YOGYAKARTA, Jowonews.com – Sinergitas dalam pengembangan infrastruktur antara Provinsi Jateng dengan DI Yogyakarta mutlak diperlukan. Terlebih sekarang ini pemerintah pusat membuat konsep pengembangan kawasan strategis nasional (KSN) yang berada di dua provinsi itu yakni di sektor infrastruktur dan kepariwisataan.
Jalan tol Bawen-Jogja; Solo-Jogja; dan Cilacap-Jogja adalah konsep KSN yang saat ini mulai dirintis untuk direalisasikan. Sektor kepariwisataan, pengembangan kawasan pariwisata Candi Borobudur pun harus terkoneksi dengan Yogyakarta International Airport di Kulonprogo (DIY).
Sejauh manakah pengembangan infrastruktur yang terkoneksi antara Jateng dan DIY sampai sekarang ini? Hal inilah yang melatarbelakangi Komisi D DPRD Jateng berkunjung ke Kantor Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (PUP ESDM) DI Yogyakarta, Jumat (24/1/2020). Dalam kegiatan itu turut dihadiri Wakil Ketua DPRD Jateng Sukirman, Ferry Wawan Cahyono dan Quatly Abdulkadir Alkatiri. Turut serta Kepala Dinas PU Bina Marga Cipta Karya Jateng Hanung AR.
Ketua Komisi D Alwin Basri mengatakan, Pemprov DIY dalam pengembangan KSN terutama konektivitas pengembangan kawasan pariwisata Borobudur telah mengembangankan konsep “Bedah Menoreh”. Daerah perbukitan di eks Karesidenan Kedu ini berada di dua daerah administrasi berbeda yakni Jateng-DIY.
“Apakah Bedah Menoreh ini nanti juga terkoneksi dengan Jateng? Kami mengetahui supaya menjadi jelas. Di sini juga hadir Kepala Dinas PU Bina Marga Jateng, masyarakat tentu berharap program dari DIY bisa turut dinikmati di Jateng,” ungkap dia saat memimpin jalannya diskusi.
Dalam pertemuan ini Wakil Ketua Komisi D Hadi Santoso menyoroti pengembangan jalan di perbatasan DIY (Gunungkidul)-Jateng (Wonogiri) terkait proyek Jalan Selatan-Selatan. Samirun juga melontarkan perihal pengembangan tol Cilacap-Jogja. Dia mengakui pengembangan kawasan pesisir selatan sangat lambat dibanding pesisir utara. Dia mengapresiasi proyek infrastruktur merambah kawasan selatan. Anggota Komisi D lain, Masfui Masduki menyatakan dengan proyek tiga trase tersebut waktu penyelesaian pengerjaannya.
Menjawab hal itu semua Kepala Dinas PUP ESDM DIY Hananto Hadi Purnomo beserta Kabid Bina Marga Muchammad Ghaib mengatakan, untuk Bedah Menoreh sebuah konsep konektivitas Bandara YIA (DIY) dengan kawasan pariwisata nasional Borobudur (Jateng). Konsep jalan utama mulai dari Temon (Kulonprogo) sampai Borobudur (Kabupaten Magelang). Daerah-daerah sekitar jalan utama itu sekarang ini sudah muncul objek-objek wisata. Pembuatan jalan alternatif sudah dibuat detail engineering design (DED).
Ghaib menambahkan, konsepnya setelah dari Bandara YIA terkoneksi dengan Temon lalu ke Kabupaten Magelang. Pelebaran jalan sudah dilakukan, pembebasan lahan pun sudah disosialisasikan. Pada 2020 ini sudah mulai dikerjakan.
Perihal tiga trase tol, Hananto menyebutkan untuk sementara tahapan yang baru terealisasi adalah persiapan izin penetapan lokasi untuk tol Jogja-Solo. Lokasi pertemuan tol trase itu ada di Desa Manisrenggo, Klaten. Begitu juga dengan tol Jogja-Bawen, masih seputar sosialisasi kepada masyarakat. Kajian-kajian seperti kelayakan studi tengah disusun. Berbeda dengan tol Jogja-Cilacap, sampai sekarang ini dari Pemerintah Pusat belum memberikan gambaran secara jelas dari tol ini.
“Pengembangan kawasan dan jalan ini tetap nantinya berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, tidak hanya untuk wilayah DIY saja, namun juga bisa dinikmati oleh masyarakat Jateng,” ucapnya.
Kepala Dinas PU Bina Marga Jateng Hanung AR menjelaskan, Jawa Tengah sudah melakukan pengembangan serta peningkatan jalan-jalan yang berada di daerah perbatasan. Akses di sekitar Borobudur, berada di Kabupaten Magelang yakni Kecamatan Mungkid dan Mendut sudah dilakukan peningkatan jalan. Terkait tol, untuk wilayah Klaten perlu kehati-hatian mengingat daerah tersebut terdapat banyak mata air. Tol Cilacap-Jogja juga belum ada kejelasan dari sisi investor.(ahm)