Jowonews

Sudah Waktunya Indonesia Mandiri di Bidang TI

SEMARANG, Jowonews-– Sudah waktunya Indonesia mandiri di bidang teknologi informasi (TI). Penuhi kebutuhan infrastruktur siber di dalam negeri, penguatan sumber daya manusia, dan prioritaskan riset teknologi. “Dengan kemandirian di bidang teknologi informasi, akan membuat kedaulatan siber negara kita makin kuat,” kata Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi CISSReC Pratama Persadha, sebagaimana dilansir Antara, Senin (17/8). Oleh karena itu, Pratama Persadha menegaskan kembali bahwa infrastruktur internet jangan mengekor ke asing. Dalam hal ini, Pemerintah secara perlahan mendorong platform digital lokal berkembang. Menyinggung soal pengelolaan data, Pratama yang juga dosen pascasarjana pada Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) mengatakan bahwa pengelolaan data ini menyangkut uang yang relatif sangat besar. Keamanan Data “Bisa kita lihat saat kementerian kita harus membeli data yang mahal dari para pemilik platform. Kebetulan sebagian besar dari luar negeri. Padahal, keamanan data ini berimbas pada keamanan pertahanan nasional kita,” kata Pratama. Ditambah lagi, pengelolaan data ini dimensinya bisnis dan pertahanan. Apalagi data ini merupakan bisnis paling menggiurkan saat ini sehingga tidak mengherankan terjadi ketegangan global akibat keberhasilan Huawei menjadi yang terdepan dalam bisnis infrastruktur 5G. “Amerika Serikat dan sekutunya tidak ingin lalu lintas data melewati infrastruktur Huawei. Karena merugikan mereka, baik dari sisi bisnis maupun keamanan,” katanya. Dengan demikian, kata Pratama, industri keamanan siber juga menjadi hal yang patut didorong oleh pemerintah. Hal ini menyusul sepanjang kuartal pertama 2020 terjadi serangan siber ke tanah air begitu besar. Diingatkan pula bahwa industri keamanan siber ini mencakup semua, mulai dari infrastruktur, SDM, sampai teknologinya. Anggaran ICT Rp 30,5 triliun Pratama mengemukakan hal itu ketika merespons pidato Presiden RI Joko Widodo pada Penyampaian Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2021 beserta Nota Keuangannya di depan Rapat Paripurna DPR RI, Jakarta, Jumat (14/8). Presiden Jokowi menyebutkan anggaran pembangunan teknologi komunikasi dan informasi (information and communication technology/ICT) pada tahun 2021 sebesar Rp30,5 triliun. Dijelaskan pula oleh Presiden bahwa anggaran tersebut termasuk melalui transfer ke daerah dan dana Desa (TKDD) yang difokuskan pada akselerasi transformasi digital untuk penyelenggaraan pemerintahan. Selain itu, kata Presiden, mewujudkan pelayanan publik yang efisien dan cepat, seperti di bidang pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan; mengonsolidasi dan mengoptimasi infrastruktur dan layanan bersama. Anggaran itu juga untuk mewujudkan inklusi masyarakat di wilayah prioritas pembangunan dan mendorong kesetaraan dengan tambahan akses internet pada sekitar 4.000 desa dan kelurahan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Ganjar, Orang Jateng Pertama Pemilik Uang Baru Edisi HUT RI

SEMARANG, Jowonews- Gubernur Ganjar Pranowo menjadi orang pertama di Jateng yang memiliki uang pecahan Rp75.000 edisi khusus peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Usai mengikuti peluncuran uang peringatan 75 tahun Kemerdekaan RI secara virtual di kantor Gubernur Jateng, Semarang, Senin (17/8). Ganjar menerima cenderamata uang tersebut dari Kepala Bank Indonesia Perwakilan Jawa Tengah. “Ya, ini ada uang peringatan 75 tahun Indonesia Merdeka, dibuat uang khusus Rp75.000. Saya dikasih uang ini sebagai cenderamata. Nantinya, masyarakat juga bisa memiliki uang ini dengan masuk aplikasi,” kata Ganjar sebagaimana dilansir Antara. Yang menarik, uang pecahan Rp75.000 yang diterima Ganjar itu memiliki nomor seri unik yakni 457575. Nomor itu pas dengan momentum HUT Ke-75 Republik Indonesia pada tahun ini. Uang baru ini bergambar tokoh proklamator Soekarno-Hatta. Tampak pula siluet berbagai ragam kebudayaan Indonesia yang terdiri atas suku serta budaya. “Mudah-mudahan, dengan uang ini kita bisa melihat sejarah Indonesia, bisa melihat keanekaragaman suku ada di Indonesia. Kebhinekaan ada di sini, dengan ‘background’ pembangunan Indonesia di usianya yang sudah menginjak 75 tahun. Mudah-mudahan masyarakat bisa memahami, merayakan sekaligus bangga kepada Indonesia,” ujarnya. Dicetak Terbatas Seperti diwartakan, Bank Indonesia secara resmi meluncurkan uang khusus Kemerdekaan Republik Indonesia pada Senin (17/8). Uang baru pecahan Rp75.000 itu diluncurkan secara virtual oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Dalam sambutannya, Menkeu Sri Mulyani mengatakan bahwa uang khusus tersebut bukanlah uang baru, namun uang khusus itu dikeluarkan dalam rangka memperingati peristiwa atau tujuan khusus, dalam hal ini peringatan yang ke-75 tahun Kemerdekaan RI. “Mata uang kertas pecahan Rp75.000 ini dicetak terbatas hanya 75 juta lembar, meskipun merupakan alat tukar yang sah, namun diharapkan uang ini tidak dibelanjakan,” kata Menkeu. Masyarakat dapat memiliki uang khusus Kemerdekaan RI itu dengan cara mendaftar melalui aplikasi di Bank Indonesia dan harga uang khusus itu juga sama dengan nominal yang tertera yakni Rp75.000.

Spirit Revolusi Kemerdekaan untuk Normal Order

Oleh: DR Ahwan Fanani, Pemerhati Politik, Sosial dan Budaya, Dosen Fisip UIN Walisongo Hari kemerdekaan 17 Agustus selalu menjadi momentum ingatan. Dalam bahasa Inggris, hari kemerdekaan memiliki padanan istilah Independence Day dan Liberation Day. Istilah Independence Day (hari berdiri sendiri) dipergunakan oleh Amerika Serikat untuk mengacu kepada lepasnya wilayah Amerika Serikat sebagai koloni Inggris Raya. Upaya untuk  independen itu berlangsung melalui serangkaian pertempuran yang dimenangkan oleh para pejuang kemerdekaan Amerika Serikat. Liberation Day (Hari Pembebasan) dipergunakan oleh negara Belanda. Liberation Day mengacu kepada pembebasan negeri Belanda dari penguasaan Jerman berkat bantuan negara-negara sekutu. Karena itu, perayaan Hari Pembebasan di negeri Belanda diwarnai dengan arak-arakan bendera Belanda bersama dengan bendera negara-negara sekutu. Kemerdekaan negara Republik Indonesia adalah hasil dari kebangkitan kesadaran nasional yang berkembang awal abad ke-20. Kesadaran kebangkitan itu melahirkan keinginan untuk melepaskan wilayah Hindia Belanda dari kekuasaan kolonial Negara Belanda. Upaya itu, diiringi dengan  usaha untuk bebas dari kekuasaan dan penguasaan negeri Belanda. Jadi, sulit untuk memisahkan kemerdekaan Republik Indonesia dari proses untuk independen (tidak subordinat di bawah negeri lain) dan proses untuk bebas dari kekuasaannya. Kemerdekaan adalah akumulasi dari rangkaian panjang. Revolusi, menurut Bung Karno, terbagi atas dua tahap. Tahap pertama adalah revolusi untuk merebut kemerdekaan. Sedangkam tahap kedua adalah revolusi untuk membangun negara. Revolusi tahap pertama telah usai, namun revolusi tahap kedua terus berlangsung untuk mewujudkan cita-cita proklamasi. Proses revolusi kemerdekaan berbeda dengan revolusi sains sebagaimana diterangkan oleh Thomas Kuhn, meskipun esensinya sama. Revolusi adalah perubahan dari kondisi normal sebelumnya menuju kondisi normal baru melalui situasi anomali atau hilangnya relevansi tatanan normal lama. Dalam revolusi fisik, terjadi proses untuk mengubah normal order (tatanan normal) lama, yaitu kekuasaan Belanda dan Jepang atas Nusantara, menuju normal order baru, yaitu bangsa Indonesia yang merdeka, mandiri, dan sejahtera. Anomali adalah turbulensi atau goncangan akibat proses revolusi itu. Huub de Jonge menggambarkan kondisi Indonesia pasca kemerdekaan sebagai orde zonder order (era tanpa ketertiban). Sebutan itu mewakili sebagian pandangan pasca-kemerdekaan bahwa era pra-kemerdekaan adalah “zaman normal” dengan ketertiban yang diciptakan oleh kekuasaan kolonial. Sebaliknya, awal era kemerdekaan ditandai dengan kegoncangan sosial. Bangsa-bangsa di Hindia Belanda yang dipandang oleh bangsa Belanda sebagai bangsa yang bodoh, jorok, malas, dan tidak cakap mengurus diri sendiri bangkit untuk mengambil alih pengelolaan tatanan negara. Dalam proses tersebut, terjadi peperangan dengan pendukung tatanan lama dan konflik di antara pendukung tatanan baru. Pergolakan untuk menata negara terjadi untuk mencapai konsensus di antara berbagai kekuatan revolusi yang berbeda orientasi. Anak-anak revolusi tidak jarang menjadi korban revolusi itu sendiri. Terlepas dari turbulensi itu, negara Republik Indonesia yang diproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 masih berdiri. Goncangan-goncangan besar yang datang silih berganti tidak membuyarkan negara ini, meski lepasnya Timor Leste menjadi peringatan betapa rentan kesatuan yang telah dicapai. Normal Order Bangsa Indonesia selalu berusaha mencari Normal Order yang mampu mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan. Ada Normal Order masa Demokrasi Liberal 1945 – 1959, dengan eksperimen negara serikat dan negara kesatuan dengan sistem pemerintahan Parlementer. Ada Normal Order masa demokrasi terpimpin (Orde Lama) tahun 1959 – 1966, dengan eksperimen negara integralistik berbasis patron-klien antara presiden dan kekuatan sosial-politik. Ada Normal Order masa Demokrasi Pancasila (Orde Baru) tahun 1966 – 1998, dengan kebijakan massa mengambang dan kebijakan partai penguasa sebagai single majority.   Ada Normal Order era reformasi tahun 1998 – sekarang, dengan perubahan tata negara yang memberi peluang partisipasi luas masyarakat dalam proses politik. Semua itu adalah proses revolusi tatanan untuk membangun Indonesia. Peringatan Hari Kemerdekaan adalah momentum untuk mengulang kembali memori kolektif masa revolusi. Peringatan itu menyediakan kesempatan untuk menggali arkeologi kemerdekaan sehingga proses revolusi pembangunan selaras spirit proklamasi dan cita-cita kemerdekaan, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Tantangan yang dihadapi dalam revolusi pembangunan adalah sama, yaitu menghadapi tantangan global dan mengatasi masalah internal. Tantangan global saat ini adalah perebutan akses dan sumber daya ekonomi oleh  negara-negara besar. Kondisi itu menuntut kemandiran dan kemampuan “Berdiri di Kaki Sendiri (Berdikari) negara Indonesia agar tidak terjebak semata sebagai pelayan bagi bangsa-bangsa lain. Masalah internal yang mencuat adalah hubungan antar komponen bangsa dan tata kelola negara. Penyelesaian masalah internal menuntut stabilitas hubungan di antara elemen sosial yang pluralistik. John Rawls menyatakan bahwa stabilitas itu bisa dicapai melalui dua cara. Yaitu overlapping consensus (proses mencari area kesepakatan di antara berbagai pandangan yang berbeda) dan public use of reason (penggunaan bahasa yang bisa diakses umum untuk merepresentasikan  pandangan-pandangan yang khas). Kedua cara itu bertujuan untuk mengharmonikan comprehensive doctrine atau pandangan dunia yang dianut masing-masing kelompok sosial agar terwakili tanpa kontradiksi, dan sekaligus tidak dipaksakan kepada semua orang. Peringatan 17 Agustus kali ini diwarnai dengan keprihatinan akan kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Situasi pandemi menjadikan keprihatinan itu semakin mendalam sehingga peringatan 17 Agustus 2020 kali ini tidak semegah tahun-tahun sebelumnya. Namun makna dan urgensinya selalu sama. Ata mungkin lebih signifikan di tengah tantangan negara saat ini. Pertanyaannya, apakah kita sudah menjadi negara yang independen dan bebas dari penjajahan? Hal ini perlu untuk selalu direnungkan kembali.

Hari Jadi Jateng Ke-70: Jateng Peduli Sesama

GUBERNURAN, Jowonews – Wakil Ketua DPRD Provinsi Jateng Quatly Abdulkadir Alkatiri menghadiri upacara Hari Jadi Provinsi Jateng ke-70 yang digelar di Halaman Kantor Gubernur, Sabtu (15/8/2020). Dalam upacara itu, Gubernur Ganjar Pranowo selaku inspektur upacara menjelaskan mengenai pentingnya kebersamaan dan kepedulian selama masa adaptasi kebiasaan baru ini. “Selama ini, upaya dilakukan seoptimal mungkin. Kinerja pemprov sudah maksimal seperti di sektor infrastruktur 90 persen jalan sudah terbangun, rumah layak huni juga terbangun, Bandara Jenderal Soedirman sudah beroperasi. Kemudian, Jateng Valley akan dibangun dan menjadi yang terbesar se-ASEAN dengan nilai investasi sekitar Rp 10 triliun diatas lahan seluas 37 hektar. Di sektor pendidikan terus diperhatikan mulai dari sekolah negeri, swasta, hingga madrasah,” kata Ganjar. Namun, lanjut dia, kinerja itu mendapat hantaman keras dari wabah Corona. Wabah tersebut menghantam segala sektor terutama sektor perekonomian masyarakat. “Untuk itulah, dibutuhkan kreatifitas saat menumbuhkan kembali perekonomian. Dari pantauan, sudah banyak masyarakat yang melakukan pemasaran produknya melalui pasar digital. Cara tersebut menjadi adaptasi kebiasaan baru di tengah wabah Covid-19. Dari kondisi tersebut, kita harus saling meningkatkan kepedulian di tengah wabah ini. Jangan ada lagi yang tertular Corona. Kepedulian terhadap sesama kita jadikan hadiah dalam Hari Jadi Jateng ke-70 ini,” jelasnya. Jaring Pengaman Sosial dan Ekonomi Sementara, Quatly mengaku selama masa pandemi Covid-19 pemprov sudah melakukan berbagai terobosan untuk mengimplementasikan kebijakan-kebijakan bagi masyarakat. Dalam hal ini, pemprov telah melakukan refocusing anggaran sekitar Rp 2 triliun untuk membantu masyarakat berupa Jaring Pengaman Sosial dan Ekonomi. “Untuk Hari Jadi Jateng ke-70 dengan tema ‘Jateng Peduli Sesama’, sudah seharusnya bekerja untuk menggapai cita-cita bersama demi kemajuan masyarakat Jateng,” kata Politikus PKS itu, seusai rapat paripurna dengan agenda mendengarkan pidato kenegaraan Presiden RI pada Jumat (14/8/2020) kemarin. Sebagai informasi, dalam upacara Hari Jadi Provinsi Jateng ke-70 di Halaman Kantor Gubernur tersebut, sejumlah penerima penghargaan dan bantuan selama pandemi mendapat ucapan selamat dari Ganjar Pranowo, Wagub Taj Yasin, dan Quatly Abdulkadir Alkatiri. Penghargaan itu berupa Satya Lencana Karya Satya bagi 3 pegawai Setda Provinsi Jateng. Sedangkan bantuan yang diserahkan berupa rumah tidak layak huni (RTLH) 88 unit dengan nilai Rp 1 miliar, 1 unit mobil jenazah untuk PMI Jateng, dan paket sembako untuk 17.476 santri di 12 pondok pesantren. Selain itu, paket sembako untuk 8 panti asuhan, 1 unit rumah sehat tahan gempa, tali asih bagi terdampak Covid-19, beasiswa bagi siswa dan mahasiswa berprestasi, serta biaya pendidikan dari Disdikbud dan Baznas Jateng. (adv)

Peringati HUT RI, Rumah Zakat Blora Bagikan Ribuan Masker

BLORA, Jowonews-  Banyak cara untuk merayakan HUT RI ke-75. Lembaga filantropi Rumah Zakat Blora memperingatinya dengan membagi-bagikan ribuan masker kepada masyarakat. Bekerja sama dengan  Fasilitator Desa Berdaya, Rumah Zakat Blora  membagikan 2147 masker gratis kepada warga di berbagai desa. Salah satunya di Desa Sempu Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Senin (17/8).  “Masker yang dibagikan adalah masker kain non-medis yang dapat dicuci dan digunakan secara berulang kali,” kata Siti Karyani dari Fasilitator Desa Berdaya melalui sisran persnya yang diterima Jowonews siang ini. Dia berharap “Gerakan Pakai Masker” dapat menginspirasi  masyarakat agar disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Sementara itu kepala Desa Sempu M.Lilik Zubaidi mengatakan, gerakan ini semoga dapat menginspirasi komunitas lain. Tidak hanya untuk membagikan masker tetapi lebih luas lagi, secara bersama-sama dan terus menerus mensosialisasikan penerapan protokol kesehatan dengan selalu mengenakan masker.  Ia menegaskan, bahwa upaya menekan dan mencegah penyebaran Covid-19 tidak akan berhasil tanpa dukungan seluruh elemen masyarakat.