Jowonews

Menyelami Keindahan Candi Umbul Magelang, Pemandian Kuno Sejak Abad Ke-8 Masehi

Menyelami Keindahan Candi Umbul Magelang, Pemandian Kuno Sejak Abad Ke-8 Masehi

MAGELANG – Di tengah kepopuleran Candi Borobudur, tersimpan keindahan yang tak kalah menarik di Magelang, yaitu Candi Umbul. Terletak di Desa Kartoharjo, Kecamatan Grabag, candi ini telah menyimpan keajaiban sejak abad ke-8 Masehi pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Menurut Iswanto, salah satu pengurus candi, Candi Umbul awalnya adalah sebuah pemandian kuno. Keunikan candi ini terletak pada sumber air panasnya yang tak pernah kering, bahkan di musim kemarau sekalipun. Dikelilingi oleh perbukitan dan sawah yang asri, pemandangan di sekitar candi sungguh memukau. “Candi Umbul ini lebih tua daripada Candi Borobudur, dibangun pada abad ke-8 Masehi. Konon, banyak putra-putri raja yang mandi di sini,” ungkap Iswanto. Meski mengalami pemugaran pada tahun 2001 dan 2006, Candi Umbul masih mempertahankan pesonanya. Dahulu, warga hanya menyadari keberadaan kolam yang sudah ada sejak lama. Namun, saat digali, ditemukanlah bangunan dengan struktur mirip candi dan sumber mata air panas di tengahnya. Kolam pemandian di candi ini terbagi menjadi dua ukuran. Kolam besar dengan ukuran 12 x 8 meter dan kedalaman 2 meter, serta kolam kecil berukuran 7 x 8 meter dengan kedalaman 1,5 meter. Air panas mengalir dari kolam atas ke kolam bawah. Meskipun kini menjadi tempat wisata, air di Candi Umbul masih dianggap suci dan digunakan untuk berbagai ritual. Banyak yang datang untuk terapi penyakit kulit, rematik, hingga hipertensi. Candi Umbul buka setiap hari dari pukul 06.00 hingga 18.00 WIB, sehingga pengunjung bisa datang kapan pun, terutama pada akhir pekan. Fasilitas yang disediakan termasuk kamar mandi, tempat bilas, dan kantin untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Jadi, jika Anda ingin merasakan sensasi berendam di pemandian yang telah ada sejak berabad-abad yang lalu atau hanya ingin menikmati keindahan sekitarnya, Candi Umbul adalah destinasi yang tepat untuk dikunjungi di Magelang. Ayo, jangan lewatkan pesona sejarah dan keajaiban alamnya!

Pantai Tirang, Surga Tersembunyi Semarang yang Memikat

Pantai Tirang, Surga Tersembunyi Semarang yang Memikat

SEMARANG – Sektor pariwisata terus menjadi fokus utama dalam pengembangan Kota Semarang, dan salah satu destinasi unggulan yang menarik perhatian banyak wisatawan adalah Pantai Tirang, sebuah surga tersembunyi yang terletak di kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu. Pantai Tirang mempesona dengan luasnya, mencapai sekitar 240,70 hektar. Pengunjung dapat menikmati beragam aktivitas di sini, mulai dari bermain pasir hingga menikmati keindahan senja yang menawan. Meskipun tidak memiliki pasir putih, pasir di Pantai Tirang sangat halus, memungkinkan pengunjung untuk bermain dengan nyaman. Tak hanya itu, keindahan sunset dan panorama sunrise yang memukau bisa dinikmati dengan harga tiket masuk yang terjangkau, hanya Rp 10.000,00. “Bersih, enak, seger melihatnya, buat nyantai-nyantai oke, buat ngobrol-ngobrol sambil menikmati pemandangan pantai juga asyik,” ujar Yanti, salah seorang pengunjung. Selain keindahan pantainya, Pantai Tirang juga memiliki tambak ikan dan hutan bakau yang menambah pesonanya. Tambak ini dimiliki oleh warga sekitar, sementara pemerintah menanam hutan bakau untuk mengurangi abrasi. Pantai ini juga menjadi surga bagi para penggemar memancing dengan berbagai spesies ikan laut yang bisa ditemui di sini. Namun, untuk menjaga ekosistem, udang dan lobster tidak diperbolehkan dibawa pulang. Dio Hermansyah, ketua Pokdarwis Tambakharjo, menegaskan bahwa keselamatan pengunjung menjadi prioritas. “Kami bekerja sama dengan pihak terkait untuk memastikan keamanan pengunjung,” ungkapnya. Di samping itu, Pantai Tirang juga menawarkan berbagai lokasi yang cocok untuk pengambilan foto, dilengkapi dengan gazebo-gazebo warna-warni yang menarik untuk beristirahat sambil menikmati pemandangan laut. Meskipun memiliki akses yang terbatas hanya untuk mobil dan sepeda motor, pihak pengelola berharap akan adanya peningkatan aksesibilitas menuju pantai ini untuk memudahkan akses bagi wisatawan. “Dalam pengelolaan Pantai Tirang, kami juga melibatkan warga sekitar untuk turut memajukan kawasan tersebut,” tambah Dio. Dengan rencana pengembangan fasilitas seperti banana boat dan jetski, serta peluang bagi UMKM untuk berjualan, Pantai Tirang semakin menjanjikan sebagai destinasi wisata yang menarik di Kota Semarang.

Sejarah Rembang, Kabupaten yang Dijuluki ‘The Cola of Java’

Sejarah Rembang, Kabupaten yang Dijuluki ‘The Cola of Java’

REMBANG – Bagi para pengendara yang sering melalui jalur Pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kabupaten Rembang adalah sebuah anugerah yang tak terduga. Terletak di tepi pantai, kabupaten ini menawarkan pemandangan yang memesona yang bisa dinikmati sembari melaju di jalan raya. Namun, keindahan alamnya bukanlah satu-satunya hal yang membuat Rembang istimewa. Kota ini juga menyimpan sejarah yang kaya dan unik, memberikan sentuhan sejarah yang dalam kepada setiap pengunjungnya. Eksistensinya sudah tercatat sejak ratusan tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 27 Juli 1741. Namun, jika kita merunut sejarah lebih jauh lagi, permukiman di Rembang telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Dalam buku “Menggali Warisan Sejarah Kabupaten Rembang,” diungkapkan bahwa pada tahun 1447, ada 8 keluarga yang bermigrasi dari Campa (kini Kamboja) dan menetap di sana. Orang-orang dari Campa ini melakukan perjalanan jauh dan akhirnya tiba di tepi sungai yang dipenuhi oleh hutan bakau, mencari kehidupan yang lebih baik. Di bawah pimpinan Pow Le Din, mereka mulai menebang pohon-pohon bakau dan mendirikan pemukiman. Pohon bakau tersebut disebut sebagai Bonga atau Kabongaan, dan tempat ini kemudian dikenal sebagai Kabongan. Untuk bertahan hidup, 8 keluarga ini mulai memproduksi gula dari tanaman tebu. Ritual khusus yang disebut Ngrembang Sakawit dilakukan setiap kali mereka akan panen tebu. Dari upacara inilah nama “Rembang” lahir dan terus digunakan hingga sekarang. Selain dari legenda tersebut, nama Rembang juga disebut dalam kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca pada tahun 1365, khususnya pada Pupuh XXI. Bahkan, sejumlah penjelajah dunia mencatat bahwa antara tahun 1682 hingga 1741, Rembang dipimpin oleh Ingabehi Tumenggung Anggododjo. Tidak hanya memiliki sejarah yang kaya, Rembang juga dikenal dengan tiga julukan yang menarik. “The Cola of Java,” “Little Tiongkok,” dan “Kota Garam” merupakan julukan-julukan yang melekat pada kabupaten ini. “Kota Garam” berasal dari banyaknya petani garam di sepanjang pesisir Rembang. “Little Tiongkok” merujuk pada Kecamatan Lasem yang kaya akan warisan sejarah Tionghoa. Sedangkan, “The Cola of Java” berasal dari minuman kawista yang khas dan memiliki rasa mirip dengan minuman cola. Minuman ini kini menjadi oleh-oleh khas Rembang yang sangat populer. Dengan pesona alam yang memesona dan warisan sejarah yang memikat, perjalanan melalui Kabupaten Rembang adalah sebuah pengalaman yang tidak boleh dilewatkan bagi siapa pun yang menjelajahi jalur Pantura.

Menyantap Sop Kerbau Khas Kudus di Warung Gedek Mbah Zaeni

Menyantap Sop Kerbau Khas Kudus di Warung Gedek Mbah Zaeni

KUDUS – Jika Anda berada di Kudus, jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati hidangan lezat dari daging kerbau di Warung Gedek Mbah Zaeni. Terletak di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, warung yang telah menjadi ikon kulinernya Kota Kretek ini menawarkan pengalaman kuliner yang tak terlupakan. Meski tersembunyi di sebuah gang kecil, Warung Gedek Mbah Zaeni telah menarik perhatian wisatawan kuliner dari dalam dan luar kota. Dari Alun-alun Kudus, Anda hanya perlu menempuh perjalanan sekitar 2,5 kilometer ke arah tenggara untuk sampai ke tempat ini. Warung yang sederhana dengan sebagian dindingnya masih terbuat dari gedek bambu ini telah memikat hati banyak orang dengan sop kerbaunya yang memikat. Sop kerbau ini, yang mirip dengan soto, disajikan dengan nasi, kuah bening, potongan daging kerbau, taburan bawang goreng, serta beragam sayuran segar seperti seledri dan kol. Bayangkan sensasi makan sop kerbau yang masih hangat di tengah lapar yang melanda! Namun, Warung Gedek Mbah Zaeni tidak hanya menawarkan sop kerbau. Anda juga bisa mencicipi menu lain seperti nasi bening, nasi pecel, dan cemeding, sebuah olahan sayuran kukus yang disiram dengan sambal kacang. Meski demikian, sop kerbau tetap menjadi primadona bagi para pengunjung. Menurut Krismanto, pengelola warung berusia 36 tahun, sop kerbau menjadi menu paling dicari oleh pelanggan. “Potongan daging kerbaunya memiliki cita rasa yang khas,” ungkapnya. Harga sop kerbau yang terjangkau menjadi daya tarik tambahan. Hanya dengan Rp11 ribu per porsi, Anda sudah bisa menikmati nikmatnya sop kerbau di warung yang telah berdiri lebih dari 40 tahun ini. Dan jika Anda khawatir dengan keramaian, jangan ragu. Warung ini menyediakan banyak tempat duduk, termasuk gazebo yang nyaman di sekitar area utama. “Kami buka setiap hari dari pukul 08.00 WIB hingga 18.00 WIB,” jelas Krismanto. Jadi, jika Anda mencari alternatif untuk menyantap hidangan daging kerbau di Kudus, Warung Gedek Mbah Zaeni adalah tempat yang tepat untuk Anda kunjungi. Rasakan sensasi autentik kuliner Kudus yang tak terlupakan di sini!

Lancar dan Ramai, Jalur Jepara-Demak Kembali Dibuka Setelah Banjir

Lancar dan Ramai, Jalur Jepara-Demak Kembali Dibuka Setelah Banjir

JEPARA – Satlantas Polres Jepara memberikan kabar baik kepada pengguna jalan bahwa jalur Jepara menuju Kabupaten Jepara kini telah kembali dibuka. Arus lalu lintas pun berjalan lancar, mengakhiri kekhawatiran atas kemacetan yang sempat terjadi. Sebelumnya, jalur Jepara-Demak melalui Welahan hingga Trengguli Kabupaten Demak tergenang banjir, menyebabkan sejumlah kendaraan terjebak dan menyulitkan arus lalu lintas. Namun, Kasatlantas Polres Jepara, AKP Dionisius Yudi Christiano, memastikan bahwa saat ini situasi sudah berangsur membaik. “Dengan syukur, evakuasi sudah dilakukan dan air banjir telah surut sehingga kendaraan kembali bisa melintasi rute dari Welahan Mijen menuju Trengguli dengan lancar,” ujar AKP Dionisius Yudi Christiano pada Kamis (14/2/2024). Menurutnya, kemacetan yang terjadi sebelumnya disebabkan oleh truk yang terperosok di daerah Bakong, menghalangi pergerakan kendaraan. Namun, saat ini situasi telah membaik. “Tadi sempat macet karena ada truk terperosok di Bakong yang menghambat lalu lintas,” jelasnya. Meskipun masih ada genangan air, namun kondisinya dinilai sudah aman bagi kendaraan kecil untuk melintas. “Meskipun masih ada genangan air, kami telah berkoordinasi dengan jajaran Demak untuk memastikan kendaraan kecil dapat melewati area tersebut dengan kecepatan yang terkontrol,” tambahnya. Saat ini, Satlantas Polres Jepara tetap mengirimkan anggotanya untuk berjaga-jaga di beberapa titik guna mengantisipasi kemungkinan kemacetan di jalur tersebut. “Kami terus memantau situasi dan mengatur arus lalu lintas agar tetap lancar. Alhamdulillah, siang hari ini kondisinya sudah kembali normal,” pungkasnya dengan optimis. Dengan kabar baik ini, diharapkan kelancaran arus lalu lintas di jalur Jepara-Demak dapat terjaga, memberikan kenyamanan bagi para pengguna jalan dalam perjalanan mereka.