Jowonews

Gotong Royong, Falsafah Jawa Untuk Saling Peduli dan Membantu

Gotong Royong, Falsafah Jawa Untuk Saling Peduli dan Membantu

Gotong royong atau saling membantu satu sama lain merupakan ciri khas masyarakat Jawa yang tak bisa ditinggalkan. Bila kita bertandang ke pelosok-pelosok daerah suku Jawa, niscara sikap gotong royong akan selalu terlihat di dalam setiap sendi kehidupan mereka, baik itu suasana suka maupun duka. Pola kehidupan orang Jawa memang telah tertata sejak nenek moyang. Berbagai nilai luhur kehidupan adalah warisan nenek moyang yang adiluhung. Dan, semua itu dapat kita ketahui wujud nyatanya. Eksistensi orang Jawa terjaga dengan sangat kkuat. Sehingga, sampai detik ini, pola-pola tersebut tetap diterapkan dalam kehidupan. Pola hidup kerja sama ini dapat kita temukan pada kerja gotong royong yang banyak diterapkan dalam masyarakat Jawa. Orang Jawa sangat memegang teguh pepatah ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Ini merupakan konsep dasar hidup bersama yang penuh kesadaran dan tanggung jawab. Kita harus mengakui bahwa kehidupan orang Jawa memang sangat spesifik. Dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia, bahkan yang ada di dunia, orang Jawa mempunyai pola hidup yang berbeda. Kebiasaan hidup secara berkelompok menyebabkan rasa diri mereka sangat dekat satu dengan yang lainnya, sehingga saling menolong merupakan sebuah kebutuhan. Mereka selalu memberikan pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan. Bahkan, dengan segala cara, mereka ikut membantu seseorang keluar dari permasalahan, apalagi jika masih tergolong saudara atau teman. Referensi: Babad Tanah Jawi, Soedjipto Abimanyu | Foto: Tabloid Desa

Resep Tengkleng Iga Sapi Khas Solo, Mudah Dan Lezat

Resep Tengkleng Iga Sapi Khas Solo, Mudah Dan Lezat

Resep Tengkleng Iga sapi khas Solo. Tengkleng merupakan kuliner khas solo yang biasa menggunakan iga kambing sebagai bahan utamanya. Namun ternyata ada juga yang menggunakan iga sapi atau tetelan sapi sebagai bahan utamanya. Bagi sebagian orang penggunaan iga sapi sebagai bahan utama tengkleng karena iga sapi dianggap sebagai pilihan yang lebih baik dibandingkan iga kambing. Hal ini karena iga kambing cenderung lebih tinggi kolestrol. Apalagi jelang momen hari raya Idul Adha seperti saat ini. Menyajikan tengkleng iga sapi Solo dengan kuah kental dan berempah sangat tepat disajikan sebagai hidangan hari raya bersama keluarga. Penasaran bagaimana cara pembuatannya? Berikut adalah resep tengkleng iga sapi solo yang dapat kamu coba di rumah. Resep Tengkleng Iga Sapi Khas Solo Bahan :500 gr tetelan/iga Sapi/Kambing Bumbu Halus : 7 siung Bawang merah 5 siung Bawanh putih 5 buah cabe kriting (saya 3 buah cabe merah besar) 15 buah cabe rawit (saya utuhkan) 5 biji kemiri 1 ruas kunyit 1/2 ruas kencur 3 ruas jahe Bumbu lainnya: Lengkuas yang banyak 2 batang sereh, geprek 3 lembar daun salam 10 lembar daun jeruk 1-2 sdm gula jawa garam secukupnya Cara pembuatan: Rebus Tetelan/Iga hingga mendidih, buang kotoran yang menggumpal Tumis semua bumbu hingga mengeluarkan minyak Masukkan ke dalam rebusan tetelan Masak hingga daging tetelannya empuk Sajikaaan Tips Keberhasilan: Masak menggunakan api kecil

Komunitas Muralis Solo Gambar Para Pemimpin Dunia Sebagai Dukungan Presidensi G20

Komunitas Muralis Solo Gambar Para Pemimpin Dunia Sebagai Dukungan Presidensi G20

SURAKARTA – Komunitas Muralis Solo, Jawa Tengah, membuat mural bergambar Presiden Joko Widodo (Joko Widodo) dengan beberapa presiden lain di pinggir ruas Jalan Slamet Riyadi. Mural tersebut sebagai bagian dukungan Seniman Solo terhadap pelaksanaan Presidensi G20 Indonesia. Koordinator Komunitas Muralis, Irul Hidayat, mengatakan mural tersebut merupakan hasil kreativitas bersamaan dengan momentum Presidensi G20 Indonesia. Gambar mural tersebut sesuai dengan salah satu isu prioritas Presidensi G20 Indonesia, yaitu energi berkelanjutan. “Gambaran tersebut merupakan pesan tentang dampak buruk pemanasan global maupun isu lain terkait eksploitasi energi agar dapat tersampaikan kepada para pemimpin dunia maupun masyarakat luas,” kata Irul, dikutip dari Antara Jateng, Jumat (18/6/2022). Kami mengajak mereka, lanjutnya, agar kembali memikirkan isu penting tersebut sesuai dengan karakter sederhana mereka. Tampak dalam gambar tersebut Presiden Jokowi sedang mengenak baju adat Suku Badui. Kepala negara lain yang juga berada dalam gambar antara lain Presiden Rusia Vladimir Putin, Raja Arab Saudi Salman Bin Abdulaziz Al Saud, Presiden Argentina Alberto Fernandez, Presiden Brasil Jair Bolsonaro, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Presiden India Ram Nath Kovind. Lebih lanjut Irul menjelaskan gambar Presiden Jokowi yang mengenak baju adat Suku Badui juga sebagai bentuk pesan. Menurutnya masyarakat Badui sebagai simbol tentang kesederhanaan, dekat dengan alam dan hemat energi. pembuatan mural tersebut membutuhkan waktu hingga tiga minggu dan melibatkan lima muralis. Mereka menggambar mural tersebut hanya di waktu malam hari, menunggu toko tutup. Foto: Antara Jateng

Tiga Pemain Utama PSIS Semarang Bergabung dengan Skuad di Solo

Tiga Pemain Utama PSIS Semarang Bergabung dengan Skuad di Solo

SURAKARTA – Jelang derby Jawa Tengah (Jateng), tiga pemain utama PSIS Semarang telah bergabung bersama tim yang sedang melakukan pemusatan latihan di Solo. Seperti diinformasikan Instagram resmi PSIS, Jonathan Cantillana, Alie Sesay dan Alfreandra Dewangga dikabarkan sudah sampai di Solo. Hadirnya dua pemain asing, Jonathan Cantillana dan Alie Sesay telah melengkapi jumlah pemain asing PSIS saat ini. Sebelumnya lebih dulu bargabung Carlos Fortes dan Taise Marukawa. Bahkan Fortes dan Marukawa telah merasakan atmosfer Piala Presiden dan memiliki catatan yang cukup impresif. Dari dua laga yang berlangsung Fortes mampu mengemas dua gol dan Marukawa satu gol. Diharapkan kehadiran ketiga pemain utama PSIS tersebut dapat menambah kedalaman skuad yang ada saat ini. Tambahan dua pemain asing tersebut tentunya juga membuat PSIS Semarang semakin terasa mengerikan bagi lawan-lawannnya. Di Piala Presiden 2022, PSIS Semarang tergabung di grup A bersama Persis Solo, PSS Sleman, Dewa United dan Persita Tangerang. PSIS Sendiri telah melakoni dua pertandingan dengan hasil satu kemenangan dan satu seri. Untuk saat ini PSIS Semarang berada posisi teratas grup A dengan torehan empat poin.

Jaimerson Da Silva, Pemain Baru Lini Belakang Persis Solo

Jaimerson Da Silva, Pemain Baru Lini Belakang Persis Solo

SURAKARTA – Persis Solo terus menambah kedalaman skuad untuk mengarungi persaingan di Liga 1 2022/2023. Baru-baru ini Persis memperkenalkan Jaimerson Da Silva Xavier untuk mengisi slot pemain asing. Jaimerson bukanlah orang asing dalam kancah persepakbolaan Indonesia. Pada musim-musim sebelumnya Jaimerson pernah membela Persija Jakarta dan Madura United. Pemain asal Brazil dengan posisi stopper ini mengaku telah mengikuti perjalanan Persis sejak berkompetisi di Liga 2 Indonesia. Menurutnya klub berjuluk Laskar Sambernyawa ini merupakan tim besar yang sudah seharusnya berlaga di level tertinggi sepak bola Indonesia. “Persis merupakan klub besar, saya harap dapat berjuang bersama tim dan membuat para pendukung di sini merasa senang dengan kehadiran saya,” kata Jaimerson dikutip dari laman resmi klub. Jaimerson berjanji dirinya akan bekerja keras, bermain dengan hati, dan dapat para pendukung klub merasa bangga. Ia berharap dapat menjadi andalan buat tim asal Solo tersebut. Untuk saat ini, Jaime mengaku perlu meningkatkan kondisi fisiknya terlebih dahulu. Setelah gelaran Liga 1 musim lalu selesai, ia tidak berlatih atau mengikuti pertandingan. Menurutnya perlu waktu bagi dirinya untuk kembali dalam kondisi fit. “Mungkin butuh waktu satu minggu agar dapat bertanding bersama tim, saya perlu meningkatkan kebugaran terlebih dahulu. Untuk menghadapi Liga 1 nanti, Persis harus fokus meraih posisi juara. Kita memiliki banyak pemain terbaik untuk bersaing menjadi juara,” pungkasnya.

Narimo Ing Pandum, Falsafah Jawa Untuk Ketentraman Hidup

Narimo Ing Pandum, Falsafah Jawa Untuk Ketentraman Hidup

Ciri khas narimo ing pandum adalah salah satu konsep hidup yang dianut oleh orang Jawa. Pola ini menggambarkan sikap hidup yang serba pasrah dengan segala keputusan yang ditentukan oleh Tuhan. Orang Jawa memang meyakini bahwa kehidupan ini ada yang mengatur dan tidak dapat ditentang begitu saja. Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan adalah sesuai dengan kehendak Sang Pengatur hidup. Kita tidak dapat mengelak, apalagi melawan semua itu. Inilah yang dikatakan sebagai nasib kehidupan. Dan, nasib kehidupan adalah rahasia Tuhan, dan kita sebagai makhluk hidup tidak dapat mengelak. Orang Jawa sangat memahami kondisi tersebut. Sehingga, mereka yakin bahwa Tuhan telah mengatur segalanya. Selanjutnya, konsep hidup narimo ing pandum (ora ngoyo) mengisyaratkan bahwa orang Jawa hidup tidak terlalu berambisi. Jalani saja segala yang harus dijalani. Tidak perlu terlalu ambisi untuk melakukan sesuatu yang nyata-nyata tidak dapat dilakukan. Orang Jawa tidak menyarankan hal tersebut. Hidup sudah mengalir sesuai dengan koridor. Kita boleh saja mempercepat laju aliran tersebut, tetapi laju itu jangan terlalu drastis. Perubahan tersebut hanya sebuah improvisasi kita atas kehidupan yang lebih baik daripada sebelumnya. Orang Jawa mengatakan dengan istilah jangan ngoyo. Biarkan hidup membawa kita sesuai dengan alirannya. Jangan membawa hidup dengan tenaga kita! Bagi orang Jawa, hidup dan kehidupan itu sama dengan kendaraan, yang akan membawa kita pada tujuan yang pasti. Orang Jawa memposisikan diri sebagai penumpang. Kendaraan atau hiduplah yang membawa mereka menuju kehidupan yang lebih baik. Mereka tidak membawa kendaraan tersebut, melainkan dibawa oleh kendaraan. Seperti air di dalam saluran sungai, jika mereka mengalir biasa, maka kondisinya aman dan nyaman. Tetapi, ketika alirannya dipaksa untuk besar, maka aliran sungai tersebut tidak aman lagi bagi kehidupan. Orang Jawa memahami hal tersebut sehingga menerapkan konsep hidup jangan ngoyo. Ngoyo artinya memaksakan diri untuk melakukan sesuatu. Jika kita memaksakan diri untuk melakukan sesuatu, maka kemungkinan besar kita akan mengalami sesuatu yang kurang baik, misalnya kita akan sakit. Referensi: Babad Tanah Jawi, Soedjipto Abimanyu