Jowonews

Resep Telur Dadar Crispy, Kelezatan Istimewa yang Gampang Dibuat

Resep Telur Dadar Crispy, Kelezatan Istimewa yang Gampang Dibuat

SEMARANG – Telur dadar crispy bisa menjadi pilihan menu lezat yang bisa disantap kapan pun, termasuk sebagai lauk makan siang yang memikat hati. Kelebihan dari hidangan ini terletak pada bahan-bahannya yang mudah ditemukan dan cara memasaknya yang sederhana. Berikut adalah resep praktis untuk membuat telur dadar crispy, yang diadaptasi dari buku “Kumpulan Resep Sambal & Masakan Indonesia Rumahan” (2020) oleh Mika Hadi, diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Resep Telur Dadar Crispy Bahan: 5 butir telur (ukuran besar)1 sdt tepung terigu1 batang daun bawang, iris tipis2 buah cabai merah keriting, iris serong½ liter minyak gorengGaram dan merica secukupnya Cara membuat telur dadar crispy: Siapkan mangkuk bersih, pecahkan telur, dan kocok lepas.Masukkan irisan cabai merah keriting, daun bawang, garam, merica; kocok sebentar. Tambahkan tepung terigu dan kocok lagi sebentar.Panaskan minyak goreng. Tuangkan kocokan telur ke dalam minyak panas, goreng hingga bagian bawahnya crispy.Balik telur dadar dan goreng hingga kedua sisi kecoklatan. Angkat dan potong sesuai selera.Sajikan telur dadar crispy sebagai lauk makan yang lezat kapan saja.Dengan hanya lima bahan utama, resep telur dadar crispy ini tidak hanya simpel tetapi juga menghasilkan hidangan yang tebal dan renyah. Pastikan minyak dalam keadaan panas saat menggoreng untuk mendapatkan hasil terbaik. Selamat mencoba dan menikmati kelezatan sederhana ini!

Mitos Larangan Menanam Pisang di Dukuh Mao Klaten, Tradisi yang Tetap Diikuti Hingga Kini

Mitos Larangan Menanam Pisang di Dukuh Mao Klaten, Tradisi yang Tetap Diikuti Hingga Kini

KLATEN – Pisang, tanaman yang tumbuh dengan mudah di Indonesia, menyajikan pemandangan yang umum di sekitar. Namun, kisah berbeda dapat ditemui di Dukuh Mao, Desa Jambeyan, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Di sini, tanaman pisang tidak dapat ditemukan, baik di kebun, lahan kosong, atau halaman rumah. Alasannya adalah keyakinan masyarakat dalam mitos larangan menanam pisang. Dilansir dari Tribunsolo, warga setempat masih menghormati kepercayaan ini. Kisah tragis dari nenek moyang yang menanam pisang, meninggal muda ketika bekerja di sawah, dan kemudian istri mereka meninggal sebulan kemudian, menguatkan mitos ini. Meskipun dilarang menanam pisang, warga masih diperbolehkan menanam pohon lain yang dapat berbuah, seperti rambutan, sukun, atau melinjo. Selain itu, mereka tetap dapat menikmati pisang dengan cara membelinya di luar dusun. Yunanto, seorang warga setempat, menceritakan pengalaman keluarganya, “Mbah buyut saya dulu nggak percaya dan menanamnya di pekarangan rumah sampai beberapa tahun, Tapi kemudian meninggal di usia muda saat sedang angon bebek di sawah. Sebulan kemudian istrinya juga meninggal. Akhirnya mitos larangan nggak boleh menanam pisang jadi semakin kuat,” ujarnya. Meski beberapa warga mungkin tidak lagi mempercayai mitos ini, tradisi untuk menghindari menanam pisang tetap diikuti. Masyarakat Dukuh Mao tetap setia pada keyakinan ini, menghormati tradisi dan mempertahankannya dari generasi ke generasi. Hal ini demi menghindari konflik dengan warga yang masih meyakini kebenaran mitos tersebut. Asal-usul mitos ini dapat ditelusuri kembali ke masa Kerajaan Mataram Kuno, menurut penjelasan dari budayawan setempat, Hari Wahyudi. Temuan dua prasasti, yakni Prasasti Kurunan tertanggal 855 dan Prasasti Mao, menjadi bukti sejarah eksistensi mitos tersebut. Pada Prasasti Kurunan, terungkap bahwa pada akhir pemerintahan Sri Maharaja Rakai Kayuwangi, Dukuh Mao dikenal dengan nama Wanua i Maho. Informasi lebih lanjut dapat ditemukan di Prasasti Mao, yang mengungkapkan larangan menanam pohon pisang dan melarang aktivitas pada hari Jumat, terutama Jumat Pon. Warga juga dilarang menumbuk padi dengan lesung kayu, hanya diperbolehkan menggunakan lesung batu. Yunanto, seorang warga setempat, menjelaskan, “Nggak ada warga yang berani menanam padi di sawah pas Jumat Pon. Mitosnya kalau melakukannya nanti sawahnya jadi laut,” ungkapnya. Mitos larangan menanam pohon pisang di Dukuh Mao bukan hanya sekadar keyakinan lokal, tetapi juga sebuah warisan budaya yang bertahan selama berabad-abad. Meski beberapa warga mungkin telah kehilangan keyakinan, tradisi ini masih dijaga dengan harapan tetap terjaga dari generasi ke generasi. Apakah di tempatmu juga ada mitos serupa yang menarik untuk diungkap?

Resep Manisan Belimbing Sayur, Rasanya Manis dan Segar

Resep Manisan Belimbing Sayur, Rasanya Manis dan Segar

SEMARANG – Belimbing sayur atau belimbing wuluh, yang biasanya dikenal sebagai buah yang sangat masam, seringkali digunakan sebagai bumbu dalam masakan seperti garang asem. Namun, siapa sangka, belimbing sayur dapat diubah menjadi manisan yang memikat dengan rasa manis dan segar. Berikut adalah resep sederhana untuk membuat manisan belimbing sayur, diambil dari akun TikTok @kelincitertidur. Resep Manisan Belimbing Sayur Bahan-bahan: Cara membuat: Dengan mengikuti langkah-langkah ini, kamu dapat menikmati manisan belimbing sayur yang lezat dan siap dijadikan stok camilan di rumah. Selamat mencoba!

Melihat Lebih Dekat Benteng Portugis Jepara, Jejak Kolonial dan Misteri Pusaran Air

Melihat Lebih Dekat Benteng Portugis Jepara, Jejak Kolonial dan Misteri Pusaran Air

JEPARA – Perjalanan melintasi Desa Banyumanis, Kecamatan Donorojo, akan membawamu menemui sebuah peninggalan bersejarah yang masih terjaga dengan baik, yaitu Benteng Portugis. Terletak tidak jauh dari perbatasan Kabupaten Pati, benteng ini menyimpan misteri sekaligus sejarah kolonial yang menarik. Meskipun sejarah pasti tentang benteng ini masih belum sepenuhnya terungkap, beberapa ahli sejarah menyebutkan bahwa Bangsa Portugis membangun Benteng Portugis pada abad ke-17. Tujuan pembangunannya adalah untuk melindungi kegiatan perdagangan rempah-rempah di Pulau Jawa dari serangan Belanda. Tak hanya benteng, Portugis juga mendirikan pos pengintaian di Pulau Mandalika, yang terletak di seberang benteng, yang kini menyisakan empat meriam sebagai saksi bisu sejarah. “Dulu memang daerah ini juga diincar Inggris dan Belanda,” ungkap Subekti, seorang warga sekitar yang memiliki pengetahuan tentang sejarah benteng, sebagaimana dilansir dari Tribunnews pada Sabtu (5/12/2015). Meski benteng ini hanya digunakan oleh Portugis dalam beberapa tahun, tetapi mitos tentang pusaran air laut di depan benteng menjadi salah satu elemen yang membuat mereka merasa tidak nyaman menjadikan lokasi ini sebagai pertahanan utama. Ada cerita mistis bahwa tentara Portugis mengalami nasib tragis, bahkan beberapa di antaranya ditemukan meninggal dengan cara misterius. Konon, kapal atau perahu Portugis yang berlayar di laut di depan benteng akan terseret oleh pusaran air, yang disebut sebagai gerbang Keraton Luweng Siluman yang dipimpin oleh Siuman Bajul Putih. “Iya, ceritanya dulu banyak orang Portugis meninggal tidak wajar. Mereka pun hanya bertahan beberapa tahun sebelum angkat kaki,” tambah Subekti. Benteng Portugis kehilangan fungsinya setelah runtuhnya Kesultanan Demak dan berubah menjadi Kesultanan Pajang yang beribukota di Pajang. Pusat perdagangan juga tidak lagi berpusat di Jepara. Meskipun begitu, pada masa penjajahan Jepang, benteng ini kembali dipergunakan dengan fungsi yang sama, yaitu sebagai tempat pertahanan dan pengintaian. Bahkan, kabarnya, Jepang mengerahkan pekerja paksa (romusha) untuk membuat lorong bawah tanah yang menghubungkan benteng dengan pantai di kaki bukit. Meskipun menyimpan berbagai kisah kelam, Benteng Portugis tetap menjadi bagian berharga dari warisan sejarah yang layak dilestarikan. Bagaimana denganmu, sudah pernah mengunjungi tempat ini?