Jowonews

Waspadai Banjir Lahar Merapi

MAGELANG, Jowonews- Masyarakat di kawasan aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Merapi diimbau untuk mewaspadai banjir lahar di musim hujan ini. “Rekomendasi kami, di hulu-hulu sungai Merapi itu tidak aman karena sewaktu-waktu lahar itu akan turun karena sekarang musim hujan,” kata kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida. di Magelang, Selasa (2/2). Ia menyampaikan hal tersebut saat mengunjungi Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang bersama Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan. Menurut dia, banjir lahar selain material yang baru juga ada material lama yang terbawa. Banjir lahar berpotensi di semua alur sungai yang berhulu di Merapi. Ia menyebutkan material yang dikeluarkan saat erupsi pada 27 Januari 2021 sekitar 82.000 meter kubik. “Memang material yang dilepas kecil, namun walaupun kecil harus terus diwaspadai, karena volume kubahnya masih tumbuh. Apalagi kalau lahar selain material yang baru juga ada material lama yang terbawa,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan menuturkan berdasarkan informasi dari BMKG curah hujan tinggi terjadi pada Januari dan Februari 2021 Berkaitan dengan banjir lahar seperti yang disampaikan Kepala BPPTKG, katanya materialnya tidak harus material yang baru. Jadi material lama juga bisa menjadi penyebab terjadinya banjir lahar karena curah hujan yang tinggi di bagian hulu. “Hal ini yang memang harus diwaspadai oleh masyarakat yang tinggal di daerah sungai dan juga mereka yang melakukan aktivitas di sana, seperti wisata, penambangan, pencarian kayu, dan sebagainya,” katanya. Menurut dia, mereka harus berhati-hati saat ini, karena hujan bisa terjadi setiap saat walaupun informasinya sudah diperoleh dari BMKG. “Sebenarnya sudah sejak 2010 kami dengan BPPTKG memasang alat peringatan dini (EWS) di beberapa titik, dengan informasi itu diharapkan memang nantinya yang ada di bagian tengah yaitu Kota Yogyakarta juga harus waspada, khususnya sungai-sungai yang masuk kota tersebut kanan kirinya berpenduduk padat, itu yang selalu diinformasikan,” katanya. Ia menyampaikan hal ini bagian dari sistem peringatan dini. Jadi sistem peringatan dini yang dibangun mulai dari pantauan kemudian dari pantauan itu BPPTKG nanti akan mengolah menjadi informasi dan informasi itulah yang kemudian disampaikan kepada pemerintah daerah dan masyarakat. “Masyarakat sudah mengetahui apa yang mereka harus lakukan, kalau ada informasi itu mereka pergi ke tempat yang sudah direncanakan ke tempat evakuasi,” katanya.

Impor Jateng Turun 30,62 % di Tahun 2020

SEMARANG, Jowonews- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat penurunan nilai impor dari berbagai negara dengan tujuan provinsi sebesar 30,62 persen di sepanjang 2020 di banding tahun sebelumnya. Kepala BPS Jawa Tengah Sentot Bangun Widoyono dalam siaran pers di Semarang, Selasa (2/2), mengatakan, total nilai impor Jawa Tengah selama periode Januari hingga Desember 2020 mencapai 8.719 juta dolar AS Jumlah tersebut lebih rendah di banding tahun sebelumnya yang mencapai 12.567 juta dolar AS. Penurunan, kata dia, juga terjadi pada nilai ekspor Jawa Tengah ke berbagai negara tujuan pada 2020 yang mencapai 4,79 persen. Nilai ekspor Jawa Tengah pada 2020 mencapai 8.093 juta dolar AS, turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 8.516 juta dolar. “Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan utama ekspor Jawa Tengah dengan nilai ekspor non migas mencapai 2.668 juta dolar AS,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Sementara Tiongkok menjadi negara pemasok utama komoditas impor Jawa Tengah dengan total nilai impor komoditas non migas mencapai 3.063.juta dolar AS. Adapun neraca perdagangan Jawa Tengah pada 2020, lanjut dia, mengalami defisit sebesar 627 juta dolar AS.

Kubah Lava Merapi Masih Tumbuh

MAGELANG, Jowonews-– Pertumbuhan kubah lava Gunung Merapi saat ini masih terjadi setelah kejadian awan panas pada 27 Januari 2021, tetapi pertumbuhannya relatif kecil. Hal tersebut disampaikan Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, di Magelang, Selasa (2/2). “Pertumbuhan kubah lava kemarin sekitar 5.000 meter kubik per hari. Ini di bawah rata-rata Merapi, karena rata-rata Merapi 20.000 meter kubik per hari,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Ia menyampaikan hal tersebut saat mengunjungi Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang bersama Deputi Bidang Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan. Menurut Hanik, lava pijar masih terjadi. Namun potensi bahayanya kecil ke arah selatan dan barat daya. Yakni Kali Boyong, Krasak, Putih, dan Bebeng dengan jarak potensi 5 kilometer. “Status aktivitas Merapi pun juga belum berubah, yakni Siaga karena ancaman terhadap penduduk juga belum ada. Kalau menentukan status normal, waspada, siaga, dan awas itu berdasarkan potensi ancamannya terhadap penduduk seperti apa, ini yang kami gunakan sebagai patokan untuk menaikkan status,” katanya. Ia menyampaikan ancaman letusan eksplosif sudah menurun, karena Merapi sudah kembali pada erupsi normalnya, yakni tumbuh kubah lava kemudian ada lava pijar, dan ada awan panas. “Namun demikian, karena potensi itu masih ada walaupun kecil sehingga yang di radius 3 kilometer untuk tidak melakukan aktivitas,” katanya. Hanik menuturkan untuk deformasi Merapi saat ini hampir tidak ada, sehari sekarang antara 1-2 milimeter.*

Akhir Pekan Ini, Gerakan Jateng di Rumah Saja

SEMARANG, Jowonews- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan bahwa Gerakan Jateng di Rumah Saja akan dilaksanakan pada akhir pekan ini sebagai upaya mengurangi angka kasus Covid-19. “Hasil rapat dengan para sekda…, dan Alhamdulillah sebagian besar setuju, kira-kira kita siap di tanggal 6-7 Februari 2021 untuk melakukan gerakan di rumah saja secara bersama-sama,” katanya di Semarang, Selasa (2/2). Ganjar mengungkapkan saat ini dirinya sedang menyiapkan surat edaran untuk daerah-daerah terkait pelaksanaan Gerakan Jateng di Rumah Saja. Dalam surat edaran juga disiapkan imbauan pada tempat-tempat keramaian untuk tutup pada 6-7 Februari 2021. Pada waktu tersebut bisa dimanfaatkan untuk bersih-bersih sekaligus penyemprotan desinfektan. “Hanya dua hari saja tempat-tempat keramaian pariwisata, toko, dan pasar kita istirahat dulu. Nah nanti pasar-pasar kesempatan kita semprot semuanya biar sekalian bersih, tempat pariwisata juga ditutup dulu,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Ganjar berharap pelaksanaan Gerakan Jateng di Rumah Saja dapat memunculkan kesadaran pada masyarakat sebab pelaksanaannya tidak akan efektif tanpa partisipasi masyarakat. “Sehingga kita harapkan masyarakat dua hari tidak tumpah ruah di jalan, semua ada di rumah dan kita minta partisipasi ini dilaksanakan oleh seluruh masyarakat. Ini sudah disiapkan surat edarannya nantinya agar per hari ini nanti bisa berjalan dengan baik,” katanya. Ganjar menjelaskan kebijakan ini merupakan respon dari daerah setelah Presiden Joko Widodo dalam keterangan persnya beberapa waktu lalu menyebut pelaksanaan PPKM gagal. “Dan cara itulah yang kira-kira menurut saya penting untuk menterjemahkan apa yang diinginkan oleh pemerintah,” ujarnya. Menurut dia, penilaian Presiden Jokowi bahwa PPKM gagal itu artinya semua yang di daerah harus mencari cara-cara ekstra untuk berupaya menekan pertumbuhan kasus Covid-19. Oleh karena itu, lanjut Ganjar, dirinya menggagas kebijakan Gerakan Jateng di Rumah Saja dengan harapan memberi pemahaman pada masyarakat tentang kedisiplinan yang akan berdampak baik pada penurunan kasus Covid-19. “Nah kita mau uji coba, coba ke masyarakat ini Covid-nya masih tinggi lho ya, korban sudah banyak lho ya, rumah sakit makin penuh lho ya, nah dengan kondisi seperti ini ayo kita bareng-bareng berpartisipasi kita latihan dua hari saja, tanggal 6-7 Februari 2021 kita di rumah. Nah kalau itu bisa dilaksanakan eh siapa tahu Jawa Tengah bisa jadi contoh,” katanya.

Menaklukkan Valley of Death

Oleh: Hari Tjahjono, Mentor bisnis dan teknologi Dalam dunia start up, ada istilah yang sangat terkenal dan ditakuti. Yaitu Valley of Death. Lembah kematian. Disebut lembah kematian karena begitu sulitnya melewati fase yang menakutkan ini. Ialah fase dimana cash flow perusahaan sudah sangat menipis, tetapi produk/service yang diluncurkan belum benar-benar menghasilkan revenue dari real customer. Sekali lagi, real customer. Banyak sekali start up yang gagal melewati fase ini, walaupun mereka memiliki ide bisnis yang sangat bagus. Mereka gagal mendapatkan customer pada saat yang genting. Karena mereka juga gagal mendapatkan investor, akhirnya mereka gulung tikar. Itulah mengapa success rate sebuah start up itu sangat kecil. Dunia inovasi di lembaga penelitian atau perguruan tinggi juga menghadapi tantangan yang sama. Setelah berhasil membuat prototipe, mereka mulai kesulitan membawa produknya ke pasar. Sebelum dibawa ke pasar, prototipe tersebut mesti diproduksi menjadi produk yang handal ketika dipakai pengguna. Artinya, prototipe yang sudah lulus uji fungsi, mesti diuji keandalannya. Apakah dengan beban penggunaan yang tinggi parameter output masih konsisten? Di titik ini pun banyak produk inovasi yang gagal. Produk skala laboratorium atau workshop itu gagal melewati uji keandalan karena para peneliti biasanya tidak familiar dengan teknologi produksi. Akibatnya, banyak sekali produk penelitian yang juga gagal melewati Valley of Death ketika melakukan hilirisasi produknya. Bagaimana dengan Vent-I, ventilator portable Indonesia? Lagi-lagi pandemi Covid-19 membuat perbedaan. Berkat pandemi, dorongan untuk berkolaborasi tiba-tiba meningkat drastis. Begitu mendengar sekelompok peneliti sedang mengembangkan Vent-I, banyak pihak dari berbagai latar belakang yang tergerak membantu. Rombongan dokter dari UNPAD spontan membantu dari sisi medis. Rombongan dosen dan mahasiswa dari ITB bergerak membantu dari sisi engineering. Rombongan alumni dengan latar belakang teknik produksi juga membagikan ilmunya. Begitu pula rombongan alumni dengan latar belakang bisnis. In short, dalam waktu sangat singkat pengalaman puluhan tahun dari berbagai bidang itu melebur menjadi satu, mendukung pengembangan Vent-I. Sehingga dalam waktu sangat singkat, Vent-I dapat diproduksi dan didistribusikan ke end user. Hilirisasi produk tiba-tiba mewujud dalam waktu sangat singkat. Sebuah pencapaian yang luar biasa. Apakah masalah telah selesai? Apakah Vent-I telah berhasil melewati Valley of Death? Tentu saja belum. Real revenue dari real customers belum didapatkan. Seribu produk yang didistribusikan ke end customer itu didanai oleh donatur, bukan oleh real customer. Beruntung ITB memiliki PT Rekacipta Inovasi ITB (RII). RII lah yang bertugas melakukan komersialisasi Vent-I, yang berjuang menaklukkan Valley of Death tersebut. Banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan untuk menghasilkan real revenue dari real customers. Yang pertama tentu saja masalah perizinan. Sebagai produk kesehatan, Vent-I membutuhkan banyak perizinan. Ada izin produksi, izin distribusi, dan izin edar. Sebuah proses yang ternyata tidak sederhana, walaupun sudah banyak relaksasi akibat pandemi. Masalah paten dengan segala kerumitannya pun ditangani RII. Dan sebelum mendapatkan partner produksi dan distribusi, product support dan customer service juga menjadi wilayah yang harus ditangani. Kebayang kan, kerumitan dan kerepotan yang dihadapi RII supaya bisa melewati Valley of Death. Karena tidak mungkin terus-terusan bekerja dengan mode pemadam kebakaran, RII pun mencari partner strategis supaya aman melewati Valley of Death. Belasan partner untuk produksi dan distribusi didekati satu per satu. Ratusan man-hour dihabiskan untuk menjajagi kerjasama untuk setiap calon partner tersebut. Masing-masing dengan kompleksitas masalahnya sendiri-sendiri. Secara total, sudah ribuan man-hour dihabiskan untuk mencari partner yang tepat. Setelah melewati proses yang sangat panjang dan melelahkan, akhirnya dipilih beberapa partner strategis terbaik. Tidak main-main, salah satunya adalah perusahaan multinasional yang sudah lama bergelut di industri alat-alat kesehatan, dengan jaringan luas tidak hanya di Indonesia tetapi juga dunia. Partner itu bernama PT PHC Indonesia yang dahulu kita kenal dengan Panasonic Health Care Indonesia. Apakah dengan demikian Valley of Death telah ditaklukkan? Memang belum, tapi saya bisa mengatakan Valley of Death itu sudah hampir ditaklukkan. Dengan diproduksi dan didistribusikan oleh jaringan PHC Indonesia dan Gobel Dharma Nusantara, kepercayaan end customer ke produk Vent-I Insya Allah akan meningkat pesat. Dan itu modal yang sangat bagus untuk mendapatkan real revenue dari real customer. Selain project Vent-I, saat ini RII juga melakukan hilirisasi produk Katalis Merah Putih, yang merupakan hasil riset Prof Bagjo dan tim. Pabriknya dibangun bermitra dengan Pupuk Kujang dan Pertamina. Produk-produk lain yang sedang dilakukan hilirisasi juga antara lain ventilator Airgency, Anti petir i-GSW, Heatrax (IoT pengukur suhu dan masker pengunjung, dengan self capture camera+display ), HFNC, Dental Aerosol Suction dan VTM (Viral Transport Media untuk swab test). Selamat untuk RII, semoga pengalamanmu berjuang menaklukkan Valley of Death untuk produk Vent-I menjadi modal sangat berharga untuk menaklukkan Valley of Death untuk produk-produk berikutnya. Semoga.

Wali Kota Semarang Perintahkan Perbaikan Langsung Jalan Rusak

SEMARANG, Jowonews- Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi memerintahkan jajaran di bawahnya untuk melakukan penyisiran ruas-ruas jalan di Ibu Kota Jawa Tengah ini yang rusak akibat curah hujan tinggi dan langsung melakukan perbaikan. “Saya minta fokus menyisir jalan-jalan di Kota Semarang dan langsung diperbaiki jika ditemukan lubang,” kata wali kota yang akrab disapa Hendi itu di Semarang, Senin (1/2). Menurut dia, terdapat 10 tim dari Dinas Pekerjaan Umum yang disebar tiap hari untuk menyisir jalanan di Kota Semarang. Hendi bertekad memberdayakan seluruh sumber daya yang ada untuk menuntaskan persoalan jalan berlubang di ibu kota provinsi ini. “Infrastruktur yang prima menunjang masyarakat dalam berkegiatan,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang Sih Rianung menambahkan bahwa fokus pembangunan infrastruktur jalan tidak hanya pada masalah jalan berlubang. Menurut dia, Dinas Pekerjaan Umum juga menyiapkan pembetonan sejumlah ruas jalan yang akan dilaksanakan pada tahun ini.

Awal Februari, Jateng Diguyur Hujan Lebat

SEMARANG, Jowonews- Sejumlah wilayah di Jawa Tengah diperkirakan masih akan diguyur hujan lebat pada awal Februari 2021. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Ahmad Yani Semarang Sutikno di Semarang, Senin (1/2), mengatakan analisis kondisi dinamika atmosfer menunjukkan adanya pusat tekanan rendah di selatan Indonesia yang menunjukkan belokan angin serta pertemuan dan perlambatan angin di wilayah Jawa Tengah. “Didukung massa udara yang labil dan kelembapan udara yang cukup tinggi dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Sutikno memprakirakan hingga beberapa hari ke depan sejumlah wilayah akan dilanda cuaca ekstrem dengan hujan berintensitas lebat disertai petir dan angin kencang. Beberapa daerah di Jateng yang akan dilanda cuaca buruk tersebut, antara lain Kabupaten Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Grobogan, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, serta Blora. Selain itu, Kota Surakarta dan Kota Tegal. Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat mewaspadai terjadinya cuaca ekstrem seperti langkisau. Selain itu, masyarakat diimbau mewaspadai dampak dari cuaca buruk tersebut, seperti banjir dan tanah longsor.

Diteliti, Sel Punca untuk Terapi Pasien Covid-19

SOLO, Jowonews- RSUD dr Moewardi Surakarta mulai meneliti sel punca atau “stem cell” sebagai bagian dari terapi perkembangan, pertumbuhan, dan perbaikan sel atau jaringan pada tubuh pasien Covid-19. “Sel punca adalah sel yang belum terdiferensiasi sehingga memiliki kemampuan untuk berkembang biak dan berdiferensiasi menjadi sel-sel lain yang lebih spesifik pada tubuh manusia,” kata Direktur RSUD dr Moewardi Cahyono Hadi di Solo, Senin (1/2). Ia mengatakan sel punca mampu memperbaharui diri dengan membelah, kemudian berdiferensiasi menjadi sel-sel, jaringan, dan organ tubuh yang lebih spesifik. Selain itu, dikatakannya, sel punca juga memiliki efek parakrin, yaitu mengeluarkan cairan yang berisi “growth factor” dan beberapa kemokin serta exosome yang di antaranya berfungsi sebagai antiinflamasi, antifibrosis, dan imunomudulator. “Dengan sifatnya sebagai antiperadangan dan ‘immunomodulatori’ diharapkan mampu mencegah badai sitokin pada Covid-19 sehingga akan menghambat perburukan dan kematian dari pasien ini serta lama rawat inap menjadi lebih singkat,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Ia mengatakan untuk sel punca sendiri dapat berasal dari sumsum tulang, lemak, tali pusat, plasenta atau jaringan lain. Namun, di antara ini, sel punca yang berasal dari tali pusat menjadi pilihan untuk pengobatan pasien yang terinfeksi Covid-19. Beberapa alasan penggunaan tali pusat salah satunya karena tali pusat merupakan salah satu sumber terkaya sel punca. “Tali pusat memiliki konsentrasi sel punca yang tinggi. Selain itu, sumber sel punca yang luas, sel punca dari tali pusat memiliki waktu penggandaan yang cepat, dapat diperluas secara efisien di laboratorium, dan dapat diekstraksi secara noninvasif,” katanya. Ia mengatakan penelitian juga dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan pemberian intravena alogenik sel punca mesenkimal normoksia dari satu donor tali pusat (ASPMN-TP) sebagai terapi adjuvan pada pasien Covid-19 derajat berat, dengan jumlah sampel 42 pasien yang dibagi dalam 3 pusat. “Produk ASPMN-TP yang digunakan berasal dari PT Bifarma Adiluhung yang sudah memiliki sertifikasi cara pembuatan obat yang baik (CPOB) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),” katanya. Sementara itu, dikatakannya, penelitian tersebut merupakan suatu penelitian “multicenter randomized controlled, open label trial” yang dilakukan di tiga rumah sakit, yaitu RSUD dr Moewardi, RSUP dr Sardjito Yogyakarta, dan RSUP dr Hasan Sadikin Bandung. Pihaknya memperkirakan penelitian akan berlangsung selama satu tahun dari saat awal pengerahan subjek sampai dengan akhir masa “follow-up”.