Jowonews

Perumahan Berbasis Komunitas Relevan di Masa Pandemi

SEMARANG, Jowonews- Skema perumahan berbasis komunitas sangat relevan dilaksanakan pada masa pandemi Covid-19. Karena lingkungan terbangun secara lebih tertata dengan jarak antarbangunan dan luas rumah yang memadai. Hal tersebut disampaikan pakar perumahan dari Universitas Diponegoro  Dr. Ing. Asnawi Manaf, S.T. di Semarang, Jawa Tengah, Jum’at (30/10). Penerapan skema tersebut, lanjut Asnawi, secara masif juga akan membangkitkan kembali gairah kehidupan ekonomi pada saat ancaman krisis ekonomi yang sedang menghantui bangsa ini. Menurut Asnawi, skema ini mengubah bisnis model dari model konvensional yang selama ini diterapkan dengan prinsip “menjual” rumah menjadi “membangun” rumah. “Kita lihat di dalam tradisi membangun rumah keluarga berpenghasilan rendah yang selama ini mereka terapkan secara swadaya dan individual,” kata lulusan doktor Universitas Kassel Jerman ini, sebagaimana dilansir Antara. Dengan skema membangun rumah berbasis komunitas ini, lanjut dia, keswadayaan yang semula individual diorganisasi sehingga masyarakat bisa membangun rumah secara lebih terencana di dalam suatu lingkungan yang lebih tertata. Melalui skema ini, menurut Asnawi, tidak hanya memberikan peluang bagi keluarga kurang mampu untuk mewujudkan rumah impiannya, tetapi juga dapat mengurangi dampak dari munculnya lingkungan-lingkungan kumuh (padat tidak tertata) seperti yang terjadi di kota-kota Indonesia selama ini. Mengingat begitu besar tantangan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi kalangan keluarga dengan pendapatan di bawah Rp6 juta, ditambah lagi dengan situasi pandemi yang sangat berat saat ini, Undip menawarkan suatu gagasan inovatif dan menginisiasi pelaksanaannya dalam bentuk pilot proyek di Desa Branjang, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Untuk mewujudkan hal itu, kata Asnawi yang pernah sebagai Wakil Dekan Fakultas Teknik Undip, Inclusive Housing and Urban Development Research Center (IHUDRC), salah satu pusat riset teknologi Fakultas Teknik Undip yang dipimpinnya ini, bekerja sama dengan Kementerian PUPR dan Kementerian ATR/BPN serta Bank Jateng. “Gagasan tersebut adalah skema perumahan berbasis komunitas dengan dukungan program BP2BT (Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan) Swadaya,” kata Asnawi selaku inisiator. Ia berharap proyek ini dapat berjalan dengan baik dan menjadi contoh untuk diterapkan di berbagai daerah lain di Indonesia. Melalui skema ini masyarakat dapat memiliki rumah di dalam suatu lingkungan yang aman, sehat, dan nyaman seharga Rp130 juta saja. “Bahkan, harga ini pun akan mendapatkan program BP2BT hingga Rp40 juta sehingga untuk cicilan rumah subsidi yang biasanya sekitar Rp1,1juta, mereka cukup mencicil sebesar Rp800 ribuan saja per bulan,” kata Asnawi.

Tiga Kecamatan Kena Dampak Erupsi Gunung Sinabung

MEDAN, Jowonews- Tiga kecamatan terpapar debu vulkanik dan luncuran awan panas akibat erupsi Gunung Sinabung, Kamis (29/10), sekitar pukul 17.52 WIB. “Erupsi Gunung Sinabung itu meluncurkan awan panas dengan jarak 2.000 meter ke arah timur-tenggara, dan tinggi kolom 1.500 meter,” ujar Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo Natanail Perangin-angin saat dihubungi dari Medan, Kamis (29/10). Ia menjelaskan, tiga kecamatan di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara yang terdampak awan panas itu yakni Kecamatan Berastagi, Kecamatan Merdeka, dan Kecamatan Dolat Rakyat. “Tidak ada rumah warga yang rusak di tiga kecamatan itu, akibat Erupsi Sinabung, di Kabupaten Karo,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Sebelumnya, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Rabu (28/10) sekira pukul 08.51 WIB kembali meluncurkan awan panas dengan jarak 1.000 meter ke arah timur-tenggara. Erupsi gunung Sinabung itu terekam seismogram dengan amplitudoa maksimum 120 mm dan durasi 166 detik. Saat ini Gunung Sinabung berada pada status Level III (Siaga) dengan rekomendasi warga maupun petani agar tidak melakukan aktivitas di desa-desa yang sudah direlokasi, serta lokasi di dalam radius 3 km dari puncak Gunung Sinabung. Selanjutnya radius sektoral 5 km untuk sektor selatan-timur, dan 4 km untuk sektor timur-utara.

Kurang Sehat Setelah Liburan, Pekerja Diimbau Tak Masuk Kerja Dulu

SEMARANG, Jowonews- Pekerja yang merasa kurang sehat usai bepergiaan saat libur panjang diimbau untuk tidak langsung masuk bekerja. “Sepulang bepergian, misalnya masih meriang, jangan berangkat kerja dahulu,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam, di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (29/10). Menurut dia, imbauan kepada para pekerja sudah disampaikan sebelum dimulainya liburan panjang memeringati Maulid Nabi Muhammad saw. Masyarakat sudah diimbau untuk memastikan kondisi kesehatannya sebelum berpergian saat libur panjang ini. “Kalau bisa sebelum ke luar kota harus rapid test atau swab terleih dahulu. Di puskesmas pasti akan difasilitasi,” katanya. Hakam juga mengimbau masyarakat untuk selalu menerapkan protokol kesehatan, memakai masker, menjaga jarak, serta selalu mencuci tangan. Ia juga menggarisbawahi peran Kampung Siaga Candi dalam upaya mengantisipasi penyebaran Covid-19 saat libur panjang ini. “Diharapkan jika nanti aktivitas perkantoran sudah dimulai, para pekerjanya dalam kondisi sehat,” katanya.