Oleh: Puput Fitria dewi, S.Pd.
Tuntutan pendidikan pada saat ini bukanlah pada kemampuan anak untuk menyelesaikan beragam jenis soal yang akan dihadapi untuk ujian nasional. pada kemampuan anak untuk menyelesaikan permasalahan beragam jenis soal yang akan dihadapi untuk ujian nasional. Pada tahun 2021 yang lalu, pemerintah mulai menggalakkan AKM atau asesmen kompetensi minimum untuk jenjang SD, SMP, dan SMA. Tujuannya ialah untuk mengukur kemampuan literasi siswa. Seiring dengan perkembangan zaman, pengertian literasi tidak hanya dibatasi oleh kegiatan membaca. Dengan semakin berkembangnya sudut pandang literasi, pemerintah semakin intens menggalakkan kegiatan literasi baik berupa pembiasaan GLS (Gerakan Literasi Sekolah) atau dalam kegiatan pembelajaran.
Sebagai seorang pendidik yang setiap harinya berhadapan dengan siswa, guru harus mampu memainkan peran kunci dalam memotivasi siswa untuk belajar. Langkah yang ditempuh supaya guru dapat membangkitkan kemampuan literasi siswa dapat ditempuh seorang guru dengan membuat inovasi pembelajaran dalam kegiatan literasi. Strategi literasi dapat diterapkan pada saat pembelajaran. Literasi pembelajaran merupakan kegiatan literasi yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung (Khomsiyatun, 2019). Literasi pembelajaran terjadi pada kegiatan inti pembelajaran dan terintegrasi dengan materi-materi pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, guru dapat mengemas kegiatan literasi dengan berbagai kegiatan atau media pembelajaran yang menarik bagi siswa. Siswa merasa senang belajar sambil bermain dibandingkan belajar tanpa menggunakan media pembelajaran (Fadilah, 2022). Penulis mengembangkan media Monata untuk mendukung strategi literasi dalam pembelajaran dalam pembelajaran PPKn kompetensi aturan di rumah pada siswa kelas III di SDN Tambakaji 05 Semarang. Monata merupakan Monopoli Tata Tertib. Bentuk dan aturan dalam permainan monopoli dimodifikasi agar sesuai dengan pembelajaran PPKn kompetensi aturan di rumah. Dalam permainan monopoli, petak yang biasanya berupa nama dan gambar suatu negara diganti dengan sub bab materi PPKn Aturan di Rumah. Terdapat petak yang berisikan gambar aturan di rumah dan petak yang berisikan Dana Umum dan Kesempatan.
Permainan dimulai dengan membagi siswa dalam 5 kelompok. Semua posisi pion pemain pada awal permainan berada pada petak start. Kemudian perwakilan kelompok melakukan suit atau hompimpa. Pemain pertama melempar dadu dan melangkahkan pionnya sesuai dengan perolehan mata dadu, dan dilanjutkan oleh pemain selanjutnya. Apabila pion berhenti pada petak Dana Umum, maka siswa wajib mengambil kartu dan menjawab soal cerita yang terdapat pada kartu Dana Umum. Apabila pion berhenti pada petak Kesempatan, maka pemain wajib mengambil kartu Kesempatan yang berisikan tantangan. Dan apabila pion berhenti pada petak gambar maka siswa harus mendeskripsikan gambar tersebut dalam sebuah cerita atau melakukan simulasi. Dengan adanya media pembelajaran ini akan melatih siswa dalam berliterasi, terutama dalam literasi baca tulis.
Mengimplementasikan media permainan Monata pada pembelajaran PPKn kompetensi aturan di rumah pada siswa kelas III ini terbukti efektif dalam meningkatkan literasi siswa. Respon siswa pada saat kegiatan pembelajaran terlihat aktif dalam bertanya tentang materi yang sedang diajarkan. Siswa juga memperhatikan penjelasan guru dan berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru terkait materi yang diajarkan. Aspek afektif siswa dinilai dari kegiatan proses saat siswa memainkan permainan Monata. Siswa dapat melakukan kerjasama kelompok dengan kekompakan yang baik dalam menyelesaikan tantangan pada permainan Monata. Pada aspek bernalar kritis diperoleh hasil siswa menunjukkan tahap mulai berkembang sesuai dengan harapan yang ditunjukkan dengan masing-masing anggota berani untuk mengemukakan pendapat dengan inisiatif tanpa adanya intervensi dari guru. Kegiatan literasi ini dapat mengasah kemampuan siswa dalam memahami dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui kegiatan belajar sambil bermain yang didalamnya memuat aktivitas membaca, menulis, bercerita, dan berpikir kritis. Melalui kegiatan ini siswa menjadi lebih paham dengan apa yang mereka lakukan saat mendapatkan pertanyaan dan memperagakan perintah pada media Monata. Siswa diajak untuk berpikir kritis dan bekerjasama dalam menyelesaikan tantangan dalam kelompok. Sehingga kegiatan literasi membaca pemahaman siswa ini dapat meningkatkan kemampuan literasi siswa. Apabila pemahaman siswa terhadap bacaan yang mereka baca semakin dalam maka karakter siswa juga akan semakin tinggi. Karena siswa yang paham terhadap apa yang mereka baca, maka siswa senantiasa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.