Jowonews

Inilah 30 Pemain Timnas U-19 yang Ikuti TC di Spanyol

JAKARTA, Jowonews- – PSSI mengirimkan 30 pemain Timnas U-19 untuk pemusatan latihan (TC) di Spanyol sebagai persiapan menghadapi Piala AFC U-19. Pelaksana tugas Sekjen PSSI Yunus Nusi resmi melepas para pemain di Hotel Fairmont, Jakarta Pusat, Sabtu (26/12). Mereka akan menjalani serangkaian uji coba hingga 31 Januari 2021. Yunus mengatakan meski awalnya TC ini disiapkan untuk Piala Dunia U-20 -yang kemudian ditunda- tetapi sudah menjadi kewajiban PSSI untuk membina kemampuan para pemain muda terlepas apapun itu kondisinya. Di satu sisi, PSSI juga ingin menjaga kondisi mental para pemain yang dalam beberapa bulan ke belakang sudah berlatih keras. Apalagi, mereka akan menjadi tulang punggung Indonesia di masa mendatang maka sudah harus dipersiapkan sejak jauh-jauh hari. “Ketua umum PSSI mengatakan harus menjaga psikologis dan mental tadi. Janganlah mereka ini sudah tidak bisa lagi berlaga di (Piala Dunia U-20) 2021, lalu kita juga tidak berangkatkan ke Spanyol. Ketum tetap menghargai dan memahami tentang psikologi anak-anak,” kata Yunus sebagaimana dilansir Antara. Berikut daftar 30 nama pemain yang ikut TC ke Spanyol: 1. Rizky Ridho – Persebaya2. Erlangga Setyo – Persib3. Bagas Kaffa – Barito Putera4. Mohammad Kanu – Babel United5. M. Adi Satrio – PSMS6. Mochammad Supriadi – Persebaya7. Irfan Jauhari – Bali United8. Pratama Arhan – PSIS9. Braif Fatari – Persija10. Bayu M Fiqri – Persib11. Khairul Imam Zakiri – Gymnastica Cueta12. Saddam Gaffar – PSS Sleman13. Muhammad Fadhil- Semen Padang14. Sandi Samosir – Persija15. Arya Gerryan – Borneo FC16. Andre Oktaviansyah-17. Komang Teguh – Borneo FC18. David Maulana – Barito Putera19. Moh. Bahril Fajar – PSIS20. Salman Alfarid – Persija21. Rendy Juliansyah-22. Titan Agung Bagus – Arema23. Kakang Rudianto – Persib24. Alfrianto Nico – Persija25. Genta Alparedo – Semen Padang26. Fajar Fathur Rahman – Borneo FC27. Pualam Bahari – Borneo FC28. Witan Sulaeman – FK Radnik Surdulica29. Elkan Baggott- Ipswich Town FC30. Kelana Noah Mahessa- Bonner SC

Masih Perlukah 3M Setelah Divaksin?

JAKARTA, Jowonews- Jika kita telah telah mendapatkan vaksin Covid-19 , masihkah perlu mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak atau 3M? Jawabannya tetap perlu, setidaknya menurut Internis di University of Illinois School of Public Health, Jay Bhatt dan dokter di Massachusetts, Shazia Ahmed. Mereka sepakat protokol kesehatan (3M) menjadi alat utama untuk mencegah infeksi dan penularan virus. Mengenakan masker wajah misalnya, dapat mengurangi risiko infeksi hingga 70 persen. Mereka, seperti dikutip dari ABC News, Sabtu (26/12) mengungkapkan, mendapatkan vaksin mengajarkan tubuh cara berhasil melawan virus tanpa benar-benar sakit. Hal ini berbeda dengan langkah-langkah kesehatan masyarakat, yang mengandalkan pengurangan paparan virus. Jadi, untuk mengatasi pandemi secara efektif, semua orang harus mengurangi paparan virus dan mendukung kampanye vaksinasi, lansir Antara. Di sisi lain, ada alasan Anda perlu terus memakai masker (dan mempraktikkan pedoman keselamatan lain yang disarankan) selama dan setelah vaksinasi. Salah satunya vaksinasi tidak memberikan kekebalan instan. Vaksin Pfizer, BioNTech dan Moderna membutuhkan dua dosis yang diberikan dengan jarak dua minggu. Bergantung pada vaksinnya, perlu waktu empat hingga enam minggu sejak pemberian dosis awal untuk mencapai tingkat kekebalan dan perlindungan yang sebanding seperti dalam uji klinis. Selama waktu ini, Anda masih mungkin tertular infeksi dan jatuh sakit. Lebih lanjut, uji coba vaksin tidak melacak apakah peserta memakai masker. Mengingat kurangnya data, tidak jelas apakah kemanjuran vaksinasi ada hubungannya dengan peserta uji coba vaksin yang mengikuti langkah-langkah keamanan kesehatan masyarakat, seperti memakai masker. Alasan lainnya, ada kemungkinan penyedia layanan kesehatan tidak meniru uji klinis terkontrol. Faktor-faktor seperti bagaimana vaksin disimpan, diangkut, diberikan dapat menentukan keefektifan vaksin. Kekebalan Kelompok Selain itu, ambang batas kekebalan kelompok untuk Covid-19 tidak diketahui. Kekebalan kelompok terjadi ketika cukup banyak populasi yang terpapar virus, biasanya melalui vaksinasi, dan membatasi kemampuan virus untuk menyebar. Persentase penduduk yang membutuhkan imunisasi untuk mencapai kekebalan kelompok bervariasi menurut penyakit. Pada kasus campak misalnya, sebanyak 95 persen populasi perlu divaksinasi untuk membatasi penyebaran. Sementara untuk COVID-19, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) bahkan belum menetapkan ambang kekebalan kawanan. Hal lainnya yang menjadi pertimbangan, durasi kekebalan vaksin yang tidak diketahui. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) memerlukan median dua bulan data setelah penyelesaian rejimen vaksinasi. Kabar baiknya, sel memori sistem kekebalan tubuh yang mengidentifikasi infeksi dan meningkatkan respons kekebalan, bertahan lebih dari enam bulan pada pasien COVID-19 tertentu. Dari sisi penularan, saat ini belum ada kejelasan apakah vaksin mencegah penularan COVID-19. Dalam uji klinis mereka, baik Pfizer, BioNTech maupun Moderna, tidak melacak kasus infeksi tanpa gejala dengan COVID-19. Hal ini berarti kemampuan vaksin untuk menurunkan penularan tidak pernah dievaluasi. Penelitian selanjutnya perlu mengevaluasi apakah vaksinasi menurunkan penularan virus sebelum pihak medis dapat mengevaluasi kembali peran langkah-langkah kesehatan masyarakat. Vaksin yang dibuat, diuji dalam 10 bulan terakhir ini menawarkan tingkat kemanjuran lebih dari 94 persen. Sejauh ini, tidak ada kejadian buruk yang serius. Setiap individu yang memenuhi syarat perlu mendapatkan vaksin. Vaksinasi secara signifikan mengurangi risiko sakit, tetapi ini tidak menandakan berakhirnya tindakan kesehatan masyarakat seperti 3M. “Kita harus terus mengikuti langkah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk mengurangi paparan virus corona seperti memakai masker, cuci tangan dan menjaga jaga jarak,” demikian kesimpulan Bhatt dan Ahmed.

Libur Akhir Tahun, Puluhan Obyek Wisata Jateng Justru Ditutup

MAGELANG, Jowonews- Sebanyak 84 dari 690 objek wisata di Provinsi Jawa Tengah tutup selama libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19. Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jateng Sinung Nugroho Rachmadi di Magelang, Jateng, Sabtu (26/12), mengatakan sejumlah objek wisata yang tutup tersebut berada di tujuh kabupaten atau kota. “Mereka ada yang menutup sebagian tempat wisata dan ada juga yang menutup seluruh tempat wisatanya,” katanya usai memantau pelaksanaan tes cepat antigen di Gedung Tourist Information Center (TIC) Borobudur. Ia menyebutkan daerah yang menutup seluruh objek wisatanya yakni Kabupaten Purworejo 27 objek wisata, Kudus (17), Rembang (10), dan Wonogiri (17). Sedangkan daerah yang lain menutup sebagian objek wisatanya, yakni Jepara (9), Surakarta (1), dan Pemalang (3). Sinung mengatakan mereka menutup objek wisatanya karena tidak mau ambil risiko jika terjadi peningkatan kasus Covid-19. “Hal itu kebijakan pemda dan kami menyambut baik. Itu merupakan langkah kebijakan lokal artinya bersamaan dengan itu perilaku wisatawan atau masyarakat perlu didorong agar kesadaran mereka berwisata pun harus dibarengi dengan kesadaran protokol kesehatan,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Menurut Sinung, mereka ada yang tutup saat akhir pekan saja dan saat hari kerja tetap buka seperti di Pemalang. Tetapi ada yang tutup mulai 24 Desember 2020-3 Januari 2021, yakni di Kabupaten Purworejo. “Hal ini tidak apa-apa, merupakan suatu kebijakan yang mungkin tidak populis, tetapi kami bisa mengerti. Daerah yang lain secara kontekstual tergantung pada kebijakan pemerintah daerah. Bagi yang tetap buka harus memperketat protokol kesehatan,” katanya. Terkait pelaksanaan tes cepat antigen di kawasan objek wisata, dia menyampaikan memang kegiatan ini sangat berpengaruh pada animo wisatawan. Tetapi kepentingan masyarakat jauh lebih utama dan lebih prioritas untuk mengedepankan protokol kesehatan demi kepentingan bersama. “Untuk apa ketika kita memanfaatkan libur akhir tahun, Natal dan Tahun Baru kalau kemudian angka pandemi Covid-19 belum bisa kita turunkan,” katanya. Oleh karena itu, katanya, target Gubernur Jateng dan hasil komunikasi, koordinasi dengan forkompimda dan juga kabupaten/kota semua sepakat bahwa tahun baru tidak boleh ada pesta dan kerumunan.

Perlukah Vaksin Bagi Mantan Pasien Covid-19?

JAKARTA, Jowonews- Anda yang pernah terkena Covid-19, apakah masih perlu mendapatkan vaksin Covid-19? Walau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) belum memberikan rekomendasi, namun, pakar kesehatan menyarankan Anda tetap memerlukannya. Asisten profesor kedokteran di Northwest University Feinberg School of Medicine, Chicago, Michelle Prickett mengatakan, salah satu alasannya, Anda masih bisa terkena Covid-19 lagi. “Pasien yang telah terinfeksi Covid-19 harus tetap mendapatkan vaksin. Kami tidak yakin infeksi sebelumnya akan menyebabkan kekebalan seumur hidup. Data saat ini menunjukkan infeksi sebelumnya dapat memberikan kekebalan selama sekitar enam bulan,” kata dia seperti dilansir Antara dari Livestrong, Sabtu (26/12). Meskipun tidak umum, tetapi para penyintas bisa terinfeksi kembali Covid-19. Satu laporan dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases mengungkapkan, infeksi kedua pada seorang pemuda asal Nevada lebih buruk daripada yang pertama, membuatnya dirawat rumah sakit untuk mendapatkan oksigen. Profesor di departemen ilmu kesehatan, Virginia Tech, Lisa Lee mengatakan, Anda perlu tetap divaksin karena belum adanya kepastian tentang berapa lama kekebalan benar-benar bertahan. “Dalam hal keamanan, tidak menjadi masalah untuk divaksinasi (setelah sembuh dari Covid-19, dan itu pasti akan membantu mencegah seseorang terinfeksi lagi,” kata dia. Alasan lainnya Anda tetap harus divaksin, Anda dapat membantu menjaga orang lain tetap aman dari Covid-19. “Salah satu tujuan utama vaksinasi adalah untuk melindungi orang yang tidak bisa mendapatkan vaksin,” kata Lee. Jika cukup banyak orang yang divaksinasi, maka akan tercipta kekebalan kawanan yang merupakan perlindungan komunitas. “Jika kawanan tidak bisa tertular infeksi, mereka tidak bisa menularkannya kepada orang yang rentan. Pada dasarnya, kekebalan kawanan menciptakan semacam pelindung di sekitar mereka yang rentan, infeksi tidak dapat menembus dan mencapai mereka,” demikian tutur Lee.

Alat Deteksi Covid-19 Buatan UGM Siap Dipasarkan

YOGYAKARTA, Jowonews- Alat pendeteksi Covid-19 berbasis embusan napas GeNose buatan tim riset Universitas Gadjah Mada (UGM) telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan RI dan siap dipasarkan. Ketua tim pengembang GeNose Prof Kuwat Triyana melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Sabtu (26/12), mengatakan izin edar GeNose dengan nomor Kemenkes RI AKD 20401022883 telah terbit pada Kamis (24/12). “Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan luar biasa dari banyak pihak GeNose C19 secara resmi mendapatkan izin edar untuk mulai dapat pengakuan oleh regulator, yakni Kemenkes, dalam membantu penanganan Covid-19 melalui skrining cepat,” kata Kuwat. Menurut Kuwat, setelah izin edar diperoleh, tim akan melakukan penyerahan GeNose C19 hasil produksi massal batch pertama yang didanai oleh Badan Intelijen Negara (BIN) dan Kemenristek/BRIN untuk didistribusikan. Ia berharap dengan jumlah GeNose C19 yang masih terbatas mampu memberikan dampak maksimal. Dengan 100 unit batch pertama yang akan dilepas, Kuwat berharap dapat melakukan 120 tes per alat atau totalnya 12 ribu orang sehari. Angka 120 tes per alat itu dari estimasi bahwa setiap tes membutuhkan 3 menit termasuk pengambilan napas. “Sehingga, 1 jam dapat mengetes 20 orang dan bila efektif alat bekerja selama 6 jam,” kata dia sebagaimana dilansir Antara. Harapan ini dapat diwujudkan, kata Kuwat, bila distribusi GeNose C19 dilakukan tepat sasaran, seperti di bandara, stasiun kereta, dan tempat keramaian lainnya. Termasuk di rumah sakit, termasuk ke BNPB yang dapat mobile mendekati suspect Covid-19. Namun, ia menegaskan pada tahap ini tidak memungkinkan pengadaan GeNose C19 untuk keperluan pribadi. Kuwat menegaskan setelah mendapatkan izin edar GeNose C19 akan segera diproduksi massal. Menurut dia, tim berharap bila ada 1.000 unit, maka akan mampu melakukan tes sebanyak 120 ribu orang sehari, dan bila ada 10 ribu unit (sesuai target di akhir bulan Februari 2021), maka Indonesia akan menunjukkan jumlah tes Covid-19 per hari terbanyak di dunia, yakni 1,2 juta orang per hari. “Tentu, bukan hanya angka-angka seperti itu harapan kita semua. Namun kemampuan mengetes sebanyak itu diharapkan akan menemukan orang-orang terinfeksi Covid-19 tanpa gejala (OTG) dan segera diambil tindakan isolasi atau perawatan sehingga rantai penyebaran Covid-19 dapat segera terputus,” kata Kuwat. Untuk mewujudkan itu, 5 industri konsorsium telah berkomitmen untuk mendukung. Yakni PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (bagian mekanik), PT Hikari Solusindo Sukses (elektronik dan sensor), PT Stechoq Robotika Indonesia (pneumatic), PT Nanosense Instrument Indonesia (artificial intelligence, elektronik dan after sales), dan PT Swayasa Prakarsa (assembly, perizinan, standar, QC/QA, bisnis). Murah dan Cepat Ia menjelaskan nantinya biaya tes dengan GeNose C19 cukup murah hanya sekitar Rp15-25 ribu. Hasil tes juga sangat cepat, yakni sekitar 2 menit serta tidak memerlukan reagen atau bahan kimia lainnya. Selain itu, pengambilan sampel tes berupa embusan napas juga dirasakan lebih nyaman dibandingkan usap atau swab. Mewakili tim, Kuwat juga memberikan apresiasi kepada semua pihak yang membantu pengembangan GeNose C19, yaitu Kemensesneg, BIN, Kemenristek/BRIN/LPDP, Kemendikbud, Kemenhub, Kemenkes, KemenPUPR, Kemenlu, TNI AD dan Polri. Selain itu, juga kepada 8 rumah sakit mitra uji diagnostik (RSUP Dr Sardjito, RSPAU Hardjolukito Yogyakarta, RS Bhayangkara Tk III Polda DI Yogyakarta, RSLKC Bambanglipuro Bantul, RST Dr. Soedjono Magelang, RS Bhayangkara Tk I Raden Said Soekanto Jakarta, RS Akademik UGM, dan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang), juga kepada tim review uji klinis Kemkes yang telah memberi masukan secara kritis dan konstruktif. Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni, Prof. Dr. Paripurna mengatakan siap dipasarkannya GeNose ini menunjukkan kontribusi UGM menangani pandemi sekaligus agar roda perekonomian tetap berjalan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Menurut Paripurna, hal ini juga memperlihatkan berjalannya kemitraan dan kerja sama strategis antara universitas, pemerintah, industri dan masyarakat. “Ini kerja bagus sekaligus perwujudan UGM Science Techno Park sebagai jembatan antara universitas dan industri serta tempat riset para dosen dan mahasiswa,” kata dia. Paripurna juga mengapresiasi adanya perhatian banyak pihak terhadap pengembangan GeNose ini, seperti Ketua dan anggota MWA, Menteri PUPR, Menteri Perhubungan dan Menteri Luar Negeri, BIN, RistekBRIN, serta mitra lainnya.