Jowonews

Sejak Pandemi, Kekerasan Anak Meningkat di Jateng

SEMARANG, Jowonews- Kasus kekerasan terhadap anak di Jateng cenderung meningkat sejak pandemi. Hal tersebut diungkapkan Ketua Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW) Jawa Tengah, Nawal Taj Yasin.di Semarang, Kamis (6/8). Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni–PPA) Kementerian PPA, pada Maret 2020, tercatat 21 kasus. Satu bulan kemudian, ada 54 kasus. Di bulan Mei 2020, jumlah kasus kekerasan anak naik menjadi 65 kasus. Istri Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen itu menyebut anak menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terdampak pandemi Covid-19, baik secara langsung maupun tidak. Masalah Ekonomi Menurut dia, hal itu tidak lepas dari adanya permasalahan ekonomi. Karena saat pandemi COVID-19, perekonomian masyarakat memang banyak yang turun drastis yang menyebabkan ketidakharmonisan dalam keluarga. Sehingga anak-anak rentan mengalami kekerasan dari orang tuanya. “Di Jateng agak meningkat sejak pandemi. Memang tidak lepas dari keadaan ekonomi saat ini. Efek dari pandemi ke ekonomi juga, sehingga banyak ketidakharmonisan dalam keluarga. Ini harus kita antisipasi bersama-sama,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Ia mengimbau setiap keluarga di Jateng untuk tetap menjaga keharmonisan saat pandemi Covid-19. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya kekerasan terhadap anak-anak oleh orang tuanya. “Kami mengajak setiap keluarga di Jawa Tengah menciptakan lingkungan yang bahagia dan harmonis bagi anak-anak di masa pandemi ini,” pintanya. Dukungan masyarakat, kata dia, juga diperlukan agar anak mendapatkan hak-haknya. Antara lain hak pemenuhan gizi yang merupakan hak dasar. Hak pendidikan yang kini harus dilakukan secara daring, dan hak bermain. Ia mengatakan aktivitas anak yang terpaksa dibatasi saat ini juga menjadi tantangan tersendiri. Karena membuat anak hanya memiliki sedikit kesempatan untuk bermain. Padahal dengan bermain anak belajar tentang dunia sekitarnya. “(Pembatasan) ini memang harus dilakukan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19, tapi intinya, bagaimanapun situasinya, bagaimanapun keadaannya, yang terpenting adalah bagaimana kebutuhan anak-anak ini terpenuhi,” katanya.

Dimulai, Uji Klinis Tahap 3 Vaksin Covid-19

JAKARTA, Jowonews- Uji klinis tahap ketiga vaksin Covid-19 dari Sinovac China dimulai hari ini, Kamis (6/8). “Kami mohon doa di ulang tahun kami yang ke-130 tahun pada hari ini, Kamis (6/8) kita akan memulai uji klinis untuk pengembangan vaksin Covid-19,” ujar Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir dalam rangkaian HUT Holding BUMN Farmasi secara virtual di Bandung, Kamis. Menurut Honesti, vaksin Covid-19 inilah yang sebenarnya sangat ditunggu oleh hampir semua negara. “Kenapa? Karena hanya vaksin inilah yang dapat membawa kembali kita ke kehidupan normal. Tentu kita tidak mau selamanya memakai masker, face shield, menjaga jarak karena tentunya akan merusak interaksi sosial kita. Karena manusia adalah makhluk sosial,” katanya, sebagaimana dilansir Antara. Ia memohon dukungan dari semua pihak agar uji klinis vaksin Covid-19 ini berjalan baik. Sehingga nanti Bio Farma beserta anggota holding BUMN farmasi yakni Kimia Farma dan Indofarma, bisa segera mewujudkan vaksin Covid-19untuk kehidupan Indonesia yang lebih baik. Sebagai tahap awal uji klinis tahap ketiga, sebanyak 2.400 dosis vaksin dari Sinovac, China, sudah tiba di Bio Farma pada tanggal 19 Juli 2020. Tibanya vaksin tersebut berkat dukungan Kementerian BUMN dan peran Kementerian Luar Negeri yang memasukkan vaksin sebagai diplomatic goods. Vaksin yang datang tersebut masih memerlukan beberapa tahapan lagi sebelum bisa dilakukan uji klinis pada Agustus 2020. Tahap yang masih harus dilewati tersebut antara lain pengujian di dalam Laboratorium Bio Farma dan beberapa perizinan lainnya. 1620 Sampel Uji Vaksin Uji klinis vaksin Covid-19 ini, akan dilaksanakan di Pusat Uji Klinis Fakultas Kedokteran UNPAD. Sampel yang diambil sebanyak 1.620 subjek dengan rentang usia antara 18 – 59 tahun, dengan kriteria – kriteria tertentu. Sedangkan sisa dari vaksin tersebut, akan digunakan untuk uji lab di beberapa lab. Antara lain di Bio Farma dan Pusat Pengujian Obat Dan Makanan Nasional (PPOMN). Dalam uji klinis vaksin Covid-19 Bio Farma berperan sebagai sponsor. BUMN ini berkolaborasi dengan berbagai pihak antara lain dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan sebagai medical advisor dan pelaksanaan uji titer antibodi netralisasi. Selain dengan Baltbangkes, Bio Farma juga bekerja sama dengan BPOM RI sebagai regulator. Dan tentu saja dengan FK UNPAD sebagai institusi yang sudah berpengalaman dalam pelaksanaan uji klinis vaksin-vaksin yang beredar di Indonesia.

Jangan Termakan Klaim Berlebihan Obat Herbal

JAKARTA, Jowonews- Masyarakat diminta tidak termakan klaim obat herbal berlebihan dalam menyembuhkan Covid-19. Karena semuanya harus dicek dulu, teruji secara klinis. “Sebenarnya obat herbal atau jamu yang sudah punya izin edar BPOM dan punya klaim memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh itu memang bisa dipakai. Boleh saja untuk meningkatkan imunitas tubuh kita,” ujar Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr. Inggrid Tania, dalam diskusi via daring, Rabu (5/8). Namun Tania mengingatkan, agar masyarakat tidak termakan klaim yang berlebihan apalagi menyesatkan. “Kan harus dicek dulu apalagi sampai saat ini di Indonesia belum ada uji klinisnya. Yang kami lakukan di Wisma Atlet juga belum selesai. Intinya kritis saja dan jangan berharap secara berlebihan dulu,” kata dia, sebagaimana dilansir Antara. Uji klinis obat kimia konvensional dan herbal untuk Covid-19 masih dalam penelitian. Tim peneliti dari LIPI, UGM bersama PDPOTJI, Kalbe Farma, Balitbangkes bersama tim di Wisma Atlet masih menunggu hasil intervensi dengan produk uji. Hingga nantinya menyimpulkan apakah dua produk uji herbal imunomodulator yang diteliti bisa berkhasiat secara signifikan atau bermakna dibandingkan plasebo. Tania dan tim berharap bahan herbal dengan sifat imunomodulator yang mereka uji bisa memodulasi sistem imun tubuh sehingga respon imun bisa lebih optimal. “Kita berharap memang bisa bermanfaat untuk mencegah Covid-19. Tapi kalau klaimnya yang spesifik mencegah Covid-19 harus dibuktikan lewat uji klinis juga. Jadi bukan hanya yang mengobati, tapi mencegah Covid-19 secara spesifik juga harus ada pembuktiannya melalui uji klinis,” kata dia. Selama belum ada pembuktian berdasarkan hasil uji klinis, menurut Tania, obat herbal sekadar bisa meningkatkan imunitas tubuh. “Ada banyak, misalnya kunyit, jahe, meniran, sambiloto, sirsak juga, termasuk kulit manggis. Banyak sekali herbal yang bisa bersifat meningkatkan imunitas tubuh,” demikian tutur Tania. Berlebihan Mengenai informasi obat herbal buatan Hadi Pranoto sebagai obat Covid-19, Tania menilai ini berlebihan. Menurut dia, produk milik Hadi didaftarkan ke BPOM sebagai jamu dengan klaim memelihara kesehatan, menjaga daya tahan tubuh. “Harusnya dia patuh dengan klain yang sudah disetujui BPOM. Tidak membuat klaim secara berlebihan produknya ini bisa mencegah atau mengobati Covid-19. Karena sebenarnya kan belum diuji klinis,” kata Tania. Tania mempertanyakan pengakuan produk Hadi sudah diteliti, hingga testimoni dari orang-orang yang sudah mencoba produknya. Hadi seharusnya membuktikan penelitiannya apakah sudah disetujui Komite Etik Penelitian Kesehatan, BPOM hingga Kemenristek. Testimoni harus diverifikasi sehingga bisa dipertanggungjawabkan dan tidak ada rekayasa. “Pembuktikan apakah memang sembuh karena produk dia. Bisa saja sembuhnya karena orang tersebut juga mengonsumsi herbal lain. Atau kalau Covid-19-nya ringan dia bisa sembuh sendiri juga tanpa bantuan atau konsumsi produknya dia,” tutur Tania.

Pakar Komunikasi: Manfaatkan Media Digital untuk Penyuluhan Pertanian

PURWOKERTO, Jowonews- Kegiatan penyuluhan pertanian perlu memanfaatkan media digital guna memperluas jangkauan. “Kegiatan penyuluhan dengan memanfaatkan media digital mempunyai kelebihan jangkauan luas serta tak dibatasi ruang dan waktu. Apalagi saat kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini,” kata Edi Santoso, pakar komunikasi dari Unsoed di Purwokerto, Kamis (6/8). Sifat multimedia yang aktraktif, lanjut Edi, juga akan membuat pesan yang disampaikan akan menjadi lebih menarik. “Karena interaksi berbasis internet adalah niscaya. Pesan dapat lebih mudah disampaikan dengan jangkauan yang luas. Informasi yang melimpah di internet juga sayang jika tidak diakses oleh pelaku usaha pertanian,” ujar Koordinator Program Studi Magister Ilmu Komunikasi itu, sebagaimana dilansir Antara. Untuk itu, menurut dia, penyuluh pertanian harus meningkatkan kapasitasnya terutama dalam kemampuan berkomunikasi melalui jejaring digital. “Baik menyangkut pemilihan media yang sesuai atau terkait isi pesan yang relevan. Terlebih lagi pada masa yang akan datang terpaan digital tak terelakkan bagi siapapun. Jaringan internet dan gawai sudah lazim dipakai di desa. Tentu petani juga sudah mulai banyak yang memakai media digital,” katanya. Dia menambahkan kegiatan penyuluhan pertanian menggunakan media digital ini harus terus disosialisasikan kepada seluruh masyarakat. Menurut dia perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah melalui organisasi perangkat daerah dalam rangka memfasilitasi optimalisasi penyuluhan pertanian dengan media digital. “Pemerintah daerah juga mestinya mendukung agenda ini, dengan program-program peningkatan kualitas SDM penyuluh,” katanya. Selain itu, kata dia, pemerintah daerah juga perlu mendukung produksi konten pertanian dalam format digital. “Dengan demikian penyuluh pertanian akan makin memiliki konten penyuluhan yang lebih beragam dan kreatif sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai,” katanya. Dia menambahkan dengan penyuluhan yang tepat dan intensif maka sosialisasi akan lebih intensif khususnya dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian.

Ganjar Dukung Gerakan Sehari Tanpa Nasi di Salatiga

SEMARANG, Jowonews- Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mendukung Gerakan Sehari Tanpa Nasi di Salatiga. Gerakan ini dinilai sebagai upaya diversifikasi pangan. “Ya, tidak apa apa, boleh saja, sehari tidak pakai nasi boleh, itu bisa mengurangi ketergantungan konsumsi nasi sehingga ada diversifikasi pangan,” katanya di Semarang, Rabu. Menurut Ganjar, gerakan itu layak didukung sebab dilihat dari sisi kesehatan, nasi memang mengandung banyak gula. Jika berlebiha mengkonsumsinya, bisa menyebabkan penyakit gula dan darah tinggi. “Nasi itu kan banyak mengandung gula. Padahal orang yang punya potensi gula dan darah tinggi itu, dari data yang meninggal karena Covid-19 merupakan kumorbit yang berbahaya. Saya kira ada baiknya, biar orang tidak hanya bergantung pada nasi,” ujarnya, sebagaimana dilansir Antara.. Gerakan Sehari Tanpa Nasi, menurut Ganjar, akan cukup sulit di tengah karakter orang Jawa yang sejak dulu sudah terbiasa makan nasi. “Itu problemnya. Orang Jawa biasanya kalau belum makan nasi, berarti belum makan. Tapi Gerakan Sehari Tanpa Nasi ini bagus sih, tidak apa apa,” katanya. Wali Kota Salatiga Yuliyanto membuat surat edaran tentang Gerakan Sehari Tanpa Nasi. Dalam SE bernomor 520/347/415 itu, Yuliyanto meminta masyarakat Kota Salatiga mengonsumsi menu atau makanan pangan lokal nonberas minimal sehari dalam sebulan. Selain itu, Yuliyanto juga meminta masyarakat memanfaatkan menu atau makanan lokal nonberas produksi dalam negeri, dan buah-buahan lokal Indonesia pada saat rapat dan pertemuan yang diselenggarakan di Kota Salatiga.