Jowonews

Keberadaan Situs Mbah Kopek Jadi Jejak Sejarah Hindu-Buddha di Kabupaten Demak

Situs Mbah Kopek di Kabupaten Demak menyimpan jejak sejarah Hindu-Buddha, dengan artefak patung Dewi Durga tanpa kepala dan batu Yoni. Meskipun terletak di daerah yang dikenal dengan kebudayaan Islam, situs ini mencerminkan kekayaan sejarah yang lebih dalam, menjadi tanggung jawab bersama untuk dilestarikan.

DEMAKKabupaten Demak memang dikenal sebagai tempat berdirinya kerajaan Islam pertama di Jawa, tetapi ada lapisan sejarah yang lebih dalam di balik identitas tersebut. Sebelum Raden Patah mendirikan Kesultanan Demak pada tahun 1478, daerah ini telah dihuni oleh masyarakat yang menganut kepercayaan Hindu-Buddha, seperti yang bisa dilihat dari artefak bersejarah yang ditemukan di situs Mbah Kopek.

Terletak di Desa Pidodo, Kecamatan Karangtengah, dua benda bersejarah—sebuah patung yang diduga mirip Dewi Durga tanpa kepala dan sebuah batu besar menyerupai Yoni—tersimpan dalam sebuah gubuk kecil di tengah pemakaman umum. Penjaga situs Mbah Kopek, Sanuar, mengungkapkan bahwa artefak ini sudah ada sejak lama, meski dia tidak mengetahui secara pasti kapan penemuan itu terjadi.

“Ya, sudah seperti itu, bagian kepala terpotong. Berdasarkan cerita yang beredar, keduanya ditemukan di dalam sawah yang berlumpur,” jelasnya, dikutip dari Inibaru (21/10).

Namun, perjalanan untuk membangun situs ini tidaklah mulus. Awalnya, keberadaan situs Mbah Kopek mendapat penolakan dari sebagian warga yang khawatir bahwa tempat tersebut akan disalahgunakan.

Cungkup yang melingkupi situs Mbah Kopek di Kabupaten Demak
Cungkup yang melingkupi situs Mbah Kopek di Kabupaten Demak. Foto Dok. Kompas

“Pembangunan Mbah Kopek ini merupakan donasi dari seorang sukarelawan. Dulu, waktu hendak didirikan, beberapa warga sempat mempermasalahkannya, tapi kemudian pemerintah desa turun tangan,” tambah Sanuar.

Setelah musyawarah antara pemangku kepentingan, akhirnya keputusan diambil untuk melanjutkan pembangunan dengan catatan bahwa benda-benda yang disimpan hanya akan dianggap sebagai artefak yang dilindungi.

“Intinya, tidak usah dibesar-besarkan dan dilebih-lebihkan. Cukup seperti itu saja,” ujarnya menekankan pentingnya keseimbangan antara pelestarian dan pemahaman sejarah.

Roni Sulfa Ali, seorang analis dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Demak, mengungkapkan bahwa benda-benda di situs ini kemungkinan berusia ribuan tahun. Ia mengaitkan situs Mbah Kopek dengan situs Dudukan di Blerong, yang memiliki kesamaan struktur arsitektur.

BACA JUGA  Ragam Aktivitas Seru Saat Berkunjung Ke Kota Lama Semarang

“Dilihat dari strukturnya, keduanya punya kemiripan dengan struktur arca-arca yang berasal dari abad ke-5 hingga ke-8,” ujarnya. Dengan ornamen lembu atau nandi di bawah patung, kuat dugaan bahwa patung tersebut memang menggambarkan Dewi Durga.

Sementara itu, meski saat ini situs Mbah Kopek belum terdaftar sebagai Objek Cagar Budaya, keberadaannya tetap memegang arti penting dalam sejarah Demak. Ini menjadi tanggung jawab kita semua, Mas dan Mbak Yu, untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya yang ada di daerah kita. Sebab, sejarah adalah cermin dari jati diri suatu komunitas.

Dari penelusuran ini, dapat disimpulkan bahwa situs Mbah Kopek tidak hanya menawarkan pandangan tentang masa lalu, tetapi juga mengajak kita untuk memahami betapa kaya dan beragamnya sejarah yang dimiliki oleh Kabupaten Demak. Mari kita bersama-sama melestarikan dan menghormati warisan yang telah ada.

Bagikan:

Google News

Dapatkan kabar terkini dan pengalaman membaca yang berbeda di Google News.

Berita Terkait