Jowonews

Asal Usul Nama Desa Jambu Kabupaten Semarang, Bukan dari Nama Buah

Nama Kecamatan Jambu di Kabupaten Semarang berasal dari cerita rakyat tentang Jaka Tingkir dan Dadung Kawuk, bukan dari pohon jambu.

UNGARAN – Mungkin Mas dan Mbak Yu penasaran, mengapa sebuah kecamatan bernama Jambu, padahal bukan pusat pohon jambu? Yuk, kita simak kisah di balik nama ini!

Salah satu tempat yang sering dilalui oleh pelancong dari Semarang menuju Yogyakarta adalah Kecamatan Jambu, yang terletak di Kabupaten Semarang. Pusat dari kecamatan ini berlokasi di Desa Jambu, hanya sekitar 4 kilometer dari Ambarawa. Namun, mungkin sedikit yang tahu bahwa wilayah ini lebih dikenal dengan pohon durian dan kelengkeng dibandingkan dengan pohon jambu itu sendiri.

Lalu, dari mana sebenarnya asal nama Jambu? Menurut Tuni, seorang tokoh masyarakat dari Desa Bedono, terdapat sebuah cerita rakyat yang menarik. Cerita ini berkaitan dengan Jaka Tingkir, pendiri Kesultanan Pajang yang memerintah antara tahun 1568 hingga 1582. Kesultanan Pajang merupakan penerus Kesultanan Demak dan terletak di perbatasan Surakarta dan Sukoharjo.

Dalam cerita yang disampaikan oleh Tuni, Jaka Tingkir pada masa itu diminta untuk beradu kekuatan dengan seorang pendekar bernama Dadung Kawuk dari Pingit, yang kini merupakan bagian dari Kecamatan Pringsurat, Temanggung. “Jadi ceritanya, Dadung Kawuk ingin menjadi prajurit Kesultanan Demak. Namun, Raja Demak ingin menguji kekuatannya dengan menantang Jaka Tingkir. Ternyata, Jaka Tingkir jauh lebih kuat,” ungkap Tuni, dikutip dari Inibaru.

Setelah mengalahkan Dadung Kawuk, yang terkena lemparan daun sirih dari Jaka Tingkir, sang pendekar pun mengalami luka parah. Dalam perjalanan pulang menuju Pingit, Dadung Kawuk dan pengikutnya harus melewati rawa yang luas, yang dalam Bahasa Jawa dikenal dengan istilah ‘ngambah rawa’. Dari sinilah asal nama Ambarawa.

Namun, perjalanan tersebut berujung tragis. Karena lukanya yang parah, Dadung Kawuk akhirnya meninggal dan tempat di mana ia menghembuskan napas terakhir dinamakan Desa Gondoriyo. Nama ini berasal dari kata ‘nggondo’ yang berarti sudah meninggal dan mulai berbau.

BACA JUGA  Keliling Solo? Ini Jadwal dan Rute Bus Werkudara

Selanjutnya, rombongan tersebut terus bergerak ke arah barat menuju Pingit, melewati lokasi yang rawan perampokan. Pengikut Dadung Kawuk pun berjaga-jaga, dan lokasi tersebut kemudian dinamakan Desa Jogoboyo, yang berarti tempat berjaga dari bahaya. Kini, Jogoboyo lebih dikenal sebagai pusat penjualan durian.

Ketika jasad Dadung Kawuk semakin berbau, pengikutnya terpikir untuk memakamkannya di tempat tersebut. Namun, keluarganya tetap ingin jasadnya dibawa kembali ke Pingit. Lokasi di mana jasadnya mulai berbau, dikenal dengan nama Jambu.

Tak jauh dari sana, terdapat makam gladak, yang merupakan tandu yang digunakan untuk menggotong Dadung Kawuk. Hingga saat ini, makam tersebut menjadi tempat ziarah bagi warga setempat maupun pengunjung dari luar daerah.

Jadi, Mas dan Mbak Yu, ternyata nama Desa Jambu di Kabupaten Semarang ini memiliki kisah yang dalam dan menarik, jauh dari sekadar asosiasi dengan buah jambu.

Bagikan:

Google News

Dapatkan kabar terkini dan pengalaman membaca yang berbeda di Google News.

Berita Terkait