Jowonews

Hindari Stres, Berpikirlah Positif Selama Pandemi

JAKARTA, Jowonews – Masyarakat disarankan untuk tetap berpikir positif agar tidak stres selama masa pandemi. Jika sampai stres, maka bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh. “Yang perlu kita pahami, pandemi Covid-19 ini terjadi di seluruh dunia. Tidak hanya di daerah kita atau negara kita saja. Kita harus yakin setiap penyakit akan ada obatnya. Setiap pandemi pasti akan ada akhirnya,” kata Psikolog Muhammad Chalid dalam acara bincang-bincang dengan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang disiarkan akun Youtube BNPB Indonesia dari Gedung Graha BNPB, Jakarta, Jumat (2/10). Chalid mengatakan pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama enam bulan lebih di Indonesia tentu sudah membuat masyarakat bisa menyesuaikan diri dengan situasi, kondisi, dan lingkungan yang mengharuskan perilaku hidup sehat dengan menjalankan protokol kesehatan. Begitu pula dengan kegiatan bekerja, belajar, bermain, dan beribadah yang harus lebih banyak dilakukan di rumah, Chalid mengatakan sudah banyak orang yang mulai terbiasa. Namun, kegiatan-kegiatan yang hanya bisa dilakukan di rumah itu harus dibarengi dengan pola pikir yang positif. “Jangan karena dilakukan di rumah, kemudian kegiatan-kegiatan itu menjadi kebablasan. Misalnya proses belajar anak dari rumah harus dimulai pukul 07.00 pagi. Padahal pada saat itu anak-anak bisa menghirup udara segar dulu, bisa bermain-main di luar rumah dulu meskipun hanya sebentar,” tuturnya. Jangan Kebablasan Begitu pula dengan pekerja yang diharuskan bekerja dari rumah. Jangan sampai karena pekerjaan bisa dikerjakan dari rumah, kemudian menjadi bekerja berlebihan. “Sebelumnya bekerja di kantor hanya delapan jam, karena bisa bekerja di rumah kebablasan jadi bekerja 12 jam. Hal-hal itu bisa mempengaruhi pikiran kita yang seharusnya dibawa berpikir positif menjadi negatif,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Chalid mengatakan pengaruh pola pikir atau psikis terhadap kesehatan tubuh sangat besar. Bahkan secara medis, banyak penyakit yang penanganannya harus disertai dengan penanganan secara psikis untuk memaksimalkan penyembuhan. Menurut dia, pola pikir atau psikis yang tidak sehat juga akan berpengaruh terhadap kesehatan fisik secara keseluruhan. “Seseorang yang kerja psikisnya berlebihan atau lebih dominan, bisa menjadi kurang tidur, kurang istirahat, atau pola makan menjadi tidak teratur karena memikirkan hal-hal tertentu. Jadi ada keterkaitan antara fisik dan psikis,” tuturnya.

Selama Pandemi, Penjualan Batik Daring Marak

SOLO, Jowonews- Sejumlah pengusaha batik di Kota Solo memilih untuk mengoptimalkan penjualan secara daring selama pandemi Covid-19. Hal ini mengingat masyarakat masih enggan berbelanja secara langsung baik ke pasar maupun toko. “Saya banyak lewat ‘online’ dan ‘reseller’. Paling banyak ke Jakarta, nanti ‘reseller’ sendiri yang menitipkan ke beberapa toko,” kata salah satu pengusaha batik asal Kota Solo Wahyu Irmiasti di Solo, Jumat (2/10). Meski sempat mengalami penurunan penjualan selama pandemi, dikatakannya, saat ini penjualan sudah lebih baik terutama untuk pakaian batik rumahan seperti daster. Selain itu, ia juga mengembangkan diferensiasi produk miliknya, yaitu masker batik. “Penjualan cukup bagus, kalau daster mungkin karena orang butuh lebih banyak baju rumahan selama pandemi ini. Otomatis kan aktivitas mereka di luar rumah sangat sedikit. Untuk daster sendiri dalam satu bulan saya bisa memproduksi hingga 200 potong,” katanya. Turun 90 % Pengusaha lain Gunawan Nizar juga mengakui selama pandemi Covid-19 ini penjualan turun drastis, bahkan bisa mencapai 90 persen. Ia mengatakan status Jakarta yang sampai saat ini masih memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ikut mempengaruhi penurunan penjualan batik di Kota Solo mengingat Jakarta menjadi salah satu barometer pasar dalam negeri. “Memang sejak pandemi lebih banyak yang ‘online’, tetapi sejak beberapa waktu terakhir sudah mulai ada beberapa pembeli yang datang ke outlet-outlet kami,” katanya sebagaimana dilansir Antara, Jumat (2/10). Selain itu, meski mengalami penurunan, Kampung Laweyan yang saat ini masih menyisakan sekitar 40 pembatik juga masih beraktivitas. “Memang beberapa perajin masih memproduksi seragam. Ekspor juga masih ada beberapa. Tetapi kondisinya tidak sama jika dibandingkan sebelum pandemi,” kata Wakil Ketua Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan tersebut. Bahkan, biasanya di jelang Hari Batik yang jatuh pada hari ini, Kampung Batik Laweyan sudah dipenuhi konsumen baik yang berasal dari dalam maupun luar kota. “Tetapi sejak beberapa hari yang lalu, kondisinya sepi sekali. Biasanya sampai macet, mau lewat saja susah,” katanya. Ia berharap dengan kembali didengungkannya batik pada Hari Batik yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober bisa menjadi titik balik bisnis batik yang sempat terpuruk di masa pandemi Covid-19. “Mudah-mudahan jelang akhir tahun membaik, setelah Hari Batik atau nanti sekitar Desember harapannya sudah mendekati normal, akhir tahun jadi titik balik mendekati normal untuk produksinya,” katanya.

Himbauan Ikatan Dokter: Tingkatkan Kekebalan Tubuh, Pandemi Masih Lama

JAKARTA, Jowonews- Masyarakat dihimbau untuk menjaga diri dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena pandemi kemungkinan masih akan berlangsung lama. “Pandemi ini mungkin masih panjang, fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan jumlahnya terbatas. Kita harus berusaha maksimal dalam menjaga diri agar tidak sakit,” kata Sekretaris Tim Mitigasi Dokter dalam Pandemi Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Ekasakti Octohariyanto dalam acara bincang-bincang Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang disiarkan akun Youtube BNPB Indonesia dari Gedung Graha BNPB, Jakarta, Jumat (2/10). Eka mengatakan tubuh manusia adalah konstruksi yang paling cerdas. Tanpa ada penambahan suplemen atau vitamin, asalkan melakukan kegiatan berolahraga yang sesuai, makan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi, dan berpikir positif; maka sistem kekebalan tubuh akan meningkat. Karena itu, Eka menyarankan masyarakat untuk melakukan aktivitas olahraga, setidaknya tiga kali sepekan dalam waktu 30 menit agar denyut nadi meningkat. “Kita tahu ada makanan yang disebut junk food, ada juga yang terlalu banyak mengandung gula. Itu akan mengakibatkan kelainan metabolisme tubuh. Jadi asupan gizi dari makanan harus sesuai,” tuturnya. Perhatikan Asupan Gizi Menurut Eka, seseorang perlu memperhitungkan usia dalam menentukan kebutuhan asupan gizi tubuh. Tubuh manusia sebenarnya tidak memerlukan terlalu banyak karbohidrat. Karena itu, dia menyarankan cukup makan nasi dua atau tiga kali sehari. “Nasi yang kita makan sebenarnya akan menjadi gula. Karena itu sebenarnya kita tidak memerlukan tambahan gula dari kopi atau teh yang manis karena akan terlalu banyak gula. Kalau memang suka minum kopi atau teh dengan gula, ya, kadar nasinya dikurangi,” katanya. Selain nasi sebagai sumber karbohidrat, asupan gizi dari makanan juga harus mengandung protein. Karena itu, Eka menyarankan jangan hanya makan nasi dengan lauk seadanya. Selain itu, tubuh juga memerlukan asupan lemak. “Namun, jangan terlalu banyak mengonsumsi gorengan karena mengandung asam lemak tidak jenuh yang sulit diurai,” tuturnya.

Cara Bedakan Batik Asli dengan Tekstil Bercorak Batik

JAKARTA, Jowonews- Seiring berjalannya waktu, sejumlah pengrajin mencoba inovasi baru dengan membuat batik secara cetak (printing ) dengan bantuan teknologi, alih-alih membuatnya dengan ukiran tangan. Hal itu kemudian membuat harga batik printing tersebut lebih murah di pasaran daripada harga batik yang dibuat secara langsung dengan metode tulis, cap, maupun kombinasi keduanya. Ketua Galeri Batik YBI Periode 2010-2019 dan aktivis Yayasan Batik Indonesia, Dr. Tumbu Ramelan membagikan sejumlah kiat untuk membedakan kain batik asli yang dibuat secara handmade, dengan kain yang dicetak dengan motif batik (printing). “Cara termudahnya adalah harus diingat bahwa batik tulis selamanya tidak ada (model) yang sama. Kalau cap, ada yang sama dan berulang dan biasanya tembus ke belakang,” kata Tumbu melalui diskusi virtual, Kamis (1/10). Sementara, kain dengan motif batik yang dicetak biasanya berlainan di depan dan belakangnya. “Tapi memang, saat ini memang cukup susah (untuk membedakannya), karena batik print sekarang sudah bisa di-print bolak balik, sehingga kita akan mudah terkecoh karena hasilnya rapi. Harus dipelajari, teliti dan dipegang langsung,” ujar Tumbu. Ciri-ciri Batik Lebih lanjut, Ketua Asosiasi Pengusaha dan Perajin Batik Indonesia, Dr. H. Komarudin Kudiya, menambahkan bahwa pengertian dan ciri-ciri batik sudah tertera di SNI 0239:2014. Menurut pengertian yang tercantum, batik adalah kerajinan tangan sebagai hasil pewarnaan secara perintangan menggunakan malam (lilin batik) panas sebagai perintang warna. Alat utama pelekat lilin batik berupa canting tulis dan atau canting cap untuk membentuk motif tertentu yang memiliki makna. Sementara, menurut SNI 8184:2015, tiruan batik dan paduan tiruan batik dengan batik adalah produk manual, semi masinal dan/atau masinal yang dibuat menggunakan alat utama screen-rakel dan atau alat lain untuk melekatkan pewarna, bahan kimia cabut warna, dan atau malam dingin serta paduannya untuk membentuk motif. “Kombinasi printing dan unsur batik cap/tulis menjadi lebih susah lagi untuk dibedakan, karena disablon dulu. Kain putih dibentangkan dan disablon, untuk mengganti pekerjaan sulit pas mbatik,” kata Komarudin. Ia menambahkan, memerlukan kecintaan untuk benar-benar mampu mengidentifikasi batik asli dengan kain cetak batik. “Batik adalah identitas Indonesia. Masyarakat harus concern dan tanggung jawab, harus cinta dulu, sehingga kita akan tahu bedanya,” pungkasnya.

Sudah Pakai Batik Hari Ini?

SEMARANG, Jowonews- Ya, hari ini kita berbatik sukaria. Seluruh warga Indonesia disarankan berbusana batik setiap tanggal 2 Oktober, atau di hari batik nasional. Pada tanggal 2 Oktober 2009 inilah batik resmi terdaftar sebagai Warisan Kemanusiaan Karya Agung Budaya Lisan dan Nonbendawi di badan dunia PBB UNESCO. Keputusan tersebut tercetusdalam sidang keempat Komite Antar-Pemerintah tentang Warisan Budaya Nonbendawi yang diselenggarakan UNESCO di Abu Dhabi. Sebelum mendapatkan pengakuan resmi badan dunia, batik pertama kali diperkenalkan kepada dunia internasional oleh Presiden Soeharto saat mengikuti konferensi PBB. Lalu di era pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, batik Indonesia didaftarkan untuk mendapat status intangible cultural heritage (ICH) melalui kantor UNESCO di Jakarta, pada tanggal 4 September 2008. Pengajuan itu dilakukan oleh kantor Menko Kesejahteraan Rakyat mewakili pemerintah dan komunitas batik Indonesia. Baru setahun kemudian, warisan budaya asli Indonesia itu resmi diakui dunia. Dan saat ini, batik menjadi salah satu tren busana nasional bahkan internasional. Motif dan pembuatannya yang unik disukai kalangan tua dan muda. Pakaian ini kerap dikenakan mulai dari rakyat kebanyakan hingga pesohor. Modelnya pun sudah beragam. Tak hanya motif klasik pakaian resmi saja, batik dengan gaya kasual pun mulai marak. Batik telah menjadi pakaian segala acara. Jadi, tunggu apalagi. Ayo pilih dan pakai batikmu. Artikel ini telah tayang di media partner Berita Semenit https://www.instagram.com/p/CF0cn10HEk9/