LEBIH BERMAKNA MELALUI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
Oleh: Farida Akhmad Sulistiani Hidayatullah, S.Pd. Saat ini adalah waktu peralihan untuk pulih kembali dan bangkit dari pandemi covid-19 yang melanda dunia kurang lebih 2 tahun, tanpa terkecuali Indonesia juga mendapatkan dampaknya. Hal ini, menjadikan pemerintah mencari solusi yang dapat diterapkan secepatnya bagi dunia Pendidikan. Pendidikan adalah salah satu bidang yang mendapatkan dampak sangat besar dan kompleks dari musibah covid-19 ini. Bagaimana tidak, hampir 2 tahun lamanya seluruh peserta didik hanya bisa belajar dari rumah, dan tidak diperbolehkan belajar tatap muka langsung dengan guru di sekolah. Akhirnya, proses pembelajaran tidak dapat terlaksana dengan baik karena banyak kendala yang terjadi, diantaranya sinyal internet yang tidak stabil, tidak semua peserta didik memiliki gadget atau laptop, materi kurang lengkap dan mendalam sehingga peserta didik sulit untuk memahami secara menyeluruh, dan kendala lainnya. Kondisi pembelajaran selama pandemi pun menuai hasil yang kurang maksimal. Kemampuan kognitif peserta didik kualitasnya pun menurun. Banyak peserta didik yang sudah terlanjur nyaman dan terlalu santai dengan belajar di rumah, tanpa adanya perkembangan kompetensi yang maksimal. Pengaruh lain juga dapat dilihat dari sikap atau karakter peserta didik. Terlihat bahwa karakter peserta didik condong menjadi sosok yang individual, dan kurang dapat bersosialisasi dengan orang lain. Disisi lain, guru juga merasakan hal yang sulit dalam proses pembelajaran daring selama pandemi. Bagaimana cara yang tepat, atau menggunakan media seperti apa saja yang dapat diterapkan saat pembelajaran daring bersama peserta didik. Ditambah, sumber daya manusia guru yang awalnya belum terbiasa dengan penggunaan teknologi seperti zoom/google meet/google form, dan yang lainnya. Pada tahun 2022, kondisi Indonesia memulai new normal sehingga dampak yang sangat dirasakan bidang Pendidikan yakni kegiatan pembelajaran sudah diperbolehkan tatap muka di sekolah secara langsung. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) melalui Nadiem Makarim menggagas kurikulum baru yang dinamakan Kurikulum Merdeka. Melalui kurikulum tersebut, kegiatan belajar mengajar dapat lebih fleksibel pada satuan Pendidikan. Kurikulum merdeka merupakan kurikulum pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Pembelajaran akan lebih optimal agar peserta didik mempunyai waktu yang cukup untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Tujuan kurikulum merdeka adalah untuk menciptakan Pendidikan yang menyenangkan, mengejar ketertinggalan pembelajaran saat pandemi covid-19, dan guna mengembangkan potensi peserta didik. Dalam implementasi kurikulum merdeka, adanya kegiatan untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. yang mana proyek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran. Selain itu, guru akan memiliki kekuasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Kebutuhan belajar setiap peserta didik memiliki ciri khas yang unik dan berbeda. Guna memenuhi kebutuhan belajar dan minat peserta didik maka diperlukan strategi dan model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang menggunakan kurikulum merdeka, yang tentunya tetap memperhatikan kebebasan guru dan peserta didik, terutama dalam proses tersebut harus berupa student center (berpusat kepada peserta didik). Salah satu strategi yang dapat diimplementasikan yakni dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang disusun berdasarkan kebutuhan siswa dan bertujuan untuk membantu siswa sukses dalam belajar, memberikan ruang bagi siswa untuk bisa meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar serta minat belajar yang dimiliki oleh siswa. Dalam strategi ini, siswa diberikan keleluasaan untuk memilih apa yang ingin dipelajari, bagaimana cara belajar yang dikehendaki, dan produk belajar apa yang ingin dihasilkan. Namun, tetap harus memperhatikan batasan-batasan dan arahan yang diberikan oleh guru sesuai dengan kurikulum merdeka. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam proses pembelajaran yang menggunakan pembelajaran berdiferensiasi yaitu pemetaan kebutuhan belajar peserta didik. Kebutuhan belajar peserta didik dapat dipetakan berdasarkan kesiapan belajar (readiness), minat peserta didik, dan gaya belajar peserta didik. Salah satu contoh, mahasiswa PPG Prajabatan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas V SD Negeri Pesantren. Materi yang dipelajari adalah tema 6 subtema 2 pembelajaran 2 tentang perpindahan panas di sekitar kita. Pada praktek tersebut, tahap pemetaan kebutuhan belajar menggunakan kesiapan belajar (readiness). Di awal pembelajaran, peserta didik diberikan angket yang berisikan pertanyaan pemantik, yang kemudian hasil dari angket tersebut menjadi dasar dalam penentuan kelompok diantaranya kelompok 1 (kelompok mahir), kelompok 2 (kelompok sedang, dan kelompok 3 (kelompok perlu bimbingan). Ketika diamati, peserta didik yang telah dikelompokkan berdasarkan kesiapan belajarnya dan tingkat kompetensinya, maka terlihat mereka bisa lebih sangat kerjasama dengan kemampuan yang sama. Disisi lain, LKPD dimasing-masing kelompok memiliki perbedaan tingkat levelnya. Hasil dari masing-masing kelompok tersebut akhirnya muncul dan tidak ada yang tertinggal sesuai dengan porsi masing-masing kelompok.