Jowonews

OPTIMALISASI HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM KURIKULUM MERDEKA

Oleh: M. Erwin Fahrul Khakim Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam upaya meningkatkan kualitas hidup setiap orang. Dengan demikian setiap orang berhak memperoleh pendidikan yang layak. Pemerintah berupaya melalui berbagai kebijakan tentang pendidikan agar setiap orang mendapatkan pendidikan yang merata. Walaupun pada kenyataannya dibeberapa wilayah Indonesia masih terdapat pendidikan yang dapat dikatakan belum merata. Pendidikan erat kaitannya dengan sekolah, walaupun menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pendidikan terdiri dari 3 macam yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal dimana ketiga hal tersebut tidak harus ditempatkan sebuah gedung sekolah. Bagian terpenting dari pendidikan selain adanya sekolah yaitu kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan sebuah perangkat yang berisi pedoman dan aturan tentang penyelenggaraan pendidikan dengan tujuan yang selaras dengan sistem pendidikan nasional. Kurikulum memiliki sifat yang dinamis hal tersebut ditunjukkan dengan perkembangan kurikulum dari tahun 1947 sampai dengan kurikulum yang ada saat ini yaitu kurikulum merdeka. Perubahan kurikulum tersebut dilakukan oleh pemerintah tanpa alasan yaitu menyesuaikan dengan pembelajaran yang ada dalam sebuah satuan pendidikan. Tujuan dari setiap kurikulum memberikan dampak yang berbeda-beda terhadap hasil belajar peserta didik. Sebagaimana contoh kurikulum 2013 penilaiannya dilihat berdasarkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang mencakup 3 aspek yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan untuk kurikulum merdeka mengupayakan setiap peserta didik dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki serta penilaian yang tidak sama rata atau disebut dengan pembelajaran berdiferensiasi. Hal tersebut memberikan makna bahwa setiap peserta didik dengan keterampilan dan keunikan yang dimiliki dikembangkan dan dimanfaatkan dalam setiap pembelajaran. Tujuan lain dari pembelajaran berdiferensiasi adalah diharapkan menimbulkan kegiatan belajar yang sesuai kebutuhan dan mendapatkan hasil pembelajaran yang baik. Sehingga dengan demikian pada pembahasan ini ada dibahas terkait dengan hasil belajar peserta didik yang menggunakan pembelajaran berdiferensiasi dalam penerapan kurikulum merdeka. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitra, 2022 yang berjudul Analisis Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka pada Materi Tata Surya dikelas VII SMP dapat disimpulkan bahwa secara klasikal pada siklus I 76,87% peserta didik sudah dapat memenuhi/memadai dalam pencapaian tujuan pembelajaran, pada siklus II terjadi peningkatan pemahaman 5 indikator yaitu berubah menjadi 90,63% dari peserta didik yang sudah menguasai atau memenuhi pencapaian tujuan pembelajaran yang dilaksanakan dengan asessmen formatif. Hasil lain berdasarkan penelitian tersebut adalah menunjukkan bahwa hasil pembelajaran berdiferensiasi dipengaruhi faktor secara internal yaitu kesiapan belajar, minat dan motivasi serta faktor eksternal yaitu peran guru dalam mengidentifikasi peserta didik dan sarana prasarana penunjang yang dimiliki. Solusi yang saya berikan adalah membuat media pembelajaran sebagai salah satu faktor sarana penunjang yang akan digunakan untuk pembelajaran. Solusi yang saya berikan untuk penelitian diatas dengan materi tata surya yaitu 1) peserta didik yang berkemampuan rendah diminta untuk membuat mini planet dengan menggunakan bahan-bahan sesuai dengan kreatifitasnya masing-masing. 2) Untuk peserta didik yang berkemampuan sedang diminta untuk membuat kerangka miniatur lintasan planet dengan menggunakan media sesuai dengan kreatifitas masing-masing. 3) Untuk peserta didik yang berkemampuan mahir diminta untuk menyusun mini planet dan miniatur lintasan planet yang sudah dibuat oleh kelompok teman diatas. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi guru harus benar-benar mengklasifikasikan setiap peserta didik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, selain itu guru juga harus memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik yang ada didalam kelas untuk menyelesaikan sebuah tugas terkait dengan materi pembelajaran. Karena yang terpenting bagi peserta didik dalam kurikulum merdeka adalah pengalaman yang didapatkan ketika pembelajaran. Selain itu sisi positif lain dari pembelajaran berdiferensiasi adalah tidak lain melihat kemampuan peserta didik dengan menggunakan pencapaian angka melainkan dapat mengkategorikan peserta didik dengan kata sifat. Setiap kurikulum memberikan dampak dan pengalaman tidak hanya kepada peserta didik melainkan juga terhadap guru itu sendiri. Tidak hanya peserta didik yang mampu berpikir kritis tetapi juga guru demikian. Dengan adanya pembelajaran berdiferensiasi peserta didik dapat merasa utuh dan melakukan serta mengerjakan tugas dari guru sesuai dengan perkembangan potensi yang dimiliki dimana hal tersebut dapat melunturkan anggapan bahwa tugas itu berat.

PEMANFAATAN APLIKASI QUIZALIZE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI ERA DIGITAL

Oleh: Putri Zunia Norviana Peradaban teknologi semakin maju pesat, banyak implementasi yang memperalat perkembangan untuk menghasilkan inovasi yang lebih kreatif. seiring berjalannya waktu semakin pesat pula teknologi seperti teknologi informasi. Perubahan itu terjadi secara dinamis, karena pada dasarnya teknologi bersifat mengikuti perkembangan zaman. Sekarang semuanya terasa praktis, teknologi informasi dapat dijangkau hanya beberapa menit. Hal itu berdampak bagi kehidupan sehari-hari, termasuk salah satunya dalam bidang pendidikan seperti media pembelajaran. Majunya teknologi membuat pembelajaran terasa mudah dilakukan. Akses-akses internet sudah dapat dijangkau oleh siapa pun dan melahirkan ide-ide baru dari hasil implementasi teknologi. Mulai bermunculan kreativitas serta inovasi baru yang dinilai lebih efektif dalam membantu pengajar dalam pembelajaran pendidikan terhadap siswanya. Untuk membuktikan salah satu implementasi dari teknologi dalam bidang media pembelajaran tersebut dalam meningkatkan minat belajar pada siswa, mahasiswa PPL 1 PPG Prajabatan PGSD dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) melakukan pembelajaran di SDN Jatisari Semarang terkait penggunaan aplikasi Quizalize pada siswa kelas VI. Kegiatan diawali dengan salam pembuka dan memperkenalkan media pembelajaran digital yang akan diajarkan. Quizalize merupakan salah satu dari banyaknya aplikasi atau platform online yang menyajikan soal-soal latihan kelas dengan penilaiannya. Umumnya aplikasi ini dapat diakses secara bebas menggunakan komputer, ponsel, atau tablet. Hal itu disambut cukup antusias oleh para siswa dalam kelas itu karena umumnya sekarang ini anak-anak seusia mereka sangat menggemari bermain ponsel. Sehingga ketika mereka akan menerima pembelajaran yang berbasis internet merasa sangat antusias. Pembelajaran serta pemaparan materi dilakukan seperti biasanya, dengan menonton video yang telah disiapkan, melihat gambar, dan mendengarkan penjelasan guru. Kemudian dilanjutkan dengan pembagian kelompok dalam kelas. Lalu para siswa dibebaskan untuk berdiskusi terkait pengerjaan lembar kerja peserta didik (LKPD) sebelum salah satu siswa sebagai perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil dari diskusinya. Semua berjalan sangat kondusif, mayoritas siswa dapat dibimbing dengan baik sehingga tidak menghasilkan kendala selama pembelajaran itu berlangsung. Setelah siswa presentasi, kemudian guru memberikan apresiasi dan penguatan terhadap siswa. Untuk membuat suasana lebih antusias, guru memperbolehkan para siswanya untuk mengeluarkan smartphone mereka yang tersimpan di dalam tas lalu menghimbau kepada mereka untuk bermain game quizalize di sela-sela pembelajaran. Guru mengirimkan kode kepada siswa dan meminta untuk bergabung terlebih dahulu. Setelah semua siswa bergabung, guru mengarahkan mereka agar mengerjakan kuis-kuis yang ada di aplikasi itu satu per satu. Siswa yang memiliki poin paling tinggi adalah pemenangnya, hal itu yang membuat mereka antusias dan ambisius untuk menjadi pemenang dengan mengerjakan kuis-kuis tersebut secara sungguh-sungguh. Dari pengerjaan kuis dalam quizalize berhasil melakukan kegiatan belajar mengajar tema 6 subtema 1 pembelajaran 3. Pembelajaran berlangsung menyenangkan dan interaktif, semuanya terasa kondusif dan tenang walaupun mereka saling sibuk dengan pengerjaan kuis mereka. Dari hal tersebut bisa disimpulkan jika pengajaran menggunakan media digital aplikasi quizalize cukup membantu siswa dalam meningkatkan minat mereka dalam sebuah pembelajaran. Bahkan setelah permainan kuis mereka selesai, tak jarang dari mereka yang meminta untuk diberikan kuis kembali. Kemudian pembelajaran ditutup dengan simpulan serta ucapan syukur karena kegiatan yang dilakukan tidak mengalami kendala apa pun dan siswa-siswa yang diajarkan kondusif sehingga tidak menimbulkan keributan. Lalu dilanjutkan dengan adanya sesi dokumentasi. Dari kegiatan yang telah dilakukan tersebut, membuktikan bahwa perkembangan teknologi ini tidak selamanya memiliki dampak yang buruk. Justru hal ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan media pembelajaran yang lebih diminati siswa sehingga proses pembelajaran pun lebih terasa nyaman karena para siswa merasa senang. Adapun pelaksanaannya tidak rumit, cenderung mudah tetapi menarik.

KONSEP PENDIDIKAN MENURUT PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

Oleh: Eka Rani Erawahyuni Menilik dari sejarah, sosok Raden Mas Soewardi Soerjaningrat adalah bangsawan Jawa yang bergerak pada aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia dan menjadi pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Beliau juga pernah menjabat sebagai menteri pengajaran republik Indonesia dari tahun 1945–1945. Beliau dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara yang kini diditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional atas jasa-jasanya dalam mengembangkan pendidikan Indonesia. Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu pendidikan adalah upaya untuk memajukan tumbuhnya pendidikan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, serta tubuh anak. Ki Hajar Dewantara menjabarkan bahwa tujuan pendidikan terbagi menjadi tiga, yaitu : membentuk budi didik yang halus pada pekerti siswa, meningkatkan kecerdasan otak siswa, dan mendapatkan kesehatan badan pada siswa. Berdasarkan konsepsi pendidikan Ki Hajar Dewantara yakni manusia Indonesia yang berbudi pekerti adalah yang memiliki kekuatan batin dan berkarakter. Artinya, pendidikan terarahkan untuk meningkatkan citra manusia di Indonesia menjadi berpendirian teguh untuk berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara sangat berbanding terbalik dengan pendidikan di Indonesia saat ini. Menurut data survei menunjukkan bahwa siswa Indonesia dikategorikan sebagai siswa paling bahagia di dunia. Pada hasil survei yang dilakukan oleh PISA (Program untuk Penilaian Siswa Internasional) pada tahun 2015, siswa Indonesia adalah siswa yang paling bahagia dibandingkan dengan siswa lain dari luar negeri. Walaupun tes akademik menunjukkan hasil buruk bagi Indonesia, tetapi ada kabar baik untuk kondisi mental atau pelajar Indonesia. Itulah sebabnya mereka dikategorikan sebagai siswa yang paling bahagia. Selain itu, merebaknya perkembangan teknologi mengakibatkan siswa dapat mengakses segala jenis informasi yang tidak sesuai dengan umurnya. Hal tersebut dapat menjadi salah satu penyebab merosotnya karakter siswa generasi zaman sekarang. Siswa cenderung mengikuti trend perkembangan zaman sehingga banyak siswa yang dewasa sebelum usianya. Pada anak usia sekolah dasar pendidikan karakter dinilai sangat penting untuk ditanamkan karena pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Potensi karakter yang baik telah dimiliki tiap manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi tersebut harus terus-menerus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan anak sejak usia dini. Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah-natural) dan lingkungan (sosialisasi atau pendidikan-natural). Karakter dapat menjadi ciri khas individu yang ditunjukkan melalui cara bersikap, berperilaku dan bertindak untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Seperti yang sedang ramai digalakkan di sekolah-sekolah dasar yakni mengenai pendidikan karakter dengan melalui pembelajaran berbasis proyek yang dikenal dengan istilah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Profil Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku dengan nilai-nilai Pancasila. Profil Pelajar Pancasila memiliki enam dimensi utama, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia; 2) berkebinekaan global; 3) bergotong royong, 4) mandiri; 5) bernalar kritis; dan 6) kreatif. Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia menghayati keberadaan Tuhan dan selalu berupaya menaati perintah serta menjauhi larangan sesuai dengan ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya, keimanan dan ketakwaan ini terwujud dalam akhlaknya yang mulia. Terdapat lima elemen kunci pada Profil Pelajar Pancasila beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, yang pertama adalah akhlak beragama, serta memiliki pemahaman dalam menerapkan kehidupan beragama. Pelajar Indonesia yang berkebinekaan global adalah pelajar Indonesia yang mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai. Ada tiga elemen kunci berkebinekaan global, yaitu mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi intercultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan. Pelajar Pancasila yang bergotong royong. Gotong royong sudah menjadi salah satu sifat bangsa Indonesia yang tertanam sejak dulu dan menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong royong merupakan pelajar Indonesia yang memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah, dan ringan. Dengan berkolaborasi, memiliki kepedulian, dan berbagi sebagai elemen kuncinya. Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Pelajar yang mandiri memiliki elemen kunci kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi. Dimana pelajar mampu melakukan refleksi terhadap kondisi dirinya dan situasi, dimulai dari memahami emosi diri dan kelebihan serta keterbatasan yang dimiliki sehingga menyadari kebutuhan yang diperlukan dalam pengembangan diri. Pelajar yang mandiri juga memiliki regulasi diri, yaitu kemampuan mengatur pikiran, perasaan, dan perilaku dirinya untuk mencapai tujuan belajar. Pelajar Indonesia yang bernalar kritis. Pelajar Indonesia yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpukannya. Terdapat empat elemen kunci bernalar kritis berupa pelajar yang mampu memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, mampu menganalisis dan mengevaluasi penalaran, dapat merefleksikan pemikiran dan proses berpikir, serta mampu mengambil keputusan. Pelajar Indonesia yang kreatif. Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Dengan elemen kunci pelajar yang dapat menghasilkan gagasan yang orisinal, seperti menghasilkan gagasan yang terbentuk dari ekspresi pikiran dan/atau perasaan dan diaplikasikan menjadi ide baru yang berguna. Kemudian menghasilkan karya dan tindakan  yang orisinal yamg didorong oleh minat dan kesukaan pada suatu hal. Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) diharapkan dapat menjadi salah satu trobosan untuk menumbuh kembangkan budaya karakter siswa Indonesia dengan melalui 6 dimensi karakter yang ada, sehingga konsep pendidikan dapat berjalan sesuai dengan apa yang dicita-citakan bangsa Indonesia selama ini yakni dengan menjadikan pesertadidik sebagai penerus bangsa yang unggul dan produktif baik dalam pengetahuan maupun karakter.

MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN INOVATIF (MULTIMEDIA INTERAKTIF) DALAM PEMBELARAJAN

Oleh: Diah Malaka Syakilah, M.Pd Pembelajaran merupakan proses interaksi guru dengan siswa dan sumber belajar dalam lingkungan belajar. Pembelajaran juga merupakan bantuan yang diberikan guru agar terjadi proses pemerolehan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik dengan baik. Tujuan pembelajaran merupakan komponen utama yang terlebih dahulu harus dirumuskan dalam proses pembelajaran yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pembelajaran. Tujuan juga merupakan rumusan perilaku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa setelah ia menyelesaikan kegiatan belajar dalam proses pembelajaran. Metode dan alat pembelajaran yang digunakan dipilih atas dasar tujuan dan bahan pelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai kemampuan guru, karakteristik siswa, dan situasi pembelajaran. Metode dan alat pembelajaran berfungsi sebagai media transformasi pembelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau sebagai bahan pembelajaran, sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Kriteria dalam penggunaan media: 1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, 2) tepat mendukung isi pelajaran dan sesuai dengan kemampuan siswa, 3) praktis, luwes, dan bertahan, 4) guru terampil menggunakannya, 5) pengelompokan sasaran, 6) Mutu teknis. Jenis media yang digunakan beragam macamnya seperti: audio, visual dan audio visual. Adanya kemajuan teknologi, tidak dipungkiri juga adanya pemikiran baru seperti pembuatan multimedia. Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran. Pembelajaran multimedia melibatkan indra penglihatan dan pendengaran melalui media, teks, visual diam, visual gerak, dan audio serta media interaktif berbasis komputer dan teknologi komunikasi dan informasi. Pemanfaatan teknologi belum sepenuhnya merata karena fasilitas yang sudah mendukung di dalam kelas tidak diimbangi dengan media pembelajaran interaktif. Multimedia interaktif adalah multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat digunakan penggunanya, sehingga dapat memilih proses selanjutnya dalam media. Multimedia menyediakan proses interaktif yang memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam menjalankan media. Multimedia interaktif mencakup suatu tampilan yang dirancang oleh desainer agar tampilannya memenuhi fungsi untuk menginformasikan dan memiliki interaksi kepada penggunanya (user). Dengan kata lain jika pengertian tersebut dipadukan dalam pembelajaran menjadi media digital yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan informasi (pengetahuan, sikap dan keterampilan) dua arah atau lebih. Pembelajaran multimedia memiliki manfaat atau kelebihan jika digunakan dalam pembelajaran, yaitu: pembelajaran akan lebih efektif dan optimal, meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, pembelajaran akan menjadi lebih interaktif sehingga penyampaian materi lebih optimal, mampu memenuhi kebutuhan siswa yang berbeda, dan membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Perkembangan teknologi informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Perkembangan era informasi saat ini memungkinkan tersedianya informasi dalam berbagai bentuk tanpa batas yang dapat diakses dengan mudah dan cepat. Dan dari perkembangan teknologi informasi itulah media dapat digabung dengan media lain yang disebut dengan multimedia. Selanjutnya, multimedia dapat menimbulkan interaksi yang disebut dengan multimedia interaktif. Karakteristik media dalam pembelajaran multimedia diantaranya yaitu 1) memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misal menggabungkan unsur audio dan visual; 2) bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna; 3) bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna dapat menggunakan tanpa bimbingan orang lain. Era society 5.0 guru profesional dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta dapat menggunakan TIK dalam pembelajaran seperti multimedia interaktif. Dalam penggunaannya dapat diawali dengan pengembangan multimedia interaktif. Proses mengembangkan multimedia interaktif dalam pembelajaran dimulai dengan menganalisis permasalahan yang dialami saat kegiatan pembelajaran di sekolah. Setelah tahap analisis, dilanjutkan ke tahap desain, pengembangan dan penerapan serta evaluasi. Produk multimedia ini dikembangkan untuk memfasilitasi siswa agar dapat belajar secara mandiri dan sesuai dengan kemampuan belajar masing-masing yang akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Manfaat dari penggunaan media pembelajaran multimedia interaktif dapat menjadikan pembelajaran lebih inovatif dan interaktif, menambah motivasi belajar siswa karena memiliki tampilan yang menarik berupa video, teks, gambar dan sebagainya. Multimedia interaktif yang dikembangkan merupakan rangkuman dari seluruh materi yang disajikan dalam bahan ajar yang diberikan oleh guru, yang mana memiliki tampilan yang dinamis sehingga bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk siswa Multimedia interaktif juga bisa dikombinasikan dengan metode dan model yang tepat dengan kebutuhan pembelajaran agar pembelajaran tidak terkesan membosankan. Pemilihan model juga berdasarkan pembagian komponen yang jelas dan selaras dengan apa yang akan dituju. Namun terkadang terbatasnya fasilitas di setiap sekolah maupun siswa, multimedia interaktif tidak dapat diberlakukan tanpa adanya persiapan yang matang.

KOLABORASI TRI SENTRA PENDIDIKAN SEBAGAI FONDASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh: Risma Adelia Syavira, S.Pd. Pendidikan karakter merupakan hal yang harus diperhatikan terutama di dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Indonesia masa sekarang mengalami banyak permasalahan yang menyimpang dari nilai, norma dan moral, yang mana kebanyakan pelaku penyimpangan adalah generasi muda terutama pada anak usia sekolah. Hal ini dikarenakan kurangnya pendidikan karakter sejak usia dini baik dari sekolah maupun dari rumah sebagai tempat pendidikan pertama bagi seorang anak. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain; watak. Sedangkan menurut Maksudin (2013) yang dimaksud karakter adalah ciri khas setiap individu berkenaan dengan jati dirinya (daya qalbu), yang merupakan saripati kualitas batiniah/rohaniah, cara berpikir, cara berperilaku (sikap dan perbuatan lahiriah) hidup seseorang dan bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara. Maka karakter dapat didefinisikan sebagai kepribadian seseorang dalam menjalani kehidupan. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan oleh pendidik yang bertujuan untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai karakter yang baik pada peserta didik.  Dalam mencapai tujuan tersebut, bukan hanya guru yang menjadi tombak utama untuk membentuk peserta didik menjadi generasi yang berkarakter. Semua pendidik yang ada di lingkungan pendidikan (keluarga, lembaga belajar, masyarakat) memiliki kewajiban untuk mengusahakan pengembangan karakter peserta didik. Menurut Nurul Hidayati (2016), Ki Hajar Dewantara membedakan pendidikan menjadi tiga, tiga pendidikan tersebut disebut dengan Tri Pusat Pendidikan. Tri Pusat Pendidikan adalah tiga pusat pendidikan yang meliputi; pendidikan dalam keluarga, pendidikan dalam sekolah, dan pendidikan di masyarakat. Keluarga, sekolah, dan masyarakat harus memiliki konsep yang sejalan dengan tujuan tri pusat pendidikan. Melalui kolaborasi ketiga lingkungan pendidikan tersebut, peserta didik diharapkan dapat menanamkan sikap yang telah diajarkan dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari di mana saja ia berpijak. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama yang membentuk kepribadian anak. Orang tua harus menanamkan nilai-nilai kebaikan, pengetahuan, keterampilan dan perilaku sehari-hari. Jika seorang anak dibiasakan melakukan hal yang baik dan sopan, perilaku tersebut akan berkembang dan menjadi kebiasaan. Kebiasaan akan tertanam dalam jiwa anak dan melahirkan karakter yang mencerminkan dirinya. Oleh karena itu, orang tua sebagai sosok yang paling bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter anak harus dapat memposisikan dirinya sebagai contoh bagi anak dalam berperilaku sebagai bekal dalam menjalankan kehidupan pada lingkungan yang lebih luas. Menurut Zanti Arbi dalam buku Made Pidarta (1997:171), sekolah merupakan suatu lembaga atau tempat untuk belajar seperti membaca, menulis, dan belajar untuk berperilaku yang baik. Sekolah juga merupakan lingkungan kedua yang membantu keluarga untuk melaksanakan pendidikan dan memberikan ilmu kepada anak supaya memiliki kepribadian yang baik dan berkembang menjadi anak yang berkarakter. Pendidikan sekolah menajdi wadah penanaman nilai pendidikan anak guna mempersiapkan dirinya menjadi bagian dari masyarakat dan menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama. Masyarakat merupakan tempat bagi anak untuk mengembangkan potensi dirinya dalam hal bersosialisasi pada lingkungan yang lebih luas setelah keluarga dan sekolah. Anak-anak seharusnya sudah dibebaskan mengikuti kegiatan di masyarakat di bawah pengawasan orang tua. Kegiatan-kegiatan seperti kegiatan keagamaan, kegiatan remaja, kegiatan bakti sosial, dan sebagainya dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan menunjang pendidikan karakter yang ditanamkan di lingkungan masyarakat sehingga menghindarkan anak dari kegiatan-kegiatan yang dapat menjerumuskannya pada hal-hal buruk. Tri pusat pendidikan mempunyai dampak yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak. Keselarasan ilmu yang diajarkan dalam setiap lingkungan diharapkan dapat menciptakan kerja sama yang erat dan harmonis. Ketiga lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat menjadi wadah pendidikan yang saling berkaitan satu sama lain dalam kaitannya membentuk generasi penerus bangsa yang terdidik, berkualitas dan berkarakter. Oleh sebab itu, ketiga lingkungan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain sebagai bagian dari pendidikan untuk anak.