Jowonews

PT KAI Kembali Operasikan KA Joglosemarkerto dan KA Turangga

PURWOKERTO, Jowonews.com – Perseroan Terbatas Kereta Api Indonesia (Persero) mengoperasikan kembali KA Joglosemarkerto dan KA Turangga mulai tanggal 3 Juli setelah sempat dihentikan sementara sebagai upaya mendukung kebijakan pemerintah dalam rangka mencegah penyebaran COVID-19. “Namun pengoperasian KA Joglosemarkerto dan KA Turangga itu hanya dilakukan setiap hari Jumat, Sabtu, dan Minggu,” kata Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi 5 Purwokerto Supriyanto di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis. Dalam hal ini, kata dia, KA Joglosemarkerto yang kembali dioperasikan melayani relasi Purwokerto-Yogyakarta-Solo PP dan Purwokerto-Semarang-Solo PP, sedangkan KA Turangga melayani relasi Surabaya Gubeng-Kroya-Bandung-Gambir PP. Seiring dengan beroperasinya kembali KA Joglosemarkerto, lanjut dia, PT KAI (Persero) juga mengoperasikan kembali KA Kamandaka relasi Semarang Tawang-Purwokerto yang diberangkatkan dari Stasiun Tawang pada pukul 20.30 WIB. “Sama seperti KA Joglosemarkerto, KA Kamandaka relasi Semarang Tawang-Purwokerto yang diberangkatkan pada malam hari itu hanya dioperasikan pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu,” jelasnya. Ia mengatakan PT KAI (Persero) sebelumnya telah mengoperasikan kembali KA Kamandaka relasi Purwokerto-Semarang Tawang PP yang setiap harinya diberangkatkan dari Stasiun Purwokerto pada pukul 05.00 WIB dan dari Stasiun Semarang Tawang pada pukul 11.00 WIB. Menurut dia, beberapa kereta api jarak jauh lainnya yang telah dioperasikan kembali di wilayah PT KAI Daop 5 Purwokerto terdiri atas KA Serayu Pagi relasi Purwokerto-Kroya-Kiaracondong-Pasarsenen, KA Kahuripan relasi Blitar-Madiun-Kutoarjo-Maos-Kiaracondong PP, dan KA Bengawan relasi Purwosari-Purwokerto-Pasarsenen PP. “PT KAI (Persero) juga telah mengoperasikan kembali dua KA Lokal Prameks relasi Kutoarjo-Solo PP,” katanya. Lebih lanjut, Supriyanto mengatakan pengoperasian kembali perjalanan KA tetap mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 41 Tahun 2020 tanggal 8 Juni 2020 tentang Pengendalian Transportasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Selain itu, Surat Edaran Direktur Jenderal Perkeretaapian Nomor 14 Tahun 2020 tanggal 8 Juni 2020 tentang Pedoman dan Petunjuk Teknis Pengendalian Transportasi Perkeretaapian Dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru untuk Mencegah Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19, serta Surat Edaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Nomor 9 Tahun 2020 tanggal 26 Juni 2020 tentang Kriteria Persyaratan Perjalanan Orang Dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju Masyarakat Produktif dan Aman Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) “Untuk masyarakat yang hendak melakukan perjalanan menggunakan KA Kamandaka maupun KA Joglosemarkerto yang termasuk dalam perjalanan orang di dalam wilayah atau kawasan aglomerasi, harus memenuhi persyaratan berupa dalam kondisi sehat serta tidak sedang menderita influenza, batuk, maupun demam dengan suhu badan tidak lebih dari 37,3 derajat Celcius, wajib menggunakan masker selama berada di area stasiun maupun di atas KA, menggunakan pakaian lengan panjang atau jaket sebagai pelindung diri, selalu menjaga jarak saat berada dalam antrean di loket maupun saat ‘boarding’, dan mengurangi berbicara saat berada di dalam KA untuk menghindari penyebaran virus melalui droplet,” katanya. Khusus untuk calon penumpang KA Turangga, kata dia, PT KAI juga memberikan syarat tambahan bagi calon penumpang berupa surat hasil tes usap (PCR) negatif atau tes cepat dengan hasil nonreaktif yang berlaku 14 hari atau Surat Keterangan Dokter yang menyatakan penumpang bebas dari influenza, batuk, dan demam.  (jwn5/ant)

800.000 Ton Gula Petani Bakal Diserap Perusahaan Importir

KUDUS, Jowonews.com – Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menyampaikan terima kasih kepada pemerintah yang mendengarkan keluhan dan aspirasi petani tebu dengan menugaskan importir gula untuk membeli gula petani yang jumlahnya diperkirakan antara 700.000-800.000 ton. “Menindaklanjuti rencana pembelian gula petani tersebut, DPN APTRI memohon agar bisa direalisasikan secepatnya karena harga jual gula di tingkat petani cenderung turun,” kata Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional APTRI M. Nur Khabsyin melalui whatsapp usai mengikuti pertemuan antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) dengan pengurus DPN APTRI di kantor Menko Perekonomian, Kamis. Dalam pertemuan tersebut, hadir Menko Perekonomian Airlangga Hartarto beserta jajaran serta Ketua Umum dan Sekjen DPN APTRI serta pengurus APTRI dari Jatim, Jateng, Jabar dan Daerah Istimewa Yogayarkarta. Pertemuan yang berlangsung selama satu jam tersebut, membahas tindak lanjut pembelian gula petani oleh perusahaan importir gula. Ia berharap segera direalisasikan karena petani juga membutuhkan dana dari hasil penjualan gulanya untuk mengolah tanaman lagi. Untuk harga jual gula petani saat ini, berkisar Rp10.200 per kilogram atau ada kenaikan tipis dibandingkan pekan sebelumnya yang hanya Rp10.000/kg karena ada sentimen positif bahwa gula petani akan dibeli oleh importir gula. “Petani setuju harga pembeliannya sama dengan harga jual gula impor kepada distributor, yakni Rp11.200/kg dengan jumlah gula petani antara 700.000-800.000 ton,” ujarnya. Menteri Koordinator Perekonomian, lanjut dia, juga setuju dengan harganya sebesar Rp11.200/kg karena sudah sesuai dengan patokan harga di Kementerian Perdagangan untuk harga di tingkat produsen yang dijual kepada distributor. Sementara Menko Perekonomian sendiri, lanjut dia, memahami aspirasi petani tebu dan dalam waktu dekat akan memanggil perusahaan yang mendapatkan izin impor gula untuk membahas mekanismenya, termasuk membagi kuota untuk masing-masing perusahaan.  (jwn5/ant)

Pembebasan Lahan Jadi Hambatan Proyek Jalan Tol Semarang–Demak Seksi I

SEMARANG, Jowonews.com – Pembangunan fisik proyek Jalan Tol Semarang-Demak Seksi I ruas Semarang-Sayung terkendala pembebasan lahan akibat perubahan bentang alam di lokasi yang semula daratan menjadi lautan. “Ini yang masih agak bermasalah kita terus terang, proses pembebasan lahan belum klir semua karena di situ ada aturan yang mengatakan apabila daratan sudah berubah bentang alamnya menjadi lautan, maka tidak boleh dibayarkan,” kata Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Jateng Peni Rahayu di Semarang, Kamis. Ia menyebutkan dari total 103 bidang yang terkena proyek Jalan Tol Semarang-Demak Seksi I, belum ada satu pun lahan yang bisa dibebaskan. Terkait dengan lahan yang bukan lautan atau masih berupa daratan, ia meminta masyarakat untuk kooperatif dan menerima proses ganti untungnya. Lahan yang belum dibebaskan di Kecamatan Genuk, Kota Semarang antara lain di wilayah Kelurahan Terboyo Kulon, Kelurahan Terboyo Wetan, Kelurahan Trimulyo. Kemudian untuk lahan yang belum dibebaskan di wilayah Kabupaten Demak yaitu Desa Sriwulan, Desa Bedono, Desa Purwosari (Kecamatan Sayung). Sementara itu, pada proyek Jalan Tol Semsrang-Demak Seksi II ruas Sayung-Demak sudah ada 165 bidang yang sudah dibebaskan yakni di Kecamatan Sayung, Kecamatan Karangtengah, Kecamatan Wonosalam, Kecamatan Demak. “Konstruksi di seksi II sudah jalan mulai awal tahun ini, progresnya sekitar 8 persen,” ujarnya. Menanggapi tertundanya pengerjaan fisik Jalan Tol Semarang-Demak Seksi I, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta ada percepatan dan pihaknya telah berkomunikasi dengan Kementerian ATR/BPN terkait status tanah serta pembebasan lahan. “Harus ada ‘win-win solution’ untuk pembebasan lahan itu. Masyarakat mengatakan tanah itu miliknya, bisa menunjukkan sertifikat, tapi wujud tanahnya sudah tidak ada karena terendam rob,” kata Ganjar. Seperti diketahui, pengerjaan jalan tol dengan total panjang 27 kilometer tersebut terbagi dalam dua seksi yakni Seksi I di ruas Semarang-Sayung sepanjang 10,69 km dan Seksi II sepanjang 16,31 km yang membentang dari Sayung sampai Demak kota. (jwn5/ant)

Hujan Masih Berpotensi Turun di Wilayah Jateng pada Awal Kemarau

PURWOKERTO, Jowonews.com – Hujan dengan intensitas rendah antara nol hingga 50 milimeter per dasarian (10 hari) berpotensi turun di seluruh wilayah Jawa Tengah pada awal musim kemarau, kata analis cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Rendi Krisnawan. Dalam siaran pers BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap yang diterima di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat, ia menjelaskan bahwa hujan dengan intensitas rendah berpotensi terjadi pada dasarian pertama hingga dasarian ketiga bulan Juli atau tanggal 1 Juli hingga 1 Agustus 2020. Ia menjelaskan pula bahwa data hasil pemantauan hari tanpa hujan (HTH) yang dilakukan BMKG Stasiun Klimatologi Semarang pada dasarian ketiga bulan Juni 2020 menunjukkan HTH di wilayah Jawa Tengah umumnya pendek (enam sampai 10 HTH) dan menengah (11 sampai 20 HTH). Kendati demikian, menurut dia, sebagian wilayah Jawa Tengah ada yang mengalami HTH panjang antara 21 dan 30 hari seperti Kabupaten Jepara, Kudus, Blora, Grobogan, Sragen, Semarang, Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Wonogiri, Kebumen, dan Purworejo. “Sedangkan wilayah yang masih ada hujan meliputi sebagian kecil Kabupaten Pemalang dan Purbalingga,” katanya. Ia menambahkan, hasil analisis curah hujan pada dasarian ketiga bulan Juni 2020 menunjukkan curah hujan di sebagian besar wilayah Jawa Tengah berkisar nol sampai 50 milimeter. Namun di sebagian kecil wilayah tenggara Kabupaten Brebes, Kendal, dan Boyolali, sebagian kecil wilayah barat daya Kabupaten Tegal dan Pekalongan, sebagian kecil Kabupaten Pemalang, Magelang, Wonosobo, dan Purbalingga serta sebagian wilayah Utara Kabupaten Banyumas, curah hujannya tergolong menengah antara 51 sampai 150 milimeter. “Sementara curah hujan di sebagian kecil wilayah timur laut Kabupaten Banyumas berada pada kriteria tinggi hingga sangat tinggi atau berkisar 151-300 milimeter,” katanya. Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo sebelumnya memprakirakan musim kemarau di wilayah Cilacap, Banyumas, dan sekitarnya bermula pada dasarian pertama bulan Juli. “Kalau berdasarkan prakiraan sebelumnya, Cilacap dan sekitarnya harusnya sudah masuk awal musim kemarau pada bulan Juni. Namun sampai dengan dasarian (10 hari) kedua bulan Juni, akumulasi curah hujannya masih tinggi,” katanya pada Kamis (25/6). Akan tetapi, ia melanjutkan, dalam beberapa waktu terakhir tanda-tanda musim kemarau datang secara meteorologi sudah mulai dirasakan, antara lain suhu udara pada dini hari mulai dingin, angin sudah timuran kuat, dan kadang-kadang muncul kabut. Selain itu, ia menambahkan, suara tonggeret atau garengpung yang diyakini warga sebagai tanda pergantian musim sudah mulai terdengar. (jwn5/ant)

Baru Sepekan Lahir, Bayi di Kudus Positif COVID-19

KUDUS, Jowonews.com – Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan (GTPP) COVID-19 Kudus, Jawa Tengah menyatakan bayi laki-laki yang baru berusia sepekan asal Kecamatan Undaan terinfeksi virus corona jenis baru penyebab COVID-19 sehingga harus menjalani perawatan di rumah sakit, sedangkan ibunya masih menunggu hasil tes usap tenggorokan. “Bayi laki-laki yang berdomisili di Desa Medini, Kecamatan Undaan tersebut, kini dirawat di Rumah Sakir Mardi Rahayu,” kata Juru Bicara Tim GTPP COVID-19 Kudus Andini Aridewi di Kudus, Kamis. Ia mengemukakan bahwa pasien tersebut tidak memiliki riwayat perjalanan maupun kontak dengan penderita virus corona. Terkait asal mula bisa terjangkit virus tersebut, kata dia, tim GTPP COVID-19 Kudus masih menunggu hasil tes usap tenggorokan ibunya. Sebelum menjalani operasi caesar, kata dia, ibunya dinyatakan reaktif COVID-19 setelah menjalani tes cepat, kemudian dilanjutkan dengan tes usap tenggorokan. Usai kelahiran, lanjut dia, bayi tersebut langsung dipisah dari ibunya serta mendapatkan penanganan khusus dari tim medis rumah sakit. Tambahan kasus COVID-19 di Kudus, katanya, tidak hanya bayi berusia sepekan karena ada enam kasus terbaru lagi. Salah satunya merupakan warga Kudus dengan usianya baru 13 tahun asal Desa Bakalan Krapyak, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, sedangkan lima kasus lainnya dari luar Kudus. “Karena tidak memiliki penyakit penyerta, maka anak tersebut hanya menjalani isolasi mandiri,” katanya. Ia mengingatkan warga Kudus untuk tetap mematuhi protokol kesehatan karena semua orang berisiko terpapar corona, menyusul banyaknya Orang Tanpa Gejala (OTG) yang masih berkeliaran. Tim GTPP COVID-19 Kudus juga tengah memantau sebanyak 165 OTG. Hingga Kamis (2/7) ini, jumlah kasus positif COVID-19 yang ditangani sejumlah rumah sakit di Kabupaten Kudus sebanyak 261 kasus, sebanyak 183 kasus di antaranya berasal dari dalam wilayah dan 78 kasus dari luar wilayah. Pasien yang masih menjalani perawatan saat ini sebanyak 105 pasien, sebanyak 54 orang di antaranya dari Kudus dan 51 orang dari luar Kudus, sedangkan yang menjalani isolasi mandiri sebanyak 61 orang dari dalam wilayah dan enam orang dari luar wilayah. Sementara pasien sembuh sebanyak 70 orang dan meninggal sebanyak 19 orang, demikian  Andini Aridewi. (jwn5/ant)