Oleh: Dwi Ratna Efendi
Gaya belajar berhubungan sangat erat dengan kemampuan berpikir peserta didik. Indikator dari gaya adalah gaya belajar auditori, kinestetik, dan visual. Belajar melalui mendengar, melihat, atau benar-benar berpartisipasi dalam apa pun merupakan penjelasan dari belajar kinestetik (Abi, 2020). Sebagai seorang guru, hendaknya mampu memahami bagaimana gaya belajar peserta didiknya dalam mengolah informasi, sehingga guru dapat memfasilitasi peserta didik dengan baik, sesuai kebutuhan mereka dan dapat menciptakan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik. Karena, “Gaya belajar merupakan pilihan seorang peserta didik dalam usaha menggunakan kemampuannya” (Nyoman, 2016).
Gaya belajar atau cara belajar akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik” (Aisyah, 2016). Berdasarkan pernyataan Falah (2022) “Gaya belajar setiap peserta didik berbeda-beda dari bagaimana cara mereka memahami dan menyerap materi yang diberikan oleh guru”, akibatnya mereka sering perlu menggunakan beberapa pendekatan untuk memahami pengetahuan atau pelajaran yang sama. Tidak akan ada pembelajaran yang menantang apabila peserta didik mempelajari pengetahuan atau konten berdasarkan preferensi belajarnya. Dengan memberikan instruksi kepada anak-anak, kita akan segera melihat perubahan sikap dan tingkat keberhasilan yang tinggi karena kekuatan gaya belajar mereka. Dengan demikian, salah satu modalitas yang memengaruhi pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi adalah ciri dari gaya belajar. Peserta didik akan tertarik untuk belajar matematika jika guru dapat mengakomodasi preferensi belajar mereka yang beragam.
Fungsi dari matematika adalah sebagai alat bantu dan pelayanan ilmu. Matematika berkaitan erat dengan rangkaian kegiatan sehari-hari dalam kehidupan manusia. Namun sayangnya, mutu pendidikan matematika masih rendah, penyebabnya ada beberapa hal, menurut Astuti (2015) “Salah satu penyebab rendahnya minat pembelajaran yakni karena pembelajaran kurang menarik dan tidak menyesuaikan gaya belajar peserta didik”. Bahkan, kebanyakan peserta didik kurang tertarik dan menggemari matematika.
Hartati (2015) berpendapat bahwa “Perubahan tingkah laku dalam proses pembelajaran entah dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada diri peserta didik merupakan hasil belajar”. Sedangkan menurut Lilis (2022) dari pihak peserta didik, “Hasil belajar merupakan proses dan puncak belajar peserta didik”. Hasil belajar setiap peserta didik berbeda disebabkan adanya pengaruh gaya belajar yang tidak sama pula, hal ini karena setiap gaya belajar memberikan pengaruh tersendiri. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ketika proses pembelajaran saat di sekolah, ditemukan permasalahan ketika proses pembelajaran matematika. Salah satu dari permasalahan tersebut yakni belum terwujudnya proses pembelajaran yang memfasilitasi keberagaman gaya belajar, sehingga mengakibatkan peserta didik menemukan kesulitan ketika proses pembelajaran yang dapat memengaruhi hasil belajar mereka.