri

SEMARANG, Jowonews.com – Sebanyak 129 narapidana (napi) penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wanita Semarang memperoleh pengurangan masa hukuman atau remisi Idul Fitri 1441 Hijriah. “Tidak ada yang langsung bebas pada remisi Lebaran kali ini,” kata Kepala Lapas Wanita Semarang Asriati Kerstiani, di Semarang, Minggu. Besaran pengurangan hukuman itu, lanjut dia, bervariasi antara 15 hari hingga 2 bulan. Pada Lebaran kali ini, kata dia, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena tidak ada kunjungan terhadap para warga binaan oleh keluarga masing-masing. Sebagai gantinya, kata dia, para napi bisa memanfaatkan fasilitas video call untuk menghubungi keluarganya. Sedangkan di Lapas Kelas I Kedungpane Semarang terdapat 474 napi yang memperoleh pengurangan masa hukuman. Di tempat tersebut, Kepala Lapas Kedungpane Dadi Mulyadi juga menyebut tidak ada napi yang langsung bebas usai menerima remisi. Lapas tersebut juga meniadakan kunjungan keluarga saat Lebaran kali ini sebagai bagian dari pencegahan penyebaran pandemi COVID-19. Sebelumnya, Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah mencatat 5.296 napi memperoleh pengurangan masa hukuman dalam rangka Idul Fitri 1441 Hijriah. (jwn5/ant)

Warga Solo Dirikan ‘Jemuran Berbagi’ untuk Berbagi Rezeki di Tengah Pandemi

SOLO, Jowonews.com – Sejumlah warga Kota Solo, Jawa Tengah berbagi rezeki di tengah pandemi COVID-19 dengan mendirikan “Jemuran Berbagi” untuk warga kurang mampu. “Pada ‘Jemuran Berbagi’ ini kami memajang aneka makanan yang telah dibungkusi plastik,” kata salah satu warga yang juga pegiat Sosial Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) Joyosuran, Pasar Kliwon, Solo, Tri Purwadi di Solo, Ahad. Ia mengatakan beberapa jenis makanan yang dipajang tersebut di antaranya sayuran, buah, makanan ringan, telur ayam, daging ayam, telur puyuh, mi instan, dan es buah. Selanjutnya, kata dia,  warga kurang mampu yang membutuhkan makanan tersebut bisa mengambilnya. “Ide ini muncul dari warga kampung setelah terjadi pandemi corona yang telah meruntuhkan ekonomi warga,” katanya. Ia mengatakan dana yang digunakan untuk berbelanja makanan tersebut berasal dari hasil donasi warga sekitar dan sebagian lagi merupakan sumbangan dari dermawan luar daerah. Menurut dia, makanan tersebut dipajang di jemuran baju yang diletakkan tepat di depan rumahnya di Gabudan RT 01 /RW 08 Joyosuran, Pasar Kliwon. Selain itu, “Jemuran Berbagi” ini juga ada di Kampung Mipitan Semanggi RT 06 /RW 05 Mojo, Pasar Kliwon dan Kampung Ngledokan RT 03 /RW 03, Joyosuran, Pasar Kliwon. “Pesan kami dalam aksi ini adalah longgarkan rezekimu untuk berbagi, ‘sing raiso blonjo njupuko, sing barange okeh nyumbango‘ (yang tidak bisa belanja silakan ambil, yang lebih berkecukupan berdermalah yang banyak), dan ingatlah berbagi jangan selalu diingat,” katanya. Menurut dia, sejak didirikan pada tanggal 2 April hingga saat ini, masyarakat telah membagikan mi instan sebanyak 50 karton, 95 kg telur ayam, 50 kg gula pasir, 200 bungkus teh kemasan kecil, 200 kg beras, 2.500 masker, dan 5 colt sayuran segar. “Mudah-mudahan kegiatan kami ini bisa membantu masyarakat yang memang membutuhkan dan secara langsung terdampak COVID-19,” demikian Tri Purwadi . (jwn5/ant)

Akademisi: Idul Fitri Momentum Tingkatkan Kesalehan Sosial

PURWOKERTO, Jowonews.com – Akademisi dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto Muridan mengatakan peringatan Hari Raya Idul Fitri 2020 merupakan momentum untuk meningkatkan kesalehan sosial. “Idul Fitri di tengah pandemi COVID-19 merupakan momentum untuk meningkatkan kesalehan sosial. Kesalehan dalam Islam sebenarnya bukan hanya individual tetapi juga sosial,” katanya di Purwokerto, Banyumas, Ahad. Kepala Laboratorium Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto itu menjelaskan bahwa selama ini kesalehan individual sudah sering terlihat, misalnya semangat dalam menjalankan ibadah puasa, Shalat Tarawih dan Shalat Idul Fitri. “Kesalehan individual seharusnya juga melahirkan kesalehan sosial. Dalam Al Quran kata amanu seringkali digandeng dengan kata wa’amila shaliha. Namun kenyataannya, banyak umat yang lebih mementingkan ibadah individual atau ritualnya saja,” katanya. Menurut dia, ibadah ritual perlu sejalan dengan perilaku sosial. “Ibadah ritual perlu sejalan dengan perilaku sosial, misalkan berperilaku bertanggung jawab, tidak iri, tidak dengki, amanah, memiliki etos kerja, tidak menyakiti orang lain, mau berbagi rezeki dan lain sebagainya,” katanya. Dia menambahkan bahwa pada saat situasi pandemi seperti sekarang ini seharusnya seimbang antara kesalehan individual dan kesalehan sosial. “Sebaiknya jangan hanya asyik menunaikan ibadah mahdhah atau ritual tetapi lupa menunaikan ghairu mahdhah atau sosial,” katanya. Dia menambahkan pada saat pandemi, sudah seharusnya seseorang makin meningkatkan kualitas ibadah sosial. “Bukankah salah satu dari ajaran puasa adalah agar kita dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang tidak mampu. Islam mengajarkan kepada kita untuk peduli pada orang yang tidak mampu seperti melalui zakat sedekah bahkan hibah,” katanya. Dia menambahkan Islam mengajarkan soal akhlak, perilaku kesantunan, cinta kasih dan saling berbagi kebaikan kepada sesama.“Islam mengajarkan bahwa di dalam harta kita ada hak-hak orang lain yang harus ditunaikan. Mari berbagi saat pandemi sebagai wujud terbangunnya kesalehan individu dan kesalehan sosial,” katanya. (jwn5/ant)

Akibat Pandemi, Omzet Pengrajin Batik di Kudus Turun 50 Persen

KUDUS, Jowonews.com – Omzet pengrajin batik tulis khas Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, selama Ramadhan mengalami penurunan hingga 50 persen lebih dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menyusul adanya wabah penyakit virus corona (COVID-19). “Seharusnya, momen puasa hingga menjelang Lebaran menjadi sangat berarti bagi pengrajin batik karena banyak pembeli. Akan tetapi, omzet penjualan batik pada puasa Ramadhan tahun ini justru turun drastis,” kata Pemilik Sanggar Muria Batik Kudus Yuli Astuti di Kudus, Minggu. Penurunan omzet penjualannya, kata dia, bisa mencapai 50-an persen lebih dibandingkan bulan puasa tahun sebelumnya karena benar-benar sepi pembeli. Jika sebelumnya bisa menjual hingga ratusan potong kain batik maupun pakaian batik tulis, maka selama puasa hingga menjelang Lebaran 2020 tidak banyak pesanan yang diterima. Dalam rangka menarik minat pembeli di tengah pandemi COVID-19, maka diapun mencoba membuat pakaian batik tulis lengkap dengan masker dengan motif yang sama. Selain itu, disediakan pula parsel dengan motif yang sama antara mukena, sajadah dan masker wajah atau parsel yang berisi pakaian muslim dan sajadah mendapatkan bonus masker wajah dengan motif yang sama pula. Hasilnya, lanjut dia, memang ada pemesanan ke beberapa kota besar, seperti Makasar, Palembang, Jakarta dan beberapa kota di luar jawa, meskipun harganya juga tidak murah karena berkisar Rp250 ribu hingga Rp350 ribu untuk setiap parselnya. Termasuk, lanjut dia, pesanan khusus masker dari kain batik yang memang dibuat untuk mengikuti tren permintaan selama COVID-19. “Jika dijumlahkan, maka omzetnya memang masih kalah jauh dibandingkan momen puasa tahun lalu,” ujarnya. Meskipun demikian, dia mengaku bersyukur, masih ada penjualan dan pekerjanya masih bisa tetap bekerja selama puasa karena menyelesaikan pesanan sebelum memasuki bulan puasa serta pesanan masker. Terkait dengan ketersediaan bahan baku, katanya, tidak ada permasalahan, meskipun harganya juga ikut melonjak, namun karena hampir semua pengrajin batik juga mengalami dampak yang sama, akhirnya permintaan bahan baku juga tidak tinggi sehingga di pasaran masih tersedia stok. (jwn5/ant)

Shalat Id di Rumah, HNW: Tidak Kurangi Kekhusyuan Ibadah

JAKARTA, Jowonews.com – Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) mengatakan dirinya bersama keluarga melaksanakan Shalat Idul Fitri 1441 Hijriah di rumah, dan ini tidak mengurangi kekhusyukan beribadah di tengah pandemi COVID-19. “Saya bersama keluarga menyelenggarakan Shalat Id di rumah. Saya menjadi imam shalat dan khatib,” kata HNW, di Jakarta, Minggu. Dia mengatakan kekhusyukan ibadah tergantung dari niat dan cara memahaminya karena ada yang menilai ibadah tidak khusyuk kalau tidak ramai. HNW menilai ibadah bukan hanya karena syiar saja, namun keikhlasan hati dan ketulusan niat dalam menjalankannya. “Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita kalau mendapatkan nikmat, itu baik namun kalau mendapatkan musibah, maka bersabar itu baik,” ujarnya. Dia mengatakan pandemi COVID-19 sudah terjadi secara global, dan para ulama dunia telah ada kesepahaman ijtihad global yaitu kalau kondisi penyebaran COVID-19 tidak terkendali maka shalat di rumah sama dengan shalat di tempat lain atau masjid. Politisi PKS itu menilai ibadah di rumah sesuai dengan fatwa ulama, karena alasan kedaruratan khususnya di tengah kekhawatiran meluasnya penyebaran COVID-19. “Jangan merasa beribadah di rumah seolah-olah tidak beribadah, di rumah pun beribadah karena dalam kondisi darurat. Di wilayah yang tidak masuk kondisi darurat (COVID-19), maka sebaiknya di masjid namun hal itu jangan dijadikan sebagai kesombongan karena karunia Allah SWT harus disyukuri bukan ditakaburi,” katanya lagi. Selain itu, HNW mengatakan dalam khotbah singkat yang diberikannya dalam Shalat Id di rumah, dirinya menekankan bahwa Islam mengajarkan agar manusia tidak pernah putus asa. Menurut dia, Islam mengajarkan bahwa setiap peristiwa yang terjadi menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SW, keluarga, dan umat manusia. “COVID-19 yang sudah lebih dari dua bulan ini, termasuk di bulan Ramadhan, kami melakukan Shalat Tarawih dan tadarus bersama. Keluarga kami ada yang khatam Al Quran hingga empat kali,” ujarnya pula. (jwn5/ant)