Oleh : Dewi Fitriana
Perkembangan teknologi saat ini tidak menutup kemungkinan berdampak positif maupun negatif pada perkembangan anak, Kecanggihan teknologi dengan keragaman aplikasi yang ditawarkan oleh pembuat jasa menjadi daya tarik orang tua membelikan untuk anaknya. Orang tua beranggapan bahwa teknologi akan memberi kemudahan anaknya dalam beraktivitas maupun belajar. Disisi lain, orang tua orang tua juga beranggapan bahwa adanya teknologi tersebut memberi ruang dalam bekerja dan anak lebih diam di rumah.
Kebiasaan anak menggunakan gadget juga akan mengikis kebiasaan yang dulu pernah dilakukan orang tua di rumah. Contohnya peran ibu bercerita atau mendongeng kepada anak-anaknya sebelum tidur. Kedekatan emosional anak terhadap orang tua terjalin baik. Akan tetapi, kondisi ini berubah ketika perkembangan teknologi yang tidak diimbangi filter orang tua. Kebiasaan-kebiasaan yang dulu sering dipakai orang tua dalam mendidik karakter anak sekarang sudah ditinggalkan. Padahal dengan kondisi yang demikian, orang tua sudah kehilangan momen indah dalam kehidupan anak-anak mereka. Tidak ada kedekatan antara orang tua dan anak. Kepekaan sosial hilang tergantikan dengan manusia-manusia robot yang tanpa perasaan.
Permasalahan tersebut menjadi persoalan yang perlu ditangani. Mindset orang tua terhadap perkembangan teknologi juga perlu diarahkan dengan baik. Membudayakan kegiatan yang dulu pernah ada perlu diterapkan lagi. Salah satunya kebiasaan mendongeng atau story telling sebelum tidur. Story telling menjadi media yang tepat untuk membangun karakter dan penanaman nilai moral dan etika pada diri anak. Melalui aktivitas bercerita anak dapat memahami karakter dari setiap tokoh yang ada dalam buku, bahkan anak dapat secara mandiri mengenal tokoh baik dan tokoh jahat dari sebuah cerita. Secara tidak langsung anak-anak dapat membedakan mana tokoh yang memiliki sifat baik dan mana tokoh yang memiliki sifat buruk. Melalui kegiatan story telling, anak akan terbiasa menyerap pengetahuan dan pengalaman berbeda.
Story telling memberikan pengalaman bagi anak dalam proses pembelajarannya. Kegiatan story telling mendukung pemahaman anak dan sangat penting dalam perkembangan bahasa anak. Selain itu juga dengan kegiatan story telling membantu anak memahami berbagai perbedaan multicultural. Story telling menjelaskan ada empat aspek yang mendasari cerita pada anak diantaranya adalah (1) mengingat informasi penting lebih banyak dan lebih luas ketika guru berbicara tentang cerita yang sudah dibaca; (2) ambil peran yang mereka ketahui ketika menceritakan kisah; (3) tempatkan kegiatan bercerita dengan urutan yang benar; (4) gunkan bahawa bercerita ketika menceritakan kembali sebuah cerita.
Kegiatan story telling pada anak sama dengan memberikan mereka referensi positif sekaligus menstimulasi otak anak. Anak kemudian mempunyai role model yang mereka jadikan teladan dan jika referensi positif ini tidak diberikan maka kemungkinan besar anak berkembang dengan karakter yang buruk. Story telling erat kaitannya dengan naskah atau teks yang akan dibacakan. Untuk itu, pemilihan buka merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan. Maka dalam memilih buku atau cerita disesuaikan usia anak serta didalamnya berisi nilai-nilai yang ingin ditanamkan pada anak. Konten buku cerita akan memberi pengaruh pada pembentukan karakter anak. Oleh karena itu, peran orang tua dalam menyortir buku juga diperlukan. Tidak sekedar hanya bercerita saja melainkan banyak peran yang perlu dilakukan. Untuk itu, menganalisis buku cerita sebelum dibacakan merupakan tahapan yang perlu dilakukan.
Sukses atau tidaknya dalam menerapkan pendekatan story telling pada anak dipengaruhi beberapa hal. Pertama habituasi (mendidik bukan mendadak), artinya membiasakan sejak dini story telling sebelum tidur. Memberi waktu untuk terbiasa dan kebiasaan ini harus dilakukan dengan “pendampingan”. Dukungan orang tua sangat diperlukan dalam menanamkan pendidikan karakter lewat media story telling. Hal ini dikarenakan mendidik itu butuh waktu dan proses. Orang tua harus lebih sabar dan telaten dalam pembiasaan bercerita. Kedua, karakter itu erat kaitannya dengan pendidikan. Artinya mendidik itu tidak sekedar “transfer of knowledge” tetapi lebih dari itu “transfer of character”. Story telling tidak hanya pengetahuan yang didapatkan melainkan nilai-nilai karakter juga didapatkan. Pengetahuan ini yang biasanya orang tua atau masyarakat salah mengartikan dari kegiatan bercerita. Penanaman nilai karakter dengan kegiatan story telling merupakan sebuah dasar dalam penanaman nilai karakter di sejak dini.