Jowonews

Bansos Listrik di Pagongan Kabupaten Tegal Dipantau

Bansos Listrik

TEGAL – Komisi D DPRD Provinsi Jateng berharap program bantuan sosial (bansos) pemasangan sambungan listrik bagi warga kurang mampu bisa bermanfaat secara menyeluruh di seluruh Jateng. Sorotan itu disampaikan Ketua Komisi D DPRD, Alwin Basri, dalam kegiatan tinjauan hasil pemasangan sambungan (instalasi) listrik di Desa Pagongan Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal, Rabu (8/3/2023). Turut mendampingi Kepala Cabang Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng Wilayah Slamet Utara Dwi Suryono dan Kepala Desa (Kades) Pagongan Kurniawan. Di Desa Pagongan Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal, Komisi D melihat warga kurang mampu sudah bisa menikmati aliran listrik untuk kebutuhan rumah tangga. “Kami ke sini (Pagongan) untuk melihat program Dinas ESDM Tahun Anggaran 2022 soal bansos sambungan listrik atau listrik murah. Dengan bansos pemasangan listrik rumah itu, warga bisa terbantu, khususnya mereka yang selama ini mengandalkan listrik dari sambungan rumah sekitar seperti mereka dari keluarga miskin,” ucapnya. Pada kesempatan itu, Dewan meninjau beberapa rumah yang dipasang instalasi listrik seperti rumah milik Rinto, warga setempat. Ia mengaku sangat terbantukan dengan pemasangan instalasi listrik tersebut.  Dalam bantuan itu, bagi tiap rumah yang masuk pendataan pemasangan instalasi, mendapatkan paket pemasangan daya ditambah pulsa Rp 20.000, 2 lampu, 1 saklar, dan 1 stop kontak. Pemasangan tersebut sama sekali tidak dikenakan biaya. “Jangan sampai ada dana yang dipungut dari warga kurang mampu dalam pemasangan itu,” tegas Alwin. Sementara, Dwi Suryono Kepala ESDM Wilayah Slamet Utara menjelaskan untuk Desa Pagongan sendiri, dari pengajuan 4 titik dalam anggaran murni 2022 dan 2 dalam anggaran perubahan, semuanya terealisasi dan sangat bermanfaat sekali. “Tentunya, hal itu juga tidak lepas upaya Perangkat Desa saat melaksanakan verifikasi,” kata Dwi didampingi Kurniawan selaku Kades Pagongan.

Kredit Macet di BPR BKK Demak Masih Tinggi

BKK Demak

DEMAK – Angka Non-Performing Loans (NPL atau kredit macet) tinggi menjadi perhatian Komisi C DPRD Provinsi Jateng saat meninjau perkembangan BPR BKK Perseroda Demak, Selasa (7/3/2023). Dalam pertemuan tersebut terungkap bahwa angka NPL di BPR BKK Demak mencapai 11,24%, dimana rasio NPL ideal lembaga keuangan adalah dibawah 5%. Menanggapi pertanyaan Anggota Komisi C DPRD Provinsi Jateng mengenai tingginya NPL, Direktur utama BPR BKK perseroda Demak Sunoto menjelaskan NPL tinggi itu disebabkan relaksasi dampak Covid-19. Sebanyak Rp 8 miliar sudah macet dari sektor terdampak pandemi. “Sudah tidak memberikan relaksasi lagi dan tidak memperpanjang debitur karena sudah tidak prospek. Beberapa sektor yang berkontribusi adalah kontraktor, peternakan, pertanian, dan perdagangan. Semua ada jaminan, cuma kami belum berani mengeksekusi,” ungkapnya. Pihaknya telah mengantisipasi dengan mengandalkan dana cadangan sehingga tidak mempengaruhi laba tahun berjalan. Selain itu, ekspansi bisnis juga masih kurang karena persaingan sangat ketat. “Mengenai tingkat kesehatan, dengan menggunakan perhitungan panel, kita masih sehat dengan nilai kredit sebesar 94,6 persen. Dari berbagai rasio keuangan juga sangat aman persentase 34,68 persen. Modal inti 33,85 persen. Kualitas astra produktif agak tinggi di 7,22, kredit UMKM terhadap Angka Kredit 47 persen,” jelasnya. Menanggapi hal itu, Anggota Komisi C DPRD Provinsi Jateng Mustolih menyampaikan rasio NPL yang tinggi di BPR BKK Demak ternyata efek relaksasi dan bukan merupakan kondisi ekonomi masyarakat yang masih lemah. “Ternyata ekonomi masyarakat tumbuh tapi karena efek dari relaksasi covid menjadikan NPL masih tinggi. Kondisi sesungguhnya tidak seperti yang ada di dalam angka. Kondisi ekonomi masyarakat sudah bagus,” ungkap Anggota Fraksi PAN DPRD Jateng itu. Sementara, Kabag Perekonomian & SDA Kabupaten Demak Arif Sudaryanto berharap pemerintah provinsi bisa mendukung berkembangnya BUMD di Jateng, khususnya Kabupaten Demak. Sehingga, bisa menggerakkan perekonomian secara umum dan menggerakkan UMKM. “Selain itu, secara tidak langsung bisa menjadi andalan pendapatan daerah, mengingat anggaran dari pusat agak menurun,” ungkap Arif.

Komisi E Penguatan Data Raperda Pemajuan Kebudayaan

Raperda Pemajuan

DEMAK – Komisi E DPRD Provinsi Jateng berdiskusi dengan Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Demak, Selasa (7/3/2023). Diskusi dilakukan guna mendapatkan data masukan mengenai pemajuan kebudayaan, mengingat Komisi E tengah menginisiasi adanya raperda tersebut di Jateng. Data dan masukan penting untuk menyusun naskah akademik dalam rancangan perda. Disampaikan Ketua Komisi E Abdul Hamid, pihaknya ingin mendapatkan masukan dari Pemkab Demak guna menguatkan materi raperda. ‘’Demak kaya dengan budayanya dari dulu. kebudayaan di Demak dari masa kerajaan sangat di junjung tinggi, maka dari itu kami bisa mendapat masukan apa saja yang dibutuhkan saat menyusun raperda,” kata Hamid. Menanggapi itu Endra Faturrachman selaku Plt. Disbud Demak menjelaskan, berdasarkan UU No 23/ 2014 tentang Pemerintahan Daerah ada wewenang pemerintah antara lain kebudayaan, perfilman nasional, kesenian tradisional, sejarah, cagar budaya, permuseuman, dan warisan budaya. Objek pemajuan kebudayan di Demak pun bermacam-macam contohnya tradisi lisan, adat istiadat, pengetahuan dan teknologi tradisional, seni, bahasa serta permainan rakyat. ‘’Warisan Budaya tak benda Kabupaten Demak yang sedang dalam proses pengusulan adalah Wedang Jamu Coro Demak. Pelestarian dan upaya untuk mempertahankan kebudayaan dan nilainya adalah dengan cara melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan nya.’’ Jelas Endra. Di Kesempatan lain, M Ridwan anggota Komisi E berharap kebudayaan di Jateng tetap harus diuri-uri. Harapannya ke depan dengan membertahankan kebudayaan, tentunya Demak akan memiliki nilai yang perlu dilestarikan untuk anak cucu. “Satu abad atau dua abad yang akan datang kebudayan Demak tidak hanya cerita-cerita saja melainkan ada perwujudan replika yang berkesinambungan dan agar sejarahnya pun tidak hilang. Muatan-muatan kemajuan kebudayaan harus di majukan serta bisa di jadikan kelayakan jual agar anak-anak muda bisa tertarik,” ucapnya.

Komisi C Monitor Kinerja Keuangan BPR BKK Cabang Demak

Komisi C Monitor Kinerja Keuangan BPR BKK Cabang Demak

DEMAK – Komisi C DPRD Provinsi Jateng melakukan monitoring ke PT. BPR BKK Jateng Perseroda Kantor Cabang Demak, Senin (6/3/2023). Pada kesempatan itu, Analis Kebijakan Madya Biro Perekonomian Setda Provinsi Agus Prasetyo menyampaikan, berdasarkan evaluasi OJK, BPR BKK yang ada di Jateng masih dalam posisi sehat.  Dikatakan, ada beberapa yang menjadi catatan, diantaranya ada BPR BKK yang modal intinya sudah mencapai Rp 10 miliar. Sehingga, konsekuensinya BPR tersebut harus ada komisaris independen.  “BPR BKK yang asetnya sudah sampai Rp 1 triliun itu di BPR BKK Purwodadi dan Purwokerto. BPR BKK Karangmalang Rp 800 miliar dan BPR BKK Lasem Rp 700 miliar. Sementara, di BPR BKK Jepara, Wonogiri, dan Banjarnegara kisaran Rp 500 miliar,” ungkapnya. Ia menambahkan semua BPR BKK harus memenuhi tata kelola yang diwajibkan regulasi dan sesuai dengan Peraturan OJK. Pada 2023, sudah ada pengisian pemenuhan tata kelola. Selain direksi dan komisaris juga berkait dengan satuan kerja manajemen resiko. Karena, sekarang penilaiannya paling besar adalah tata kelola dan hal itu menjadi keharusan BPR BKK.  Sementara dalam paparannya, Wakil Kepala Cabang BPR BKK Perseroda Cabang Demak Rusyadi Yogo Kusumo menyampaikan BPR BKK Cabang Demak mempunyai 5 kantor kas. Diantaranya Kantor Kas Bonang, Guntur, Karanganyar, Sempet, dan Kantor Kas Kebonagung. Datanya mencatat, secara kinerja keuangan, aset pada 2021 sebesar Rp 182,7 miliar turun menjadi Rp 175,9 miliar pada 2022. Dana Pihak Ketiga (DPK) dari Rp 169,1 miliar turun menjadi Rp 165,8 miliar. Kredit pada 2021 dari Rp 130,2 miliar turun menjadi Rp 126,1 miliar. Dan, Laba dari Rp 12,9 miliar turun menjadi Rp 9,2 miliar. Penurunan tersebut disebabkan ada permasalahan fraud di Kantor Cabang Demak rentang waktu Januari sampai Juli 2022. Setelah diselesaikan dengan gerak cepat, kata dia, pada semester dua, Juli sampai Desember kembali ada peningkatan. “Kredit pada 2021 sejumlah Rp 130 miliar semester pertama, drop menjadi Rp 108 miliar. Turun Rp 22 miliar. Setelah masalah tertangani, pada Semester dua, kredit meningkat meningkat Rp 18 miliar menjadi Rp 126,1 miliar. Mudah-mudahan, pada 2023 ini bisa lebih baik dari 2021,” ungkapnya. Ia menambahkan pada Januari 2023 laba nomor 3 di Jateng, masih di bawah Tegal dan Brebes. Tapi di Bulan Februari 2023, laba sudah menyalip Tegal dan Brebes, sudah nomor 1 se Jawa Tengah. Hal ini menunjukan potensi di Demak ini bagus, dengan target pada Desember 2023 bisa tetap nomor 1 dan labanya mencapai Rp 16,3 miliar. Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Komisi C DPRD Provinsi Jateng Sriyanto Saputro menyoroti masih ada persoalan pada 2022 lalu sehingga terjadi fraud yang menyangkut SDM. “Makanya, dengan datangnya kami disini bisa mengetahui persis sehingga pada depan akan kita evaluasi lagi. Inilah cara kita mengantisipasi jangan sampai terjadi hal lebih parah,” ungkap Anggota Fraksi Gerindra DPRD Jateng itu. Ia menambahkan pengalaman pahit yang pernah terjadi pada BKK Pringsurat dan Klaten menjadi pelajaran berharga. Ke depannya, diharapkan jangan sampai terjadi lagi di Jateng. “Makanya, kita berkolaborasi dengan Biro Perekonomian dan teman-teman BPR BKK di Jateng. Bersama mengawal agar berjalan dengan baik,” tandasnya. 

Getuk Juroh Kudus, Perpaduan Gurih Singkong dan Manis Legit Gula Aren

Getuk Juroh Kudus, Perpaduan Gurih Singkong dan Manis Legit Gula Aren

Getuk Juroh Kudus merupakan kuliner tradisional berbahan baku singkong yang biasanya ditambahkan cairan semacam saus yang terbuat dari gula aren. Penggemar kuliner getuk bisa mencicipi getuk juroh khas Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Getuk ini mempunyai citarasa yang khas, yang patut untuk jadi cemilan pilihan. Getuk biasanya disajikan sebagai makanan ringan. Getuk khas Kota Kretek ini terbuat dari singkong sebagai bahan baku utamanya. Biasanya penyajiannya ditambah dengan kelapa dan gula merah yang membuat cita rasanya semakin nikmat. Bedanya dengan getuk lainnya, getuk ini ditambahi dengan juroh. Juroh merupakan cairan yang terbuat dari gula kelapa, bentuknya seperti saus cair. Salah satu penjual Getuk Juroh Kudus yang masih bertahan adalah Adetyas Anggraeni. Ia menjual berbagai variasi getuk dengan juroh sebagai ciri khasnya. Adapun varian getuk, yang ia jajakan, di antaranya getuk manis dan getuk gurih. Selain itu ada juga ketan, katrol, potoblong, tiwul, gobet, putu mayang, cetot dan oyog-oyog. Tyas menuturkan usaha getuk ini dibuka oleh ibunya pada tahun 2013 silam. Hingga saat ini, pelanggan tidak hanya dari Kudus tetapi juga orang-orang dari jauh yang melalui Kudus dan mampir di kedai mungilnya. Jika Anda sedang berkunjung ke Kudus dan ingin mencoba nuansa variasi Getuk Juroh. Warung ini buka setiap hari mulai pukul 06.00 hingga 12.00 WIB. Lokasinya berada di Jalan Bhakti, Desa Baronan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Foto: Dok. Beta News

IMPLEMENTASI MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA PENINGKATAN LITERASI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

Oleh : Muhammad Habib Ridwan, S.Pd. Globalisasi memungkinkan media digital untuk dapat diakses siapa saja dan kapan saja, sehingga memungkinkan informasi menyebar dengan sangat cepat, perubahan ini memberikan banyak sekali dampak di dalam kehidupan terutama pada generasi muda saat ini yang mendapatkan berbagai kemudahan  dan kebebasan di dalam mencari dan mendapatkan informasi melalui media digital karena hampir setiap orang memiliki akses dengan gadget mereka untuk memudahkan dalam mengakses informasi di berbagai platform digital. Sosial media merupakan salah satu media digital  yang sangat erat digunakan di dalam kehidupan sehari-hari oleh generasi muda termasuk pada anak usia sekolah dasar dikarenakan media sosial merupakan forum publik gratis oleh sebab itu penyebaran informasi melalui media sosial kurang dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan kekuatannya sehingga sangat besar kemungkinan penyebarluasan berita palsu, sehingga masyarakat dan juga generasi muda seringkali dibuat kebingungan serta tidak mampu memilah informasi dan termakan oleh berita palsu. Salah satu penyebab mudahnya generasi muda kesulitan di dalam memilah informasi yang ada di media sosial adalah rendahnya tingkat kesadaran literasi pada sosial media yang dimiliki oleh generasi muda, hal ini dibuktikan dengan indonesia menduduki urutan ke 60 dari 61 negara untuk budaya literasi menurut World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada maret 2016, oleh sebab itu sangat penting bagi generasi muda untuk memiliki kesadaran berliterasi.  Sebagai seorang pendidik di sekolah dasar sangat penting untuk menyadarkan pentingnya kesadaran berliterasi apalagi di era serba digital dimana sosial media tidak dapat dipisahkan dari kehidupan generasi muda, pendidik bertanggung jawab dalam membentuk generasi muda yang sadar akan literasi digital yang mana menurut Ahsani (2021) literasi digital merupakan keterampilan dalam pemanfaatan teknologi dan informasi dengan media yang berbasis digital di dalam berbagai ranah kehidupan, termasuk pada proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Pengembangan penguasaan literasi digital dalam pembelajaran diharapkan dapat menjadi pendukung dalam mengembangkan kemampuan peserta didik dan menyiapkan peserta didik yang mampu menghadapi tuntutan zaman sehingga generasi muda mampu menyeleksi informasi secara akurat saat ini masih banyak generasi muda yang belum menyadari  dampak yang dapat terjadi akibat perbuatan mereka di media sosial, konten pada media digital dapat secara implisit maupun eksplisit memberikan tuntunan terhadap tindakan seseorang. Guru sebagai pendidik dapat menyadarkan pentingnya literasi digital kepada generasi muda melalui pemanfaatan sosial media sehingga dapat mengurangi dampak buruk informasi yang kurang tepat bagi siswa sekolah dasar, Menurut (Basori, 2016) seiring pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi peran guru tidak lagi mendominasi dalam terlaksananya proses belajar mengajar, namun guru memerlukan media penunjang lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai penunjang dalam proses pemberian informasi, pesan atau konten yang dibelajarkan. Salah satu jenis teknologi yang bisa dipergunakan dalam pembelajaran adalah media sosial, media sosial adalah media berbasis Internet yang memungkinkan pengguna berkesempatan untuk berinteraksi dan mempresentasikan diri, baik secara seketika ataupun tertunda (Sari, 2021). Salah satu media sosial yang sering digunakan generasi muda adalah Instagram, menurut Sari (2021) Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto dan video yang memungkinkan pengguna mengambil foto, mengambil video, menerapkan filter digital, dan aktivitas berjejaring lainnya, guru dapat memanfaatkan fitur yang ada di instagram dengan membuat akun khusu untuk siswa yang diajarkan guru dapat memberikan informasi untuk bahan berliterasi siswa, sehingga siswa yang mengikuti akan terhindar dari informasi yang bersifat kurang bertanggung jawab, guru dapat membagikan cerita mengenai pembelajaran, infografis, video pembelajaran serta tutorial dan informasi bermanfaat lainya kepada siswa. Selain itu guru juga dapat membimbing siswa untuk berkreasi dengan membuat projek kelompok atau membuat karya dan hasilnya di upload di akun instagram bersama sehingga bisa memperoleh respon dari teman-temannya, guru dapat membimbing siswa untuk memberikan respon secara baik dan sopan dimana saling berkomentar akan memberikan masukan positif bagi siswa dan juga hal ini anak meningkatkan kreativitas bagi generasi muda. Daftar Rujukan  Ahsani, E, L, F, et al. (2021). Penguatan Literasi Digital dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar Indonesia Den Haag. Elementary School :Jurnal Pendidikan dan Pembelajaranke-SD-an, volume 8(2), 228-236. Basori, M. (2016). Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sekolah dasar kelas V. Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara, volume 1(2), 75-87. Sari, Yunita (2021). Literasi Media Digital Pada Remaja, Ditengah Pesatnya Perkembangan Media Sosial. Jurnal Dinamika Ilmu Komunikasi, Volume 8(1), 12-25.

Sinergitas Tripusat Pendidikan dalam Membumikan Nilai Pancasila

Oleh Lukmi Maulana Globalisasi tidak mungkin dihindari oleh masyarakat dunia khususnya pada masyarakat Indonesia. Globalisasi banyak berdampak secara langsung terhadap perubahan kehidupan di setiap negara. Salah satu dampak globalisasi di Indonesia yaitu tergerusnya nilai-nilai Pancasila. Karakter yang jauh dari nilai-nilai pancasila semakin terlihat seperti kenakalan anak dan remaja, dekadensi moral, intoleransi, free sex, korupsi, vandalis, dan lainnya. Hampir semua tingkatan pendidikan terjadi dekadensi moral baik pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi (Cahyo, 2017). Tindakan siswa sekolah dasar juga sangat miris seperti tindakan bulying, pemalakan hingga perkelahian siswa. Hal tersebut menjadi tanggung jawab bagi kita semua. Globalisasi menciptakan generasi muda yang hilang jati diri dan karakter sebagai negara Indonesia. Fenomena ini telah nampak dengan adanya dekadensi atau kemerosotan moral serta yang terjadi pada generasi saat ini. Tergerusnya nilai-nilai Pancasila akan sangat mempengaruhi pembangunan bangsa (Padilah & Dewi, 2021). Kita kurang dapat mengolah budaya dari luar ke Indonesia. Pada dasarnya bangsa ini mempunyai pancasila sebagai karakter bangsa yang saat ini mulai memudar semangatnya dalam kesadaran untuk menghayatinya. Pesatnya arus globalisasi menyebabkan semakin besar kemungkinan lunturnya nilai Pancasila pada generasi masa depan. Pancasila terdiri dari berbagai aspek kehidupan manusia, sudah seharusnya kita meneguhkan kembali pancasila sebagai jati diri bangsa ini. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama untuk menuju kesuksesan pembangunan bangsa. Peran utama pendidikan suatu bangsa dalam membentuk manusia yang berkarakter akan berbanding lurus dalam memajukan bangsa. Peran strategis dunia pendidikan sangat dibutuhkan dalam tahap ini, salah satu caranya yaitu membumikan nilai pancasila pada berbagai tingkatan pendidikan, sehingga akan lebih optimal dalam melaksanakan fungsi pendidikan dan pengajarannya. Pancasila sebagai ideologi bangsa sangat berguna bagi generasi muda sebagai panduan moral pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga dapat mencegah dekadensi moral. Hal tersebut menunjukan pentingnya membumikan nilai-nilai pancasila melalui sinergitas 3 ranah lingkungan pendidikan yaitu pendidikan keluarga (informal), sekolah (formal) dan masyarakat (non formal). Lingkungan akan terus berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Ki Hajar Dewantara (1990) menyebutkan proses pembelajaran dipengaruhi oleh lingkungan yang disebut Tripusat Pendidikan meliputi keluarga, pendidikan, dan masyarakat. Sejalan dengan UU No 20 Tahun 2003 pada pasal 13 ayat 1 tentang sistem pendidikan Nasional menjelaskan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, non formal dan informal yang mampu untuk saling memperkaya dan melengkapi. Ki Hajar Dewantara menjelaskan ketiga lingkungan tersebut mempunyai peran penting ditempatnya masing-masing. Sinergitas ketiga lingkungan tersebut yaitu orang tua yang mempunyai peranan untuk memberikan pendidikan anak dalam lingkungan keluarga, karena orang tua memiliki keterbatasan dalam memberikan pendidikan anak di keluarga, maka kemudian proses pendidikan diberikankan kepada sekolah dan juga masyarakat mempunyai peranan dalam memfasilitasi anak untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannya Ketiga lingkungan berpengaruh satu sama lain dalam memberikan nilai yang baik. Peran utama dalam membumikan nilai Pancasila yaitu didalam keluarga, keluarga merupakan bimbingan dan pendidikan pertama yang diperoleh anak. Pendidikan di keluarga akan terlaksana dengan sendirinya sesuai karakteristik didalamnya sehingga mempunyai pengaruh besar kepada perkembangan anak. Pendidikan dasar seperti kasih sayang, kewibawaan, dan nilai-nilai kepatuhan terdapat dalam pendidikan keluarga. Walaupun dengan cara sederhana, pendidikan keluarga mempuyai peranan paling penting yang sifatnya pribadi, berasal dari manusia itu sendiri yang memiliki keinginan untuk melakukan pendidikan terbaik bagi anak keturunannya secara jasmani dan rohani. Lingkungan kedua yaitu sekolah yang terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik meliputi fasilitas dalam kegiatan membumikan nilai pancasila seperti gedung dan alat pendukung lainnya. Sedangkan lingkungan non fisik meliputi lingkungan yang berpengaruh kepada peserta didik melalui proses pembelajaran. Desain lingkungan non fisik berperan sebagai tempat membumikan nilai-nilai warisan bangsa Indonesia yang berkembang di masyarakat untuk ditanamkan kepada peserta didik terutama membumikan nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Lingkungan ketiga yaitu masyarakat mempunyai pengaruh dan peranan yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Membumikan nilai pancasila di sekolah harus sejalan dengan nilai yang berkembang di masyarakat. (Untari et al., 2020) Proses sinergitas antar ketiga lingkungan tersebut dapat dilakukan dengan (a) menciptakan dialog, (b) menciptakan visi bersama, (c) menumbuhkan kepercayaan, (d) menumbuhkan komitmen dan (e) berbagi wawasan. Proses sinergitas ketiga pihak dapat dilakukan dengan menciptakan kondisi yang baik dalam memperkenalkan dan mengamalkan nilai Pancasila. Hakekat sinergitas adalah proses bersama yang memiliki tujuan untuk mencari perubahan lebih baik dan mejalankan berbagai program yang telah disusun bersama. Peserta didik merupakan pusat dari sinergitas antara tripusat pendidikan. Hal tersebut berarti bahwa kepentingan peserta didik menjadi tujuan utama dalam kegiatan sinergitas ketiga pilar pendidikan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Cahyo, E. D. (2017). Pendidikan Karakter Guna Menanggulangi Dekadensi Moral Yang Terjadi Pada Siswa Sekolah Dasar. EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 9(1), 16. https://doi.org/10.17509/eh.v9i1.6150 Padilah, A. N., & Dewi, D. A. (2021). Nilai moral Pancasila untuk membangun bangsa di era globalisasi. Jurnal Citizenship: Media Publikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 4(2), 82. https://doi.org/10.12928/citizenship.v4i2.20536 Untari, S., Maisyaroh, Chusniyah, T., Saputra, M., Nurcahyo, H., & Choiri, I. (2020). Kolaborasi Terpusat Pendidikan Dalam Penataan Budaya Sekolah Berbasis Pembudayaan Nilai Pancasila Untuk Membangun Siswa Berkarakter. Magetan: CV. AE MEDIA GRAFIKA.

Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Dasar

Oleh Citra Dwi Pitaloka Peserta didik pastinya memiliki karakteristik yang berbeda-beda, unik, dan khas. Karakteristik peserta didik siswa sekolah dasar meliputi minat, gaya belajar, sikap, motivasi, perkembangan kognitif, budaya, suku, agama, latar belakang keluarga, dan lain-lain. Perbedaan karakteristik tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam pembelajarannya, unruk itu guru perlu mengetahui karakteristik masing-masing peserta didik agar pembelajaran dapat sesuai  dengan kebutuhan peserta didik. Melalui asesmen diagnotik guru bisa mengetahui karakteristik peserta didik seperti kemampuan awal, gaya belajar, minat, dan bakat. Setelah guru mengetahui karakteristik peserta didik guru bisa membuat perencanaan pembelajaran yang efektif untuk peserta didik. Untuk mengatasi perbedaan karakteristik tersebut guru perlu menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Lalu, bagaimana cara guru agar pembelajaran bisa sesuai dengan peserta didik pada tingkat sekolah dasar? Melalui pembelajaran berdiferensiasi guru bisa membuat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, mengapa? Karena pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang didesain sesuai dengan kebutuhan peserta didik . pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Pada pembelajaran berdiferensiasi sebelum memulai pembelajaran dengan menggunakan data asesmen diagnostik guru dapat mengelompokkan kelas menjadi beberapa kelompok sesuai dengan gaya belajar peserta didik, misalnya gaya belajar kinestetik, visual, dan auditori. Untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik guru bisa memfasilitasi dengan mempersilakan peserta didik untuk berbicara didepan kelas atau dengan presentasi di depan kelas, lalu untuk tugas akhir pada kelompok yang memiliki gaya belajar kinestetik guru bisa memberikan tugas untuk mempraktikkan atau bermain peran sesuai dengan materi yang ada. Untuk kelompok yang memiliki gaya belajar visual guru bisa memfasilitasi dengan menggunakan media video, media gambar, media power pint, untuk kelompok dengan gaya belajar visual guru bisa memberika tugas mencocokan gambar atau biasa disebut make a match. Lalu, untuk kelompok yang memiliki gaya belajar auditori guru bisa memfasilitasi dengan menggunakan kegiatan belajar membaca Bersama. Untuk penugasan guru bisa memberikan tugas presentasi di depan kelas. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi terdapat 3 perbedaan yang dirancang dengan membedakan konten, proses, dan produk. Diferensiasi konten menjelaskan bahwa diferensiasi merujuk pada pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari peserta didik. Dalam merancang pembelajaran berdiferensiasi konten terdapat 3 hal yang harus diperhatikan yaitu: (1) guru harus menggunakan Tindakan, konsep, generalisasi, prinsip-prinsip, sikap dna ketrampilan; (2) menyelaraskan tugas dengan tujuan pembelajaran; dan (3) konten instruksi harus membahas konsep yang sama pada semua peserta didik, tetapi tingkat kompleksitas harus disesuaikan dengan keberagaman peserta didik. Diferensiasi berdasarkan proses yaitu kegiatan peserta didik sekolah dasar dalam rangka memahami isi yang meliputi penggunaan aktivitas berpikir tingkat tinggi, instruksi kelompok kecil, multiple intelligence, pemusatan pembelajaran, mind-mapping, dan tugas kooperatif. Diferensiasi berdasarkan produk yaitu hasil belajar peserta didik yang merupakan hasil latiha, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan produk meliputi: tugas berjenjang, rubrik, penilaian alternatif, pekerjaan rumah yang dimodifikasi, dan proyek independent. Pembelajaran berdiferensiasi sangat dibtuhkan dalam pembelajaran di kelas utamanya di lingkungan Sekolah Dasar. Karakteristik peserta didik Sekolah Dasar tentunya masih susah untuk dipahami oleh orang dewasa. Untuk mengetahuinya seperti yang saya katakana tadi, guru perlu melakukan analisis diganostik atau asesmen diagnostic sebelum pembelajaran agar mengetahui kebutuhan peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi dapat digunakan guru untuk mengatasi heterogen yang terjadi di dalam kelas. Terdapat 3 perbedaan yang dirancang dalam pembelajaran diferensiasi yaitu diferensiasi konten, produk, dan proses. Semua rancangan pembelajaran diferensiasi dapat menjadi solusi untuk guru sekolah dasar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai tetapi masih melihat kemampuan dari masing-masing peserta didik. Referensi:https://www.gurusiana.id/read/herianto234951/article/penerapan-pembelajaran-diferensiasi-murid-kelas-6-sdn-85-kota-jambi-5396375