Jowonews

Media Pembelajaran Inovatif

Oleh: Tri Ristianawati

Arah pendidikan di Indonesia, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memerlukan konsep “merdeka belajar”. Konsep kebebasan dan pembelajaran dipandang sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang bebas sebagai sebuah ekspresi peserta didik dapat lebih mandiri, dapat belajar lebih banyak untuk mendapatkan pengetahuan. Belajar adalah kegiatan dimana seseorang berusaha mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan sumber belajar yang bermacam-macam. Penggunaan sumber belajar dalam hubungannya dengan lingkungan belajar yaitu bagaimana mentransfer atau mendistribusikan materi dari guru sesuai rencana sehingga peserta didik belajar secara efektif dan efisien. Di samping itu media pembelajaran juga berperan sangat penting di dalam keegiatan belajar. Media adalah alat untuk menyampaikan segala sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mempermudah dan memperjelas penyampaian materi pembelajaran agar lebih mudah diterima dan diingat oleh siswa. Pada artikel ini mari kita diskusikan mengenai pengertian, manfaat, jenis-jenis media pembelajaran, dan contoh media pembelajaran inovatif. Karena sifatnya teoritis, mungkin artikel ini agak membosankan. Tapi saya pikir konsep ini penting untuk dipahami agar kita memiliki landasan untuk mengembangkannya.

Sudjana dan Rivai (2017:1) mengemukakan bahwa media pengajaran sebagai alat bantu mengajar dalam komponen metodologi, yaitu sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru. Hamdani (2010: 244) menyebutkan bahwa media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan untuk merangsang siswa dalam proses belajar. Sudjana & Rivai (2017: 43) menyatakan kegunaan/manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran yaitu: 1) Siswa akan merasa tertarik dengan pembelajaran tersebut dan dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik, 2) Bahan pembelajaran akan mudah dipahami, sehingga peserta didik dapat menguasainya dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, 3) Metode pembelajaran bervariasi dan tidak monoton sehingga membuat peserta didik tidak semakin bosan, 4) Peserta didik akan semakin aktif dalam pembelajaran. Dengan merujuk pada teori kognitif Piaget yang dapat diketahui bahwa anak usia sekolah dasar memasuki tahapan operasional konkret. Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir dengan menggunakan logika namun masih dalam bentuk benda konkrit. Pada tahap ini anak dapat melakukan pengelompokkan, membandingkan tetapi belum sepenuhnya dapat memecahkan masalah abstrak. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan, karena dalam proses berpikirnya sudah mampu untuk menyusun serta mengkombinasikan berbagai hubungan secara logis sehingga dapat memahami kesimpulan tertentu. Dan pada usia ini, anak menunjukkan perilaku belajar, menurut Susanto (2016) yang ditandai dengan ciri-ciri: (1) anak dapat memandang dunia secara objektif; (2) anak dapat berpikir dengan benda konkrit; (3) anak dengan menggunakan berpikir operasionalnya dapat mengelompokkan benda-benda yang bervariasi berdasarkan tingkatannya; (4) anak dapat menghungkan sesuatu dengan menggunakan sebab akibat.

Menurut (Briggs dalam Hamdani 2010: 243) media pembelajaran dapat berupa alat yang berfungsi untuk menyampaikan materi pengajaran yang meliputi buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar), foto, gambar, grafik, televise, dan computer. Media adalah komponen sumber belajar yang berisi materi instruksional di lingkungan siswa, yang digunakan merangsang siswa untuk belajar.

Menurut Hamdani (2011: 248) media pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga yaitu: 1) Media Visual. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan (non projected visuals) dan media yang dapat diproyeksikan (project visuals). Contoh media pembelajaran yang dapat diproyeksikan adalah gambar diam (still pictures) atau bergerak (motion pictures). Sedangkan contoh media yang tidak dapat diproyeksikan adalah gambar tentang manusia, hewan, tumbuhan, atau lainnya yang berkaitan dengan materi pelajaran;  2) Media Audio. Media audio adalah media yang hanya dapat di dengar dengan menggunakan indera pendengaran yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhartian, dan kemampuan peserta didik dalam memahami bahan ajar. Contoh media audio dapat berbentuk seperti kaset suara dan radio; 3) Media Audio Visual. Media audio visual merupakan gabungan dari audio dan visual. Penyajian media audio visual pada peserta didik semakin kompleks dan optimal. Dalam menggunakan media audio visual, guru hanya sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan peserta didik dalam belajar. Contoh media audio visual adalah video, televise, dan program slide suara (soundslide).

Contoh media pembelajaran inovatif adalah pengembangan media wayang hewan berkarakter. Menurut Mertosedono (1990: 6) wayang merupakan seni budaya atau hasil dari kreasi kebudayaan orang Jawa (bangsa Indonesia). Di dalamnya terdapat sebuah ajaran yang mencerminkan karakter dari manusia, sehingga sangat effektif sebagai saran penerangan, sarana pendidikan, dan sebagai hiburan. Menurut Prof. Kern (dalam Mertosedono 1994: 28) mengatakan bahwa wayang berasal dari kata wod dan yang. Yang mempunyai arti gerakan yang dilakukan berulang-ulang atau tidak tetap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hakikat wayang adalah bayangan yang bergerak secara bolak-balik atau berulang-ulang atau mondar-mandir tidak tetap pada tempatnya.

Media wayang adalah alat perantara media visual yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi guru dengan siswa dalam menyampaikan materi dongeng yang digerakkan dengan tangan dan berbentuk gambar. Media wayang merupakan salah satu media yang tepat untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Hal tersebut didasarkan pada beberapa hal, antara lain dengan warna-warna mencolok yang dapat menarik perhatiaan siswa, serta bentuk wayang yang lucu dapat menarik minat anak untuk memainkannya. Media wayang ini dapat membantu pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran menyimak cerita yang terbuat dari kertas yang berbentuk gambar kartun atau gambar asli yang diberi tangkai untuk menggerak-gerakkannya. Wayang yang digunakan bisa disesuaikan dengan tema cerita. Penggunaan media wayang dapat membuat pembelajaran menjadi menarik sehingga anak akan merasa senang dan tertarik untuk mendengarkan serta menyimak cerita. Media ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran pada materi dongeng serta dapat meningkatkan hasil belajar pada materi dongeng. Di samping itu media ini bertujuan untuk memberikan contoh karakter yang dibuat dan sesuai dengan cerita.

Merujuk pada landasan teori media berbentuk kerucut oleh Edgar Dale diketahui bahwa pengalaman langsung akan memberikan informasi yang terdapat dalam pengalaman itu sendiri, serta melibatkan semua indra yang dimiliki. Media wayang hewan berkarakter memberikan pengalaman langsung kepada siswa terkait materi memahami teks bacaan dongeng. Hal ini dapat membuat siswa lebih memahami dengan materi yang disampaikan dan mampu mempengaruhi hasil belajar siswa.

Jadi guru perlu menciptakan/merancang media pembelajaran yang inovatif sesuai dengan karakteristik materi, tujuan pembelajaran, dan metode yang digunakan sehingga dapat bermanfaat bagi peserta didik. Pengoptimalan seluruh indera peserta didik terhadap media sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Oleh karena itu guru sebagai fasilitator haruslah teliti dan cermat memperhitungkan karakteristik yang dimiliki oleh setiap isi pesan yang ingin disampaikan.

Daftar pustaka

Hamdani. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Mertosedono, Amir. 1986. Sejarah Wayang. Semarang : Dahara Prize.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2017. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.

Bagikan:

Google News

Dapatkan kabar terkini dan pengalaman membaca yang berbeda di Google News.

Berita Terkait