Oleh: Windya Diah Ekapuspitasari
Esensi yang menjadi perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum baru dapat dilihat dalam pembelajaran yang mana pada kurikulum 2013 pembelajaran terfokus hanya pada intrakurikuler sedangkan pada kokurikuler umumnya diserahkan kepada kreativitas guru pengampu. Selain itu, kurikulum 2013 membawa amanat pendekatan berbasis sains atau pendekatan saintifik (scientific approach). Berbeda dengan kurikulum baru saat ini yaitu kurikulum merdeka yang menguatkan pembelajaran berdiferensiasi sesuai tahap capaian peserta didik. sedangkan kurikulum merdeka mengemban amanat pendekatan berbasis projek (project based learning).
Hal ini sejalan dengan pendapat (Sapitri, 2022) masing-masing kurikulum memiliki struktur kurikulum yang memiliki pondasi pengembangan karakter yang luhur. Namun dalam hal ini perwujudan karakter dapat muncul ketika siswa dapat belajar dari pengalaman, pembelajaran tersebut dapat direalisasikan dengan adanya pembelajaran yang berbasis projek yang terdapat dari amanat kurikulum merdeka. Guru memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan kurikulum baru. Menciptakan pembelajaran yang efektif, bermakna dan bermutu adalah peran dan fungsi seorang guru. Selain itu, guru juga perlu memegang prinsip objektivitas, komprehensif, dan kesinambungan serta mengacu pada tujuan. Konsep kurikulum merdeka belajar dilatarbelakangi oleh
Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makarim yang berharap dapat menciptakan kurikulum yang sesuai dengan karakter peserta didik, meciptakan SDA yang berkarater dan berbudi pekerti baik pendidikan dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi. Kurikulum merdeka belajar hadir sebagai upaya untuk mendorong munculnya kemandirian belajar, untuk menghendaki terselenggaranya pendidikan yang berdasarkan pada prinsip kebebasan, kemandirian dan kesetaraan yang mampu membawa manusia menuju kehidupan yang lebih baik.
Menurut (Suryaman, 2020) kurikulum merdeka belajar fokus utamanya adalah pencapaian hasil belajar secara konkret yaitu dengan pencapaian pengetahuan perilaku, kemampuan, dan hasil. Selain itu, kurikulum baru ini dinilai mampu beradaptasi dengan permasalahan yang ada karena sifat dari kurikulum ini dijalankan dengan keluwesan atau fleksibel. Konsep dan arah kurikulum baru yang merupakan sebuah penawar dalam permasalahan yang terjadi pada pendidikan Indonesia ini mengalami berbagai tantangan yang bersifat dukungan dan tolakan dari segenap elemen pendidikan. Kurikulum ini harus dijadikan tantangan bagi sekolah, guru, dan peserta didik karena ketiga subjek tersebutlah yang berperan aktif dalam terlaksananya proses pembelajaran. Menurut (Indarta dalam Suhandi & Robi’ah, 2022)) untuk menghadapi berbagai tantangan diperlukan sebuah upaya strategis dengan berbagai pemahaman peranan bagi masing-masing elemen atau subjek pendidikan itu sendiri.
Peran sekolah harus memilih tetap menggunakan kurikum lama atau mengganti kurikulumnya sesuai karakteristik sekolah, peran peserta didik harus terus berupaya menjalani kurikulum tersebut dengan belajar sungguh-sungguh sesuai nilai kemerdekaan belajarnya, dan peran guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan kurikulum baru. Peran dan tantangan guru menjadi perhatian khusus dalam kebijakan kurikulum baru. Kurikulum ini dinilai mampu mengembalikan dan memulihkan posisi guru dengan keluwesan tersebut.
Hal ini sejalan dengan pendapat (Daga, 2021) kebebasan guru dalam proses pembelajaran merupakan makna dari merdeka dalam pembelajaran yang sesungguhnya. Sistem dari kurikulum ini adalah dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada guru untuk merancang pembelajaran sesuai karakterstik peserta didik. Kurikulum merdeka belajar memberikan ruang kepekaan siswa terhadap fenomena di masyarakat sebagai proses pematangan kepribadian sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya (Bourke et al., 2020).
Konsep pendidikan merdeka belajar menurut (Woenardi dalam Ramadani & Desyandri, 2022) ialah 1) berpusat pada siswa (berpusat pada anak). Dalam diri siswa terdapat keinginan alamiah untuk belajar dengan lingkungannya, dalam diri mereka terdapat kebutuhan akan minat terhadap pengalaman. Progresif membuat siswa titik fokus pendidikan, 2) Siswa aktif adalah anak-anak yang sedang aktif belajar. Siswa akan belajar jika mereka tidak frustrasi oleh otoritas yang memaksakan kehendak dan tujuan. Menolak belajar yaitu mengingat, menghafal dan membaca, 3) Kelas sosial dari kelas yang lebih besar. John Dewey dalam bukunya My Pedagogic Creed mengatakan: “Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup, pendidikan adalah kehidupan itu sendiri, dan dengan demikian pendidikan adalah proses kehidupan dan bukan persiapan menghadapi kehidupan.”Belajar dan pendidikan terjadi secara terus menerus dalam kehidupan seseorang, pengalaman belajar dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sekat waktu, ruang dan konteks. Pembelajaran saling terkait antara satu objek pengetahuan dengan pengetahuan lainnya berlangsung secara terus menerus. 4) Fokus pada pemecahan masalah.
Tahap ini mengikuti penekanan pragmatis pada pengalaman dan epistemologi pemecahan masalah. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman bukan instruksi yang disampaikan oleh guru. Metode pembelajaran yang digunakan adalah Learning by doing, problem solving, active teaching. Pendidikan adalah hidup itu sendiri dan bukan persiapan untuk hidup. Metode pembelajaran kooperatif dan demokratis lebih sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
Refrensi
Ramadani, F., & Desyandri. (2022). Konsep Kurikulum Merdeka Belajar Terhadap Pandangan Filsafat Progresivisme.
Suhandi, A. M., & Robi’ah, F. (2022). Guru dan Tantangan Kurikulum Baru: Analisis Peran Guru dalam Kebijakan Kurikulum Baru. Jurnal Basicedu, 6(4), 5936–5945. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3172