7 Pertanyaan Seputar Teknik Hidroponik (Bagian 2)
Hai CitiGrow
Ingin mulai menanam dengan hidroponik tapi belum paham teknik apa yang bisa dipakai?
Nah, pelajari dulu macam-macam tekniknya. Teknik hidroponik itu sendiri sangat beragam.
Dari yang sangat sederhana dan murah hingga super canggih dan membutuhkan modal tidak sedikit.
Berikut redaksi pilihkan tujuh pertanyaan yang paling sering muncul mengenai teknik hidroponik.Yuk, kita simak sampai habis ya.
Happy gardening !
Teknik Hidroponik
1. Apa saja teknik yang digunakan dalam metode hidroponik ?
Berikut beberapa macam teknik populer yang sering digunakan dalam hidroponik.
Sistem Sumbu (Wick System)
Ini sistem yang paling sederhana. Sistem ini memanfaatkan sumbu dan daya kapilaritas air agar air yang mengandung nutrisi naik melalui sumbu serta mengenai akar.
Larutan nutrisi ditempatkan pada wadah berupa bak plastik atau botol plastik. Sistem ini paling cocok untuk skala hobi apalagi newbie.
Rakit Apung (Water Culture System)
Pada sistem ini akar tanaman terendam larutan nutrisi karena netpot berisi tanaman diapungkan dengan styrofoam di atas larutan nutrisi. Sistem ini cocok untuk skala hobi atau usaha.
Pasang Surut Air atau EBB & Flow (Flood and Drain)
Sistem ini bekerja seperti pasang surut air laut. Nutrisi menggenangi perakaran selama beberapa saat kemudian surut ke bak penampungan. Lalu nutrisi dinaikan kembali ke perakaran secara berkala dan terus menerus.
Aliran nutrisi dari bak penampung ke bak tanam menggunakan tenaga pompa air atau pompa akuarium dan timer. Sistem ini cocok untuk skala hobi dan usaha.
Sistem Tetes (Drip Irrigation)
Sistem ini bekerja dengan cara meneteskan nutrisi secara berkala sehingga dapat diserap oleh akar tanaman. Aliran nutrisi diatur oleh timer dengan pemberian nutrisi 3-6 kali per hari sesuai jenis tanaman.
Jangan lupa untuk menyediakan wadah penampung nutrisi agar tidak ada larutan nutrisi yang terbuang. Sistem ini cocok untuk skala hobi atau usaha.
Nutrient Film Technique (NFT)
Sistem ini bekerja dengan cara mengalirkan nutrisi ke akar tanaman berupa aliran yang tipis seperti lembaran negatif film dengan ketebalan 2-3 mm secara terus menerus. Sistem ini dibuat dengan kemiringan 4-5% sehingga aliran air yang tipis dapat terjadi.
Selain itu ada pula Sistem Deep Flow Technique (DFT) yang merupakan modifikasi dari sistem dasar NFT. Pada DFT aliran air lebih tebal 3-4 cm. Sistem ini cocok diaplikasikan pada skala hobi atau usaha.
Aeroponik
Yaitu sistem hidroponik yang cukup canggih sekaligus rumit dipraktikkan. Umumnya diaplikasikan pada hidroponik skala industri.
Cara bekerjanya adalah dengan menyemprotkan nutrisi ke akar tanaman dalam bentuk molekul air yang sangat kecil. Sehingga nutrisi tersebut mudah menempel dan diserap oleh akar tanaman yang posisinya menggantung di udara.
2. Jenis tanaman apa yang sesuai untuk masing-masing sistem hidroponik ?
Hampir semua sistem hidroponik lebih cocok untuk menanam aneka jenis tanaman sayuran daun (bayam, selada, kangkung, seledri, sawi, dan lain-lain).
Sedangkan khusus sistem tetes lebih cocok digunakan untuk jenis-jenis tanaman sayuran buah (tomat, terong, cabai, paprika).
3. Berapakah ukuran pipa, talang, dan pipa penyangga yang cocok digunakan untuk membuat sistem NFT dan DFT ?
Tidak ada ukuran standar pipa yang digunakan pada sistem hidroponik. Ukuran ini bisa disesuaikan kebutuhan.
Namun pada umumnya digunakan pipa ukuran 2,5 inchi untuk sistem NFT dan 3 inchi untuk sistem DFT dengan penyangga pipa 1 inchi
4. Berapa jarak lubang tanaman yang ideal dalam hidroponik ?
Tanaman dan sayuran yang daunnya tidak melebar seperti kangkung dan bayam, jarak tanam idealnya adalah 8-13 cm. Sedangkan untuk tanaman yang daunnya melebar seperti sawi dan selada, jarak tanam idealnya adalah 20-25 cm.
Tanaman yang akan tumbuh besar seperti tomat, timun, semangka, jarak tanamnya bisa lebih lebar lagi. Atau bisa juga ditumbuhkan dengan pot besar yang terpisah satu sama lain.
Selanjutnya
5. Apa saja jenis substrat tanam dan substrat semai hidroponik?