Motif Batik Solo – Batik merupakan Warisan Budaya Takbenda atau Intangible Cultural Heritage (ICH) yang mendapat pengakuan dari UNESCO pada tahun 2009 lalu. Batik adalah salah satu budaya Indonesia yang telah dikenal sejak masa lalu. Bahkan, budaya membatik dipercaya telah ada di Indonesia sebelum abad ke-10.
Keyakinan tersebut berdasar pada temua artefak kuno seperti patung atau pun relief candi yang menampilkan sosok yang mengenakan pakaian dengan ornamen batik.
Surakarta atau Solo merupakan salah satu daerah di Indonesia yang terkenal denga kerajinan batiknya. Salah satu karakteristik Batik Solo adalah warnanya yang elegan, kehalusan, kerumitan motifnya.
Penggunaan warna sogan yang memiliki kecenderungan warna gelap merupakan ciri khas utama batik Solo. Warna ini merupakan kombinasi warna cokelat tua, cokelat muda, cokelat kehitaman, cokelat kekuningan hingga cokelat kemerahan.
Berdasar dari salah satu sumber sejarah, Batik Solo telah berkembang sejak era Kerajaan Pajang sekitar tahun 1568. Primus Supriono melalu bukunya Ensiklopedia The Heritage of Batik, batik diperkenalkan kepada masyarakat di Desa Laweyan oleh seorang tokoh bernama Ki Ageng Henis.
Tradisi membatik ini kemudian berlanjut pada era Kerajaan Mataram Islam yang kemudian pecah menjadi Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta atau Solo.
Adapun daerah Laweyan hingga kini masih menjadi salah satu penghasil batik terbesar di kota tersebut. Adapun Batik Solo banyak disukai oleh masyarakat karena warnanya yang dianggap elegan. Pengaruh keraton membuat Batik Solo dikenal memiliki motif yang indah dan halus.
Berikut ini beberapa Motif Batik Solo yang umum digunakan
Motif Kawung
Motif Kawung adalah salah satu ragam motif geometris. Pada mulanya, motif ini berkembang di dalam tembok keraton.
Motif Kawung memiliki pola bulatan seperti buah kawung atau kolang kaling yang ditata secara geometris. Ada pula yang mengatakan motif kawung ini menyerupai bunga teratai dengan empat daun.
Makna dari motif ini adalah sebuah perjuangan yang berbuah keberhasilan.
Motif Ceplok
Ceplok adalah motif batik dengan ragam hias berupa pengulangan bentuk geometri, seperti bulatan, persegi panjang atau persegi. Ragam hias tersebut ditata sedemikian rupa sehingga membentuk pola simetris.
Motif ini biasa digunakan saat siraman pengantin. Motif Ceplok menyimbolkan bersatunya unsur-unsur baik seperti rezeki, kerukunan dan keturunan.
Motif Parang
Motif parang berbentuk lengkungan yang menyerupai ombak di laut. Jenis motif seolah membentuk seperti huruf S ini merupakan sebuah simbol atau perlambangan kekuasaan.
Pada masa lalu batik motif parang hanya boleh digunakan oleh keluarga raja saja. Pada perkembangannya, motif ini memiliki turunan motif lain yang sejenis, sebut saja parang barong, parang rusak, parang klitik, parang kusumoa dan lainnya.
Motif Sido Mukti
Sido mukti adalah salah satu motif klasik dari Batik Solo. Nama ini diambil dari kata sido yang berarti menjadi dan mukti yang berarti mulia.
Diharapkan seseorang yang mengenakan batik motif ini akan mendapat sebuah kemuliaan.
Motif dasar dari sido mukti adalah bentuk gurda dengan isian berupa sawut, cecek, ukel dan cecek pitu.
Ornamen penghias dalam motif ini biasanya berupa kupu-kupu, sayap kupu-kupu, bunga, takhta hingga singgasana.
Motif Lereng
Sama halnya dengan motif parang, motif lereng pada awalnya juga hanya dapat dikenakan oleh kalangan keraton.
Ciri khas motif lereng adalah memiliki pola garis diagonal, memiliki pola sederhana namun dengan ornamen yang kecil dan rumit.
Ragam hiasnya hanya dibatasi dengan motif parang atau lung-lungan.