MEDIA TRADISIONAL: Jaga Kesenian Khas Banyumas secara Konkret
BANYUMAS, Jowonews.com – Kondisi berkebudayaan dan berkesenian saat ini kian tergerus digempur modernisasi teknologi. DPRD Jateng berupaya secara aktif mendorong para seniman bisa tetap mempertahankan, sekaligus untuk melestarikan seni dan tradisi daerah. Hal itu dikatakan anggota DPRD Jateng Asfirla Harisanto saat menjadi narasumber dalam acara Dialog Media Tradisional Laras Budaya Nguri-uri Budaya Tradisional bertema “Eling-eling, balio maning”di Pendapa Wakil Bupati Banyumas, Purwokerto, Sabtu (11/6/2022). “Saya sebenarnya sudah lama memiliki gagasan bersama para seniman di Banyumas untuk menggelar pertunjukkan kesenian tradisional dengan penampilan sesuatu yang berbeda, tentunya kemasan yang lebih baik, seperti panggung dan perlengkapan, lampu-lampu dan lainnya disesuaikan dengan kondisi sekarang,” ujar Bogi panggilan akrab politikus PDI Perjuangan itu. Selanjutnya dia juga mengimbau agar kebiasaan-kebiasaan terkait upaya pelestarian budaya dan kesenian secara konkret bisa dimulai lagi . Misalnya memberikan kesempatan kesenian untuk ditampilkan dalam pembukaan acara-acara resmi maupun tidak resmi yang diselenggarakan oleh instansi-instansi baik pemerintah maupun swasta. Menurutnya, untuk lebih menarik minat terutama bagi kalangan muda,kesenian tradisional warisan leluhur ini dikembangkan dengan inovasi dan kreasi serta kemasan yang lebih baik hingga bisa seperti tata cahaya, tata panggung dan penggunaan teknologi sehingga kesenian tradisi bisa tampil lebih berkesan dan fresh. Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Kesenian Banyumas Jarot C Setyoko menuturkan, pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020 lalu banyak sektor perekonomian yang terdampak, tidak hanya pariwisata, perhotelan, industri, namun seni dan budaya, banyak seniman yang ikut terpuruk tidak memperoleh job pementasan. Namun, lanjutnya, dengan melandainya pandemi saat ini dan adanya kelonggaran dari pemerintah diharapkan para seniman bisa bangkit kembali dan mengembangkan kreasinya, sekaligus mempertahankan kelestarian seni dan budaya daerah. Bahkan, tutur Jarot, di Kabupaten Banyumas para seniman yang memiliki banyak kreasi, mulai menyambut positif, mereka sudah dapat menggelar pementasan, hingga job tanggapan sudah kembali mengalir. “Semoga pandemi ini cepat berakhir, karena dampaknya mengakibatkan sektor perekonomian menjadi lesu, termasuk seni dan budaya. Namun, para seniman kini kembali berkreasi dengan mengemas pementasan maupun pagelaran kesenian yang lebih baik,” ujar Jarot. Senada budayawan sekaligus Manajer Keroncong Iromo, Nurcholish mengatakan para seniman keroncong kini mulai penuh semangat untuk kembali pentas di panggung, Keroncong Iromo yang merupakan ciptaan Romo Suharto yang lama dipersiapkan untuk pementasan, sekaligus memperkenalkan publik sebagai musik keroncong ‘sampah’ (limbah). Keroncong Iromo ini, juga dikenal sebagai kelompok keroncong sampah (limbah), karena semua perlengkapan peralatan musik dibuat dari bahan limbah kaleng, plastik hingga kayu-kayu bekas. “Semua peralatannya musik keroncong Iromo terbuat dari limbah, seperti biola, gitar, bas, suling, chale dan lainnya,” ujar Nurcholish. Usai berdialog, digelar pentas beberapa seni tari khas Banyumasan dengan diawali penampilan tari lenggeran, geguritan dan tari Baladewa yang dimainkan para seniman dari sanggar Sekar Budaya. Selain kesenian tari tradisional itu, juga ditampilkan pembacaan puisi yang berjudul ‘Sewu Tahun’, dibawakan oleh penyair Wage Teguh Wiyono. Sebagai penutupan Keroncong Iromo kembali tampil dengan membawakan beberapa lagu, bahkan semakin malam semakin seru dan memukau ratusan para penonton yang memadati pendapa itu. (Adv)