Jowonews

Berebut Dukungan Nahdliyin di Pilkada Sragen

Kabupaten Sragen

SRAGEN – Saat pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sragen mendekat, kampanye semakin memanas dan menarik perhatian banyak pihak, termasuk organisasi masyarakat (ormas) keagamaan dan pemuda. Salah satu ormas yang mencuri perhatian adalah Nahdlatul Ulama (NU), yang dikenal sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia dengan dukungan kuat di Sragen. Tentu saja, setiap pasangan calon (paslon) berlomba-lomba mendapatkan dukungan dari warga nahdliyin, sebutan untuk anggota NU, termasuk pasangan Sigit-Suroto yang kini menjadi sorotan. Pasangan Sigit-Suroto bahkan mengklaim telah meraih dukungan penuh dari warga nahdliyin di Sragen. Ini menjadi bagian dari strategi mereka untuk menarik simpati dan suara dari kalangan tersebut. Mereka pun tidak ragu untuk berkampanye secara langsung di Gedung MWCNU Sukodono, yang menimbulkan berbagai diskusi di dalam tubuh NU. Namun, klaim dukungan ini ternyata memicu polemik di kalangan internal NU. Nasihul Anshori, seorang tokoh NU Sragen yang pernah duduk di DPRD dari Fraksi PKB, memberikan tanggapannya dengan sebuah peringatan. Ia meminta agar semua pihak menghormati kebebasan warga NU untuk memilih dan tidak mendukung satu paslon secara sepihak. “Warga NU bebas menentukan pilihan. Jangan memaksakan atau memberikan kesan bahwa NU hanya mendukung satu paslon tertentu,” ungkap Anshori. Ia juga menyoroti bahwa calon bupati nomor urut 1, Untung Wibowo Sukawati, juga merupakan seorang nahdliyin. Untung, yang memiliki kartu anggota NU (KARTANU), terdaftar di Ranting NU Jurangjero, MWCNU Karangmalang. Menariknya, kakaknya yang saat ini menjabat sebagai Bupati Sragen pernah menjadi bendahara Muslimat NU Kabupaten Sragen. Anshori berharap agar warga NU bisa menilai rekam jejak masing-masing calon secara objektif, termasuk perjalanan karir Untung Wibowo Sukawati selama menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah. Ia menekankan bahwa hingga saat ini, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sragen belum mengeluarkan surat resmi atau imbauan untuk mendukung salah satu paslon. “PCNU Sragen belum mengeluarkan sikap resmi terkait dukungan. Artinya, warga NU punya kebebasan untuk menentukan hak pilihnya tanpa ada tekanan atau provokasi,” tegas Anshori. Situasi ini jelas mencerminkan dinamika politik yang memanfaatkan dukungan ormas keagamaan sebagai kekuatan utama. Perebutan suara dari warga nahdliyin diharapkan bisa berjalan dengan sehat dan tidak mengarah pada perpecahan di dalam tubuh NU. Pilkada Sragen kali ini menjadi momen menarik untuk diikuti, terutama dalam melihat bagaimana ormas besar seperti NU merespons klaim dukungan dari berbagai paslon.