Jowonews

PERMAINAN LATO-LATO DAN PENDIDIKAN

Oleh : Dedy Mulyana Fitriyanto

Indonesia negara, yang terkenal kaya akan keragaman budaya dan tradisi, lantaranmemiliki ratusan suku bangsa yang tersebar di puluhan ribu pulau yang di Indonesia. Salah satu yang menjadi warisan budayanya adalah permainan tradisional. Semakin pesatnya perkembangan zaman, permainan tradisional di Indonesia Mulai tergeser dengan hadirnya permainan di gadget. Padahal permainan tradisional jauh memiliki dampak yang positif dibandingkan yang ada di gadget. Permainan tradisional mengandung nilai-nilai dan filosofi kehidupan. 

Ditengah kekhawatiran punahnya permainan tradisional di indonesia secara tiba tiba Permainan tradisional lato-lato saat ini sedang menjadi tren di kalangan anak-anak Indonesia. Permainan itu dimainkan berbagai kalangan, baik balita maupun anak-anak usia sekolah. Bahkan, dalam beberapa kesempatan juga terlihat remaja hingga orang dewasa ikut memainkannya. Permainan ini viral salah satunya dikarenakan banyaknya influencer yang ikut bermain permainan tradisional bahkan ridwan kamil selaku gubernur jawa barat dan Presiden Jokowi juga memainkannya. 

Mengutip Bisnis.com, lato-lato berasal dari negara Amerika Serikat pada 1960-an. Namun, mulai populer di negara Paman Sam tersebut pada 1970. Pada 1970-an, permainan lato-lato sempat dilarang oleh pejabat sekolah AS. Menggunakan material kaca, permainan yang harus dibanting ini rawan pecah. Pecahan kacanya pun tak bisa diprediksi. Berterbangan ke mana-mana, pecahan lato-lato pun kerap mengenai tubuh seseorang. Selain di Amerika Serikat, lato-lato juga mirip dengan boleadoras atau bolas, senjata pilihan untuk gaucho koboi Argentina. Permainan koboi ini juga ternyata menelan korban, sehingga dilarang penggunaannya oleh pemerintah setempat. Meski berasal dari negara Amerika Serikat, kata lato-lato merupakan sebutan permainan tradisional yang berasal dari bahasa Bugis, Sulawesi Selatan. 

Saat ini mulai banyak imbauan dari otoritas pendidikan setempat agar permainan lato-lato tidak dibawa ke sekolah. Imbauan itu kemudian diterjemahkan sebagai larangan. Sebenarnya, dasar hukum ataupun dasar akademik dari himbauan untuk tidak membawa lato-lato ke sekolah tidak ada. Alasannya terkesan mengada-ada dan mau gampangnya saja, yaitu karena lato-lato bukan alat atau media belajar, dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa karena berisik, dan alasan lain faktor keselamatan. 

BACA JUGA  Menggali Makna “Kemerdekaan” dalam Kurikulum Merdeka

Padahal, sekolah dan guru hanya memerlukan sedikit kreativitas, alat tersebut bisa menjadi media belajar selingan agar proses belajar mengajar tidak monoton. Misalnya, gerakan dalam permainan lato-lato disinyalir juga menjadi pemicu untuk menstimulasi fungsi motorik anak. Saat bermain lato-lato, pemain harus menggerakkan tangannya dengan seimbang agar menghasilkan permainan yang baik. Saat gerakan ini berlangsung, setidaknya terjadi fungsi koordinasi antara kognitif dan motorik anak yang berdampak baik terhadap pencapaian perkembangannya. Penelitian mutakhir membantu menjelaskan bagaimana gerakan secara langsung bermanfaat kepada sistem saraf yang bermuara pada pembelajaran. Kegiatan otot, terutama kegiatan yang terkoordinasi, mampu menstimulasi produksi neurotrophin, yaitu substansi alami yang merangsang pertumbuhan sel-sel saraf dan meningkatkan jumlah koneksi saraf dalam otak sehingga memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran (Jalaluddin, 2010). 

Walker (2015) juga menambahkan, selain dapat membuat anak menjadi aktif dan menambah semangat dalam belajar, kegiatan fisik juga kaya akan manfaat bagi  perkembangan mereka sehingga dapat mengurangi penyakit kardiovaskular,

memperbaiki fungsi kognitif (seperti ingatan dan perhatian), dan secara positif berpengaruh terhadap kesehatan mental. Alat ini cocok sekali digunakan untuk siswa PAUD, TK, dan sekolah dasar untuk melatih motorik kasar dan halus mereka. 

Permainan lato-lato juga dapat meningkatkan perkembangan sosio-emosional anak. Lazimnya permainan lato-lato dimainkan secara serentak dan bersamaan dengan beberapa pemain lain. Terlebih saat ini perkembangan sosial anak perlu menjadi perhatian setelah adanya proses pembatasan sosial selama pandemi covid-19 berlangsung. Adanya permainan lato-lato telah merajut kembali persatuan sosial anak melalui permainan. Dalam hal ini kemampuan sosial anak akan meningkat seiring dengan banyaknya pergaulan bersama dengan anak lain. Jika ditinjau dari perspektif ilmu pengetahuan, permainan lato-lato pada dasarnya menganut teori saintifik, khususnya fisika. Dalam permainan itu, hukum Newton 3 tampak ketika pemain menghentakkan tangan sehingga membuat dua buah bandulan saling memantul dan memukul satu sama lain (gaya aksi dan reaksi dari dua benda). Permainan lato-lato juga mengakibatkan terjadinya tumbukan lenting sempurna pada dua buah benda ( media indonesia.com).

BACA JUGA  Kurikulum Merdeka Efektif ataukah Tidak

Akan tetapi permainan lato-lato ini juga harus menjadi perhatian dalam memainkannya terutama dalam lingkungan sekolah harus ada pengawasan dari guru dan penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran yang ada sehingga permainan ini dapat bermanfaat secara maksimal. Permainan ini menjadi angin segar untuk semua pihak yang menandakan bahwa anak sudah mulai mengalihkan perhatian dari smartphone ke permainan tradisional.

Bagikan:

Google News

Dapatkan kabar terkini dan pengalaman membaca yang berbeda di Google News.

Berita Terkait