Jowonews

LEBIH BERMAKNA MELALUI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Oleh: Farida Akhmad Sulistiani Hidayatullah, S.Pd. Saat ini adalah waktu peralihan untuk pulih kembali dan bangkit dari pandemi covid-19 yang melanda dunia kurang lebih 2 tahun, tanpa terkecuali Indonesia juga mendapatkan dampaknya. Hal ini, menjadikan pemerintah mencari solusi yang dapat diterapkan secepatnya bagi dunia Pendidikan. Pendidikan adalah salah satu bidang yang mendapatkan dampak sangat besar dan kompleks dari musibah covid-19 ini. Bagaimana tidak, hampir 2 tahun lamanya seluruh peserta didik hanya bisa belajar dari rumah, dan tidak diperbolehkan belajar tatap muka langsung dengan guru di sekolah. Akhirnya, proses pembelajaran tidak dapat terlaksana dengan baik karena banyak kendala yang terjadi, diantaranya sinyal internet yang tidak stabil, tidak semua peserta didik memiliki gadget atau laptop, materi kurang lengkap dan mendalam sehingga peserta didik sulit untuk memahami secara menyeluruh, dan kendala lainnya. Kondisi pembelajaran selama pandemi pun menuai hasil yang kurang maksimal. Kemampuan kognitif peserta didik kualitasnya pun menurun.  Banyak peserta didik yang sudah terlanjur nyaman dan terlalu santai dengan belajar di rumah, tanpa adanya perkembangan kompetensi yang maksimal. Pengaruh lain juga dapat dilihat dari sikap atau karakter peserta didik. Terlihat bahwa karakter peserta didik condong menjadi sosok yang individual, dan kurang dapat bersosialisasi dengan orang lain. Disisi lain, guru juga merasakan hal yang sulit dalam proses pembelajaran daring selama pandemi. Bagaimana cara yang tepat, atau menggunakan media seperti apa saja yang dapat diterapkan saat pembelajaran daring bersama peserta didik. Ditambah, sumber daya manusia guru yang awalnya belum terbiasa dengan penggunaan teknologi seperti zoom/google meet/google form, dan yang lainnya. Pada tahun 2022, kondisi Indonesia memulai new normal sehingga dampak yang sangat dirasakan bidang Pendidikan yakni kegiatan pembelajaran sudah diperbolehkan tatap muka di sekolah secara langsung. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) melalui Nadiem Makarim menggagas kurikulum baru yang dinamakan Kurikulum Merdeka. Melalui kurikulum tersebut, kegiatan belajar mengajar dapat lebih fleksibel pada satuan Pendidikan. Kurikulum merdeka merupakan kurikulum pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Pembelajaran akan lebih optimal agar peserta didik mempunyai waktu yang cukup untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Tujuan kurikulum merdeka adalah untuk menciptakan Pendidikan yang menyenangkan, mengejar ketertinggalan pembelajaran saat pandemi covid-19, dan guna mengembangkan potensi peserta didik.  Dalam implementasi kurikulum merdeka, adanya kegiatan untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. yang mana proyek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran. Selain itu, guru akan memiliki kekuasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Kebutuhan belajar setiap peserta didik memiliki ciri khas yang unik dan berbeda. Guna memenuhi kebutuhan belajar dan minat peserta didik maka diperlukan strategi dan model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang menggunakan kurikulum merdeka, yang tentunya tetap memperhatikan kebebasan guru dan peserta didik, terutama dalam proses tersebut harus berupa student center (berpusat kepada peserta didik). Salah satu strategi yang dapat diimplementasikan yakni dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang disusun berdasarkan kebutuhan siswa dan bertujuan untuk membantu siswa sukses dalam belajar,  memberikan ruang bagi siswa untuk bisa meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar serta minat belajar yang dimiliki oleh siswa. Dalam strategi ini, siswa diberikan keleluasaan untuk memilih apa yang ingin dipelajari, bagaimana cara belajar yang dikehendaki, dan produk belajar apa yang ingin dihasilkan. Namun, tetap harus memperhatikan batasan-batasan dan arahan yang diberikan oleh guru sesuai dengan kurikulum merdeka. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam proses pembelajaran yang menggunakan pembelajaran berdiferensiasi yaitu pemetaan kebutuhan belajar peserta didik. Kebutuhan belajar peserta didik dapat dipetakan berdasarkan kesiapan belajar (readiness), minat peserta didik, dan gaya belajar peserta didik. Salah satu contoh, mahasiswa PPG Prajabatan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas V SD Negeri Pesantren. Materi yang dipelajari adalah tema 6 subtema 2 pembelajaran 2 tentang perpindahan panas di sekitar kita. Pada praktek tersebut, tahap pemetaan kebutuhan belajar menggunakan kesiapan belajar (readiness). Di awal pembelajaran, peserta didik diberikan angket yang berisikan pertanyaan pemantik, yang kemudian hasil dari angket tersebut menjadi dasar dalam penentuan kelompok diantaranya kelompok 1 (kelompok mahir), kelompok 2 (kelompok sedang, dan kelompok 3 (kelompok perlu bimbingan). Ketika diamati, peserta didik yang telah dikelompokkan berdasarkan kesiapan belajarnya dan tingkat kompetensinya, maka terlihat mereka bisa lebih sangat kerjasama dengan kemampuan yang sama. Disisi lain, LKPD dimasing-masing kelompok memiliki perbedaan tingkat levelnya. Hasil dari masing-masing kelompok tersebut akhirnya muncul dan tidak ada yang tertinggal sesuai dengan porsi masing-masing kelompok.

KESIAPAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Oleh: Fajrin Nida Amalia Ragam karakteristik serta profil peserta didik di sekolah berpengaruh dalam pembelajaran yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Kondisi tersebut membawa guru untuk mampu merancang serta melaksanakan pembelajaran seusai dengan kebutuhan peserta didik. Guru tidak dapat menghindari berbagai keragaman tersebut, untuk itulah guru mampu memberikan layanan pembelajaran serta pengalaman belajar yang terbaik bagi peserta didik. Hal tersebut berdasarkan keyakinan bahwa, semua peserta didik dapat berhasil dalam belajar, fairness is not sameness (bersikap adil bukan berarti menyamaratakan peserta didik), setiap peserta didik mempunyai pola belajar yang unik, efektivitas praktik pembelajaran melalui bukti yang berdasarkan pengalaman sebelumnya, guru merupakan kunci dari keberhasilan pengembangan program pembelajaran peserta didik. Pernyataan tersebut menunjukkan adanya learning gap dalam pembelajaran yang berdampak pada potensi capaian belajar peserta didik yang tidak berpotensi terhadap pencapaian yang seharusnya ditunjukkan oleh setiap peserta didik yang bersangkutan. Setiap kegiatan yang dilakukan peserta didik  tidak terlepas dari rasa ingin tahu untuk mempelajari sesuatu. Kegiatan yang sifatnya belum pernah dimengerti maupun diketahui, kegiatan yang dilakukan itulah yang dapat dikatakan sebagai belajar. Dengan demikian, peserta didik mampu merencanakan respons yang dapat terlihat dari sebuah pengalaman yang diterapkan dengan prinsip dan menggunakan strategi khusus atau prinsip umum yang relevan dan tersusun. Hal tersebut, berarti pada setiap individu yang mengalami proses belajar dapat dirumuskan sebagai bentuk salah satu kegiatan psikis-mental untuk berinteraksi dengan lingkungannya, yang dapat menghasilkan perubahan dalam bentuk sikap dan keterampilan maupun pengetahuannya Perbedaan dalam hal belajar inilah yang mempengaruhi setiap peserta didik pada pemahaman awal peserta didik, hal tersebut berkaitan langsung dengan kesiapan belajar (readiness). Kesiapan belajar memberikan pengaruh pada perkembangan peserta didik dalam belajar yang mempengaruhi peserta didik untuk memudahkan peserta didik  agar lebih siap untuk menerima pembelajaran yang dilakukan bersama dengan guru. Kesiapan tersebut mendorong peserta didik untuk dapat menyesuaikan kondisi terhadap kegiatan belajar mengajar selama proses pembelajaran berlangsung. Kesiapan belajar yang baik, peserta didik dapat mengikuti pembelajaran secara aktif dan mudah dalam menyerap pelajaran yang disampaikan selama proses pembelajaran. Jika peserta didik mempunyai kesiapan yang matang, peserta didik tersebut mampu memperoleh kemudahan yang dapat memperluas konten  dalam berkonsentrasi selama proses pembelajaran, bahwa kesiapan belajar merupakan kondisi dimana salah satu yang harus individu miliki, karena proses belajar disertasi dengan adanya kesiapan akan mempermudah peserta didik dalam memahami serta menerima materi yang diberikan oleh pendidik serta dapat mendorong peserta didik dalam memberikan umpan balik yang positif seperti seperti mengajukan pertanyaan oleh guru yang dapat memberi pandangan mengenai keterkaitan dengan materi yang akan di ajarkan. Pembelajaran yang dipergunakan dengan tepat saat ini adalah pembelajaran yang pusatnya pada peserta didik (student centered) yang berfokus pada karakteristikk dan potensi yang dimiliki peserta didik. Strategi pembelajaran yang salah satunya dapat di terapkan yaitu melalui pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi diterapkan dengan alasan karena setiap peserta didik mempunyai masing – masing keunikan. Menurutnya, menjadi seorang guru tidak dapat menyamaratakan setiap peserta didik dalam mencapai kompetensi yang sama. Namun, proses pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal jika seorang guru mampu mengoptimalkan setiap potensi yang ada dalam diri peserta didik. Keragaman tersebut menurutnya, masih menjadi permasalahan yang masih dihadapi oleh guru, sementara pemberian penghargaan atas keragaman penting untuk diberikan di kelas. Keberagaman serta perbedaan kesiapan belajar dari setiap peserta didik dikelas menjadi suatu landasan bagi seorang guru agar dapat menyeimbangkan kebutuhan individu setiap peserta didik dengan mempertimbangkan kebutuhan kurikulum, serta tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk itulah, dalam pembelajaran di kelas seorang guru harus mampu menyesuaikan pembelajaran yang dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan belajarnya, yaitu mengenai kesiapan belajar “readiness” yang dapat dilakukan dengan cara memvariasikan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran berdiferensiasi kesiapan belajar peserta didik di kelas yang berpengaruh pada rencana pelaksanaan pembelajaran berdiferensaisi untuk pemenuhan capaian tujuan pembelajaran, persebaran kemampuan awal peserta didik dipengaruhi oleh kesiapan belajarnya, kesiapan belajar inilah menjadi aspek terpenting yang mempengaruhi kualitas sebuah pembelajaran dan juga hasil akhir belajar peserta didik. Selain itu, dengan mengetahui kesiapan belajar setiap peserta didik dalam suatu kelas, guru dapat memberikan pembelajaran yang bervariatif dan mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik

TANTANGAN KURIKULUM MERDEKA DI ERA ABAD 21

Oleh: Hesty Wahyuningrum Pendidikan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berkembang, khususnya di era abad 21 ini. Perkembangan pendidikan di Indonesia sendiri tidaklah lepas dari perubahan kurikulum yang signifikan, yakni dari kurikulum KBK, KTSP, kurikulum 2013, hingga yang terbaru yaitu Kurikulum Merdeka. Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia dikarenakan dampak dari transformasi globalisasi, ilmu pengetahuan yang semakin maju, serta teknologi yang semakin berkembang dan membudaya. Perubahan kurikulum yang signifikan tersebut dilakukan dengan maksud agar pendidikan di Indonesia setara dan mampu bersaing dengan pendidikan di negara lainnya. Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia yang berfokus pada materi, pengembangan karakter peserta didik, dan kompetensi peserta didik, yang mana pendidikan berpusat pada peserta didik. Kurikulum Merdeka bertujuan untuk mengasah serta mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki peserta didik sejak dini. Selain itu, dalam Kurikulum Merdeka kegiatan belajar mengajar tidaklah lepas dari penggunaan metode maupun media pembelajaran yang bervariasi dan menarik. Dapat diingat bahwa Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang berbasis pada proyek yang menekankan pada pengembangan soft skill dan karakter peserta didik yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila dan berpedoman pada pemikiran Ki Hajar Dewantara. Proses yang dilaksanakan pada Kurikulum Merdeka juga tertata dengan baik serta lebih membebaskan peserta didik dalam berproses selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Selain itu, Kurikulum Merdeka juga menekankan pada materi pengetahuan yang bervariasi juga berinovasi dalam menyampaikan materi atau konten. Kurikulum Merdeka juga menawarkan susunan struktur kurikulum yang lebih sederhana, fleksibel dan pembelajaran lebih difokuskan pada pengetahuan serta pengembangan kemampuan peserta didik. Selain berfokus pada peserta didik, Kurikulum Merdeka juga mengharuskan seorang pendidik bersikap aktif dan kreatif dalam memajukan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Hal ini dilakukan agar peserta didik mampu untuk belajar mandiri, kreatif, dan bernalar kritis dalam setiap kegiatan pembelajaran, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Kurikulum Merdeka juga disusun untuk memerdekakan pendidik dalam hal pengajaran, yang mana pengajaran tersebut menyesuaikan penilaian atau asesmen berdasarkan capaian pembelajaran dan karakteristik peserta didik. Pendidik juga diberikan kebebasan dalam menyediakan sumber bahan ajar maupun media pembelajaran yang kreatif dan inovatif, sehingga dalam penerapannya peserta didik tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, pendidik juga dibebaskan dalam meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Keunggulan lain dalam Kurikulum Merdeka pada era abad 21 ini yaitu tidak hanya mengenalkan teknologi pada peserta didik, namun juga melatih peserta didik dalam menggunakan teknologi yang bermanfaat bagi kegiatan pembelajaran, baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat. Hal ini dikarenakan agar peserta didik jauh dari dampak negatif teknologi dan dapat memanfaatkan waktu yang mereka miliki untuk belajar lebih baik lagi. Dengan adanya Kurikulum Merdeka ini, pendidik diharapkan mampu mencetak peserta didik maupun manusia yang unggul yang memiliki Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila tersebut merupakan hasil dari pemikiran Ki Hajar Dewantara yang berupa beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bertakwa, mandiri, kritis, memiliki kreativitas,gotong royong, dan berkebhinekaan global, sehingga peserta didik mampu bersaing di lingkungan masyarakat yang lebih luas. Selain itu, dengan adanya Kurikulum Merdeka diharapkan dapat mencetak maupun melahirkan generasi yang siap beradaptasi di era abad 21 ini, era perkembangan zaman yang semakin maju, sehingga pendidikan di Indonesia semakin maju dan berkualitas.

PENDIDIKAN YANG BERPIHAK PADA SISWA

Oleh: Octaviani, S.Pd Hakikat pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara merupakan memasukkan kebudayaan ke dalam diri anak dan sebaliknya memasukkan anak ke dalam kebudayaan, dengan harapan agar  anak menjadi makhluk yang insani. Menurut Ki Hadjar Dewantara proses pendidikan diibaratkan sebagai proses bertani. Pengandaian ini selaras dengan kondisi Indonesia yang mayoritas penduduknya saat itu sebagai petani. Kita dapat mengambil kesimpulan, pendidikan harus berjalan sesuai dengan kondisi masyarakatnya, sesuai dengan perkembangan zaman dan disesuaikan untuk menyiapkan siswa dalam kehidupannya di masa yang akan datang. Pendidik, kata Ki Hadjar, seperti petani karena akan merawat bibit dengan cara menyiangi hama di sekitarnya, memberi air, memberi pupuk agar tanamannya subur, dan buahnya melimpah. Ki Hadjar menyampaikan bahwa mendidik anak akan menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, dan merdeka tenaganya. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan Program Merdeka Belajar, salah satunya menyelenggarakan Kurikulum Merdeka. Ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang menitikberatkan kepada keaktifan murid dalam mengembangkan minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan mereka. Kurikulum ini membuka kesempatan inovasi dan kreasi pembelajaran bagi guru, yang berorientasi untuk pengembangan karakter serta budaya Indonesia. Sejak program Kurikulum Merdeka ini diterapkan oleh pemerintah, tidak ada keterpaksaan sekolah, siswa, guru, dan satuan pendidikan untuk langsung menerapkan program Kurikulum Merdeka. Apalagi dampak pandemi Covid-19 sejak 2 Maret 2020 masih sangat dirasakan dan membuat masyarakat Indonesia mengalami perubahan tata kelola kehidupan.  Dalam kondisi pandemi, pemerintah sadar perlu adanya perubahan pada sistem pendidikan dengan melibatkan teknologi dan kurikulum yang fleksibel terhadap perubahan zaman. Agar tidak terjadi perubahan secara mendadak, pemerintah melaksanakan pilot project untuk mengimplementasikan kurikulum alternatif di sekolah-sekolah yang dipilih. Pemerintah lebih dulu memberi pelatihan kepada kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidikan. Kurikulum yang dipraktikkan oleh Sekolah Penggerak ini bernama Kurikulum Merdeka, yang pada dasarnya sudah dicetuskan oleh Ki Hadjar 100 tahun silam. Kurikulum Merdeka Belajar memberikan porsi yang besar dalam proses pembelajaran. Nilai yang diberikan kepada siswa lebih banyak memperhatikan proses siswa dalam menjalankan pembelajaran melalui asesmen diagnostik dan formatif. Satuan pendidikan, guru dan siswa diberikan kebebasan dalam Kurikulum Merdeka Belajar akan menghasilkan inovasi dan kreasi dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan. Sehingga pendidikan menjadi solusi yang bisa menyelesaikan masalah pada siswa maupun masyarakat di lingkungan satuan pendidikan. Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan, guru, dan peserta didik dalam mengembangkan pembelajaran. Peserta didik memiliki kodrat (bakat) alami, guru sebagai pendidik harus merawatnya sesuai dengan kodrat yang dimiliki peserta didik. Inovasi dan kreativitas dalam pembelajaran merupakan penerapan dari pemikiran Ki Hadjar, yaitu Tri-N (Niteni, Nirokke, Nambahi). Niteni menunjuk pada kemampuan untuk secara cermat mengenali dan menangkap makna (sifat, ciri, prosedur, kebenaran), berarti proses pencarian dan penemuan makna suatu objek yang diamati melalui sarana inderawi sesuai dengan proses kognitif yang disebut cipta oleh Ki Hadjar. Cipta adalah daya berpikir, yang bertugas mencari kebenaran sesuatu dengan jalan mengamati dan membanding-bandingkan sesuatu obyek, sehingga dapat mengetahui perbedaan dan persamaannya. Nirokke dan nambahi dapat diterjemahkan sebagai meniru dan mengembangkan/menambah. Ki Hadjar memasukkan dalam ranah “kemauan atau karsa” yang selalu timbul di samping atau seolah-olah sebagai hasil buah pikiran dan perasaan. Perbedaan di antara keduanya terletak pada kadar dan proses kreatifitasnya. Nirokke atau meniru, menurut Ki Hadjar, merupakan kodrat pada masa kanak-kanak. Nambahi atau menambahkan/mengembangkan adalah proses lanjut dari nirokke. Dalam proses ini ada proses kreatif dan inovatif untuk memberi warna baru pada model yang ditiru. Proses nambahi inilah yang diharapkan terjadi dalam diri peserta didik. Dalam hal ini, Ki Hadjar menyatakan bahwa kita tidak meniru belaka, tetapi mengolah. Mengolah dengan memperbaiki, menambah, mengurangi, mengubah, dan mengolah sesuatu obyek yang ditiru. Namun demikian Kurikulum Merdeka yang memerdekakan semuanya terdapat pelaksanaan yang tidak mudah, terutama menumbuhkan kesadaran kepada masing-masing sekolah dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Inilah tantangannya. Keberhasilan pilot project supaya memberikan imbas, sangat memerlukan kesadaran dan kebersamaan rasa kekeluargaan dengan menghilangkan ego sektoral. Sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai pilot project di satu sisi merasa bangga karena telah dipercaya oleh pemerintah. Namun demikian, di sisi lain diperlukan rasa tanggung jawab untuk menularkan keberhasilannya kepada sekoah-sekolah lain. Khusus untuk sekolah swasta, persoalan yang paling klasik adalah ketidakstabilan jumlah siswa yang dikelolanya. Sehingga program Kurikulum Merdeka menjadi terganggu dan terkendala manakala jumlah siswanya tidak stabil. Bahkan di banyak daerah terjadi penurunan sangat besar, salah satunya dampak pandemi yang berkepanjangan. Fokus dari sekolah-sekolah swasta pada umumnya dimulai dari PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru), bagaimana memperoleh murid baru, dan minimal mempertahankan jumlah siswa. Sehingga berbagai kehadiran   kebijakan baru dari pemerintah, termasuk Kurikulum Merdeka senantiasa dikaitkan dengan masalah utama yaitu dampak kepada jumlah siswa yang dikelolanya. Barulah setelah itu, diikuti dengan usaha-usaha lain. Setiap kebijakan baru tentulah memberi dampak kepada situasi dan kondisi yang ada. Sehingga perlu diikuti perubahan kebijakan lain yang dapat meminimalkan dampak dari Kurikulum Merdeka. Diperlukan kebijakan secara komprehensif dari hulu hingga ke hilir, dengan sasaran semua yang berhubungan dengan kesuksesan program Kurikulum Merdeka. Kebijakan yang mempermudah dan memotivasi para guru dalam melaksanakan tugas sehari-harinya, merupakan salah satu yang utama karena guru sebagai ujung tombak di lapangan. Demikian juga ketersediaan sarana dan prasarana sebagai pendukung program Merdeka Belajar tidak kalah penting untuk menjadi kebijakan yang harus diselesaikan sejak awal. Khususnya sekolah swasta yang pada umumnya masih minim dan belum memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

MEDIA JURANG MELODI SEBAGAI STIMULUS PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS I SEKOLAH DASAR

Oleh: Valentia Febriyanti, S.Pd Terjaminnya kualitas pendidikan merupakan tanggungjawab semua pihak, terutama bagi guru yang merupakan ujung tombak pendidikan. Guru sebagai peran utama harus mampu berinteraksi dan memberikan pengaruh positif bagi siswa, khususnya dalam keefektifan kegiatan belajar mengajar (KBM). Pendidikan di Indonesia saat ini telah memasuki masa pasca pandemi Covid-19. Pandemi menuntut siswa untuk hidup di lingkungan dengan keterbatasan ruang gerak dan ruang sosial, sehingga memaksa siswa menjadi makhluk individual. Keadaan seperti ini sangat mengancam hubungan interaksi manusia (siswa) sebagai makhluk sosial. Membangun kembali kebiasaan lama sebelum adanya covid-19 merupakan salah satu tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan setelah lebih dari 1,5 tahun pendidikan di Indonesia “memaksakan” diri dengan kebijakan baru di era pandemi. Negara Indonesia telah melakukan berbagai inovasi pendidikan mulai dari perubahan kurikulum, kegiatan pelatihan peningkatan profesionalisme guru, Buku Sekolah Elektronik, dan lain sebagainya. Namun beberapa inovasi terebut sepertinya tidak cukup dikatakan berhasil. Hal ini dapat terlihat dari rendahnya prestasi Indonesia dalam bidang Matematika di tingkat Internasional. Hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang mengikutsertakan siswa kelas VIII menunjukkan bahwa prestasi Matematika Indonesia di tahun 2011 berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari hasil skor tahun 2007. Prestasi bidang sains, Indonesia menempati peringkat ke-40 dengan skor 406 dari 42 negara. Hasil penilaian tes sains siswa Indonesia ini turun 21 angka dibandingkan TIMSS 2007.  Dari data dan fakta yang ada, menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata berkualitas dan sangat rendah, sehingga perlu adanya perbaikan sistem pendidikan dalam berinovasi sebagai upaya peningkatan kualitas dan mutu pendidikan.  Matematika dianggap rumit oleh anak-anak karena konsep yang diajarkan seringkali terlalu abstrak dan tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Anak akan jauh lebih mudah memahami konsep yang diajarkan melalui contoh yang relevan dengan lingkungan mereka. Selain itu, metode pengajaran yang monoton juga dapat membuat siswa merasa bosan dan kurang tertarik untuk belajar matematika. Oleh sebab itu, tercapainya tujuan pembelajaran matematika dapat dicapai dengan memberikan contoh yang relevan, bermakna, dan mengaitkan konsep materi dengan kehidupan sehari-hari, serta memberikan latihan yang cukup untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengerjakan soal-soal matematika. Dengan demikian, konsep matematika yang dianggap rumit mampu dikuasai oleh siswa jika diajarkan dengan cara yang tepat. Inovasi pembelajaran dengan kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik secara aktif dan menyenangkan sangat diperlukan, salah satunya yaitu dengan pembuatan media pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Media Jurang Melodi merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengangkat kembali situasi pendidikan pasca pandemi. Media Jurang Melodi merupakan media yang menyajikan konsep belajar sambil bermain pada muatan pelajaran Matematika yang diintegrasikan dengan lagu dan gerak tubuh anak. Konsep ini dirancang agar peserta didik dapat bergerak bebas sesuai dengan minatnya masing-masing di tengah keadaan anti sosial pasca pandemi. Media ini dibantu dengan alat berupa alas pijakan dan iringan lagu yang dapat meningkatkan kemampuan berhitung dengan memberikan stimulus dan melatih perkembangan otak kanan dan otak kiri siswa. Implementasi dari media Jurang Melodi ini menekankan pada eksplorasi, eksperimen, dan bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi siswa. Hal ini menunjukkan bahwa konsep matematika yang sangat rumit dapat di kontekstualkan melalui aktivitas keseharian dan permainan yang berhubungan dengan gerak dan lagu. Media ini diwujudkan dalam kegiatan belajar sambil bermain yang dapat mengasah motorik dan kreativitas siswa untuk berinteraksi langsung dalam menyelesaikan soal open ended pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan memberi stimulus berupa gerak dan lagu. Soal open ended adalah soal yang menggunakan pendekatan pembelajaran dengan menyajikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan metode penyelesaian masalah terbuka yang biasa dikenal dengan soal cerita. Siswa kelas I SD yang berpartisipasi dalam permainan media Jurang Melodi jauh lebih cepat memahami konsep pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan bilangan daripada mereka yang tidak terlibat. Menyanyikan lagu-lagu yang relevan dapat membantu siswa kelas I SD untuk belajar ilmu pengetahuan, matematika, dan konsep bahasa serta dapat membantu meningkatkan kemampuan menghafal dengan lebih mudah. Gerak dan lagu yang diberikan pada anak-anak, mampu menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan, dengan memadukan unsur logika dan estetika.

E-PICTURE STORY BOOK BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK KOMPETENSI MENGGALI INFORMASI DONGENG BINATANG

Oleh: Herdiana Ayu Mahardika Pendidikan merupakan hal yang penting bagi proses kehidupan. Melalui pendidikan manusia dapat meningkatkan kualitas sumber daya yang bermutu dan berwawasan luas. Pendidikan di tempuh melalui pendidikan formal, non formal, dan informal. Seperti kutipan dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 sebagai berikut. “Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulai serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Mengacu pada peraturan pemerintah menteri pendidikan Nomor 57 tahun 2014 lampiran 1 bahwa pembelajaran tematik-terpadu diperkaya dengan penempatan muatan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas I,II dan III sebagai penghela mata pelajaran lain yang dilakukan secara utuh melalui penggabungan kompetensi dasar mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial kedalam mata pelajaran bahasa Indonesia sehingga lebih kontekstual dan menarik. Muatan pelajaran bahasa Indonesia dapat dijadikan sebagai cara untuk menumbuhkan keterampilan membaca dan menulis pada siswa. Adapun tujuan khusus pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain agar siswa memiliki kegemaran membaca, meningkatan kepribadian melalui karya sastra, mempertajam kepekaan serta memperluas wawasan kehidupan (Susanto, 2016:245). Pada dasarnya pengajaran bahasa Indonesia bertujuan guna meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Salah satu kompetensi dasar yang berhubungan dengan kemampuan siswa berkomunikasi secara lisan dan tulisan dapat diwujudkan melalui kompetensi menggali informasi dongeng binatang. Kompetensi tersebut idealnya dapat berhasil apabila mempunyai media yang mendukung dan menarik sehingga siswa dapat memahami isi dari dongeng yang disampaikan. Dikarenakan adanya pembelajaran tatap muka terbatas masa wabah pandemi Covid-19 kompetensi menggali informasi dongeng binatang (KD 3.8) di kelas 2 SD tidak berjalan sesuai rencana. Permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu sumber belajar yang sering digunakan saat pembelajaran tatap muka terbatas umumnya menggunakan buku bacaan, buku tematik, dan buku siswa. Hal ini yang membuat siswa merasa bosan, kurang fokus, dan jenuh terhadap pembelajaran yang monoton. Hasil observasi yang dilakukan peneliti juga memperlihatkan siswa merasa kesulitan dalam memahami materi terlebih lagi memahami isi dalam suatu bacaan yang berupa buku bacaan. Sumber belajar yang digunakan tersebut tidak interaktif dan tidak menarik siswa pada usia 7-8 tahun yang berada di awal operasional konkrit. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang dilaksanakan guru seharusnya lebih memfokuskan pada pemberian pengalaman yang nyata dalam rangka mengembangkan kompetensinya, bukan hanya sekedar mendengarkan penjelasan materi dari guru. Permasalahan tersebut bersumber pada kurang bervariasinya penggunaan media pembelajaran, yang hanya mengandalkan media berupa buku bacaan. Menurut Taufiq,dkk (dalam Andriana, 2017:77)  media merupakan sebuah alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran seperti buku, kaset, video, kamera dan komputer. Media pembelajaran memudahkan guru dalam penyampaian materi kepada siswa secara langsung, dengan adanya media pembelajaran siswa akan lebih mudah memahami materi secara lebih dalam. . Media pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut yaitu media yang memanfaatkan teknologi digital. Media pembelajaran digital dapat memudahkan siswa dan guru melakukan proses pembelajaran baik secara daring maupun luring. Siswa juga lebih tertarik dengan media yang interaktif disertai dengan gambar sehingga pembelajaran akan lebih nyata. Diprediksi dengan mengembangkan media pembelajaran berbentuk e-picture story book berbasis kearifan lokal menjadi solusi dari permasalahan. E-picture story book berbasis kearifan lokalmerupakan media elektronik dengan desain buku cerita bergambar dan tergolong media yang cukup baru. Media e-picture story book berbasis kearifan lokal memiliki gambar yang menarik dan berwarna warni sehingga anak akan lebih paham, maka media ini dapat digunakan guru untuk kegiatan mendongeng sehingga lebih menyenangkan. Terdapat penelitian sebelumnya yang akan mendukung penelitian ini. Sari dan Wardani (2021:1976) yang berjudul Pengembangan Buku Cerita Bergambar Digital untuk Meningkatkan Karakter Tanggung Jawab Siswa di Sekolah Dasar membuktikan bahwa media buku cerita bergambar digital sangat layak digunakan dibuktikan dengan hasil uji validasi ahli muatan pendidikan karakter yang memperoleh skor 30 dengan presentasi akhir 93,7% dengan kategori sangat tinggi. Hasil uji validasi bahasa memperoleh skor 62 dengan presentase 91% dengan kategori sangat tinggi. Siswa diharapkan dapat menggunakan serta memanfaatkan media pembelajaran e-picture story book berbasis kearifan lokal sebagai media pembelajaran yang menyengkan dan menarik perhatian siswa. Guru diharapkan dapat menggunakan media pembelajaran pada kompetensi menggali informasi dongeng binatang yang lebih inovatif, variatif, kreatif, dan menyenangkan. Sehingga mampu memudahkan siswa menerima materi pembelajaran dan meningkatkan minat siswa sehingga hasil belajar meningkat. Sekolah diharapkan mampu memberikan fasilitas kepada guru untuk dapat mengikuti kegiatan pelatihan pengembangan media pembelajaran sehingga dapat meningkatkan wawasan dan dapat diterapkan pada kegiatan pembelajaran.

APLIKASI MOBILE LEARNING (SI MOBILE) SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MUATAN PEMBELAJARAN IPA SD

Oleh: Muhammad Imaduddin Pendidikan merupakan unsur yang sangat penting dari indikator kesejahteraan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk memajukan negara. Pendidikan menggali potensi diri dan mengembangkannya sesuai dengan kemampuan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa Pendidikan merupakan upaya terencana dan sadar untuk menciptakan lingkungan dan aktivitas belajar yang memungkinkan peserta didik untuk secara aktif meningkatkan daya spiritual keagamaan, kontrol diri, kepribadian, kecerdasan, kepribadian luhur yang diperlukan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat 1 yang menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah terdapat 10 muatan pelajaran, salah satunya yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pendidikan IPA SD / MI diharapkan dapat menjadi sarana bagi siswa untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA harus mampu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk terlibat aktif secara fisik dan mental selama kegiatan pembelajaran, serta memberikan suasana belajar yang asik, menantang, dan menyenangkan bagi peserta didik dalam belajar IPA. Sudjana (2012:92) menerangkan bahwa, Ilmu pengetahuan alam atau IPA adalah hasil aktivitas manusia berbentuk pengetahuan, gagasan dan konsep yang terstruktur secara logis dan sistematis mengenai alam sekitar, yang didapat melalui pengalaman dalam rangkaian proses ilmiah seperti: pengamatan, penyelidikan, penyusunan hipotesis yang diikuti dengan pengujian gagasan. Listiawati (dalam Widiana, 2016: 149) Muatan pembelajaran IPA SD merupakan bagian dari mata pelajaran dasar yang wajib diajarkan dengan menggunakan benda-benda lain yang mendukung dalam proses pembelajarannya. Menurut Kudisiah (2018: 199) Pembelajaran IPA di SD/MI memiliki tujuan agar siswa: 1) meningkatkan rasa ingin tahu serta suatu tindakan positif pada saint, teknologi, serta warga. 2) Meningkatkan keahlian penyelidikan pada alam sekitar, pemecahan permasalahan serta membuat keputusan, 3) meningkatkan wawasan serta pemahaman terhadap konsep sains yang berguna untuk dipakai pada kehidupan sehari-hari. Permasalahan – permasalahan mengenai pembelajaran IPA masih ditemukan, terdapat beberapa permasalahan pada kegiatan pembelajaran yang sering dijumpai, antara lain penggunaan dan pengembangan media pembelajaran berbasis IT yang kurang optimal. Masih kurangnya media pembelajaran terutama pada muatan pembelajaran IPA, yang seharusnya menggunakan media pembelajaran IPA yang kontekstual namun tidak terpenuhi secara layak. Media pembelajaran yang kurang optimal serta minimnya penggunaan media yaitu masih menggunakan buku guru, buku siswa dan media gambar saja dalam proses pembelajaran serta kurangnya pemanfaatan media yang inovatif dalam membantu kegiatan pembelajaran membuat siswa cepat jenuh dan bosan karena siswa hanya mendengar ceramah dan mengerjakan penugasan dari guru dengan berpusat pada sumber belajar yang ada pada buku siswa maupun lembar kegiatan siswa (LKS). Dengan mengacu terhadap permasalahan muatan pembelajaran IPA tersebut yaitu media yang dipakai guru masih terbatas menyebabkan tidak mendukungnya pembelajaran IPA yang kontekstual. Oleh karena itu perlu adanya media pembelajaran melalui aplikasi mobile learning berbasis android pada muatan pembelajaran IPA SD untuk membantu kegiatan pembelajaran yang menarik dan inovatif agar siswa lebih tertarik dan aktif pada pembelajaran. Menurut Piaget dalam Susanto (2013: 170), anak usia sekolah dasar memiliki kisaran umur antara 7 – 12 tahun yang termasuk tahap operasional konkret, yaitu tahap dimana anak lebih memahami suatu hal dalam bentuk konkret atau nyata. Oleh sebab itu, pengembangan media disesuaikan dengan perkembangan siswa ditahap tersebut. Sejalan dengan perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) pada zaman modern yang begitu pesat menjadi keharusan dalam dunia pendidikan di Indonesia untuk mengintegrasikan unsur teknologi dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Asyhar (2012:8) berpendapat bahwa media pembelajaran ialah suatu yang dapat menyampaikan pesan dari sumber tertentu secara terstruktur sehingga penerimanya dapat melakukan proses pembelajaran yang efektif dan efisien dalam keadaan kondusif. Menurut Arsyad (2014:10) menjelaskan media pembelajaran sebagai suatu hal yang berfungsi dalam penyampaian informasi atau pesan pada proses pembelajaran sebagai stimulus perhatian dan memotivasi siswa untuk belajar. Mobile learning dapat menjadi alat yang efektif untuk belajar atau meningkatkan proses belajar mengajar karena meningkatkan stimulus. Selain itu, dapat dimanfaatkan dimana saja dan kapan saja. Mirip dengan teknologi e-Learning, mobile learning juga dapat dihubungkan dengan banyak media lain seperti audio, video, internet, dan sebagainya (Fozdar, 2014: 4). Hasil penelitian relevan yang laksanakan oleh Bakhtiar (2018) disebutkan bahwa penggunaan multimedia interaktif memberikan dampak positif berupa hasil belajar meningkat, dan tingginya motivasi dalam proses belajar mengajar karena lebih mengasyikkan, siswa juga lebih aktif pada pembelajaran, hal tersebut menunjukkan jika pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) sudah tercapai. Hal ini sesuai dengan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 bahwa suatu kegiatan belajar guna mencapai Kompetensi Dasar yang disusun secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa guna berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian bergantung pada bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Aplikasi multimedia mobile learning (Si Mobile) berbasis android dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran sebagai variasi dan inovasi baru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. Penerapan aplikasi multimedia mobile learning (Si Mobile) berbasis android dalam pembelajaran tidak lepas dari guru yang menyusun setiap langkah pembelajaran menggunakan aplikasi multimedia mobile learning (Si Mobile) berbasis android. Penguasaan pedagogik yang baik oleh guru akan mengoptimalkan penerapan multimedia mobile learning berbasis aplikasi android dalam aktivitas pembelajaran. Aplikasi multimedia mobile learning (Si Mobile) berbasis android dilengkapi dengan gambar yang menarik dan meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa dengan tetap berpedoman penguasaan pedagogik. Maka dari itu, untuk memperoleh kualitas pembelajaran yang baik, guru harus merencanakan kegiatan pembelajaran dengan matang. Inovasi media yang dikembangkan sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga pembelajaran memakai aplikasi multimedia mobile learning (Si Mobile) berbasis android efektif untuk diterapkan.

PERAN GURU DI ERA GLOBALISASI

Oleh: Zunika Agung Rahayu Dunia Pendidikan di Indonesia mulai mengkaji kembali sistem pendidikan yang digunakan selama ini. Dari segi tepat sasaran maupun kemanfaatan jangka panjang. Peran tersebut tidak akan pernah lepas dari peran pemerintah, pelaksana kurikulum, bahkan sampai masyarakat juga turut membantu suksesnya pendidikan di Indonesia. Dewasa ini sering kita dengar ganti menteri ganti kurikulum perubahan kurikulum ini dilaksanakan sebagai salah satu tujuan penyempurnaan kurikulum di mana perannya disesuaikan dengan kebutuhan zaman di tengah era digitalisasi. Baru-baru ini dunia pendidikan di Indonesia mulai menjalankan kurikulum merdeka yang awalnya digunakan sebagai kurikulum darurat di tengah pandemi covid-19. Berkembangnya kebutuhan dari peserta didik menghadapi kebutuhan zaman kodratnya disesuaikan dengan kodrat alam (mengantarkan manusia secara merdeka baik merdeka dengan lahir dan batin) dan kodrat zaman (bahwa pendidikan ini mengantarkan untuk menghadapi tantangan kebutuhan zaman). Bahkan dampaknya sangat terasa sampai pada dunia pendidikan. Mengingat hal tersebut bagaimana peran guru sebagai ujung tombak pendidikan saat ini yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik? Peran guru di era digitalisasi seperti saat ini yang menjadi dasar penting adalah literasi yang harusnya diajarkan sejak dini. Pendidikan formal di mulai dari sekolah dasar tempat untuk menanamkan pembiasaan dan karakter. Peranan di era digitalisasi ini maka hal tersebut tidak akan lepas dari literasi. Literasi ini memuat membaca, menulis, mendengar, menyimak, bahkan bercerita. Literasi dasar ini yang menjadi acuan untuk mengenal dan memahami dunia IPTEK. Ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini memang manjadi hal yang lumrah untuk semua kalangan bahkan menjadi hal yang tabu jika tidak memahami perkembangan teknologi. Jika dikaitkan digitalisasi dengan pembelajaran sangat kompleks dari hal sederhana menyajikan materi pembelajaran youtube, e-library atau membuat blog bagi peserta didik. Pendidikan di era digitalisasi seperti saat ini harus bisa mengintegrasikan teknologi dan komunikasi terhadap disiplin ilmu di sekolah. Salah satu contoh yang bisa diterapkan adalah dengan penggunakan blog. Blog adalah layanan dari aplikasi internet yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan peserta didik sebagai sumber belajar alternatif yang dianggap menyenangkan karena dalam pengaplikasiannya dapat ditambahkan beberapa media (gambar, efek suara bahkan video). Manfaat dari blog peserta didik dan guru dapat mengaktualisasikan diri lewat tulisan. Bisa menulis bahkan membaca informasi yang dicari dengan mudah. Harapan pada era digital dengan pemanfaatan blog untuk pembelajaran di sekolah bahwa blog dijadikan sebagai wadah antara guru dan peserta didik, mampu meningkatkan minat baca serta tulis bagi peserta didik, mudah diakses kapan dan di manapun, memudahkan pembelajaran jarak jauh. Dari segi lain juga hal ini sabagai sarana untuk berkomunikasi dengan berbagai wilayah untuk mengetahui informasi, selain itu tujuan dari pembiasaan menulis dari blog juga bisa membantu peserta didik untuk menyalurkan bakat menulis baik baik bentuk tulisan fiksi maupun non fiksi sebagai bentuk kemandirian peserta didik untuk bekecimpung di dunia tulis secara digital. Jika dikaitkan dengan pembelajaran melalui blog maka hal ini juga bisa melatih peserta didik menuliskan jurnal harian dalam proses pembelajaran yang mereka dapatkan sebagai jurnal yang menunjukkan pemahaman yang lebih baik dan juga sebagai seorang guru juga bisa menjadikan bahan untuk observasi karakteristik peserta didik melalui gaya bahasa dalam penulisan blog. Hal ini juga bisa menjadikan bahan referensi jejak digital peserta didik di era globalisasi seperti saat ini. Catatan jurnal yang dimaksudkan ini dapat menangkap serta merekam, pribadi dari peerta didik dengan pemikiran-pemikiran, melebihi kesan yang dirasakan sepeti halnya dalam suatu fotograf serta dapat memberikan keterangan atau informasi terperinci yaitu sejenis informasi yang justru tidak dapat diberikan bahkan dielakkan oleh kamera, alat perekam atau oleh alat lain. Mengkritisi dari blog untuk pembelajaran siswa yang perlu diperhatikan untuk selain untuk meningkatkan literasi menulis juga bisa meningkatkan dalam hal literasi membaca. Menurut Soedarso (2005) menyebutlan bahwa membaca adalah aktifitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Meliputi: penggunaan pengertian dan khuyalan, mengamati serta mengingat-ingat. Dapat diingat Kembali bahwa tujuan dari membaca diantaranya adalah untuk memperoleh informasi, pemahaman, kesenangan, memperoleh ilmu pengetahuan serta nengoreksi (mempertanyakan Kembali fakta bacaan). Jadi peran guru dalam era digitalisasi pada proses pembelajaran melalui blog tidak bisa dipisahkan dengan literasi yang yang penting untuk kemajuan literasi dan juga sebagai salah satu Gerakan Literasi Indonesia,  Dalam peranan blog tersebut juga dapat ditambahkan pendidikan karakter terkait bagaimana cara mengakses dan menggunakan blog yang baik dan benar. Adanya IPTEK dalam dunia Pendidikan pasti ada dampak yang sangat terasa bagi pengguna sendiri. Dampak positif peserta didik akan lebih mudah mencari informasi yang diinginkan serta peserta didik lebih melek teknologi. Namun dampak negatif ada blog ini adalah semakin marak budaya copy paste, peserta didik akan enggan mencari informasi dari sumber lain seperti buku karena informasi mudah didapat dari blog.