Jowonews

Biografi Sunan Ampel (1401-1481 M)

Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) adalah putra Ibrahim Asmarakandi dengan Dewi Condrowulan. Selain Sunan Ampel, Ibrahim Asmarakandi juga memiliki putra bernama Ali Murtadho (Sunan Gresik). Sedangkan Abu Hurereh (Sunan Majagung) ialah kemenakan iparnya.

Dalam perjalanan dakwah, awalnya Ibrahim Asmarakandi menyebarkan Islam sampai ke Champa. Nama Champa merupakan sebuah nama yang sering disebut dalam berbagai sumber sejarah tentang awal mula kedatangan Ibrahim Asmarakandi ke Jawa serta hubungannya dengan kerajaan Syiwo-Buddho Majapahit.

Ibrahim Asmarakandi pernah bermukim di Champa, selama 13 tahun sejak 1379 M. Ibrahim Asmarakandi mengajak Raja Champa yang bernama Prabu Kiyan agar masuk Islam. Atas petunjuk Allah, Raja Champa pun bersedia masuk Islam. Raja Champa ini memiliki dua putri dan satu putra. Putri pertamanya kelak diambil sebagai permaisuri Prabu Brawijoyo V sebagaimana dalam mimpinya. Putra kedua yang bernama Dewi Condrowulan dinikahkan dengan Ibrahim Asmarakandi.

Dari pernikahan dengan Dewi Condrowulan ini, Syekh Asmarakandi dikaruniai dua putra yaitu Raden Rahmat dan Raden Santri Ali. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Ibrahim Asmarakandi hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan
keluarganya.

Raden Rahmat, putra Syekh Ibrahim Asmarakandi inilah yang kemudian dikenal sebagai Sunan Ampel. Baliau lahir di Campa diperkirakan tahun 1401 M dan wafat pada tahun 1478 M. Dengan demikian, masa kehidupan Sunan Ampel mencapai usia 77 tahun. Nama Ampel sendiri, diidentikan dengan nama tempat di mana beliau lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Dento, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (Kota Wonokromo sekarang), Ibrahim Asmarakandi wafat tahun 1425 M.

Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayyid Ali Murtadho, adik beliau. Akan tetapi sebalum tahun 1440 M menuju Jawa. mereka singgah dulu di Palembang.

BACA JUGA  Seri Walisongo: Biografi Syekh Maulana Ishaq, Guru Para Wali Di Tanah Jawa



Setelah 3 tahun di Palembang, kemudian melabuh ke Gresik. Dilanjutkan pergi ke Mojopahit menemui bibinya, seorang putri dari Champa, bernama Dworowati, yang dipersunting salah seorang raja Mojopahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kerta Wijoyo.

Sunan Ampel menikah dengan Dewi Condrowati alias Nyai Agung Manila binti Aryo Tejo, seorang Tumengguungan yang berkuasa di Tuban. Dari pernikahan ini memiliki lima anak, yaitu Siti Syariat, Siti Muthmainnah, Siti Hafsah, Raden Makhdum Ibrahim, (Sunan Mbonang), dan Raden Qasim (Sunan Drajat). Selain itu, Sunan Ampel juga menikah dengan Dewi Karimah, putri Ki Bung Kuning dan memiliki dua putri yaitu Dewi Murtasiah dan Dewi Murtasimah. Dewi Murtasimah kemudian dinikahkan dengan Sultan Fattah.

Sunan Ampel dikenal sebagai salah seorang Wali yang berjuang menegakkan Islam. Jasanya sangat besar dalam menggelorakan dakwah dan jihad di tanah Jawa. Apabila Syekh Maulana Malik Ibrahim perintis jalan Islam di Jawa saat awal keruntuhan Mojopahit, maka Sunan Ampel adalah pelanjut cita-cita perjuangan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Raden Rahmat (Sunan Ampel) menjadi Ketua Dewan Ulama dalam Wali Songo angkatan ke 2.

Makam Sunan Ampel
Makam Sunan Ampel di Ampel, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya

Dari tangan beliaulah muncul kader-kader ulama dan para pemimpin Islam yang sangat tangguh. Di antaranya adalah Ainul Yaqin (Sunan Giri), Makhdum Ibrahim (Sunan Mbonang), Sultan Fattah (Raden Fattah), Ja’far Shodiq (Sunan Kudus) dan Maseh Munat (Sunan Drajat).
Bahkan Maulana Ishaq yang merupakan ayah Sunan Giri pun sebagai anggota Wali Songo masih taat kepada beliau.

Sunan Ampel datang dari negeri Champa. Beliau mendirikan pesantren di Ampel Dento (Suroboyo) untuk mempersiapkan para ulama, mubaligh, da’i, dan para pemimpin Islam. Beliau pula yang mencetuskan ide untuk mendirikan Kerajaan Islam Demak dengan memerintahkan Sultan Fattah hijrah ke Gelagahwangi. Sunan Ampel pula yang ikut berperan mendirikan Masjid Agung Demak.

BACA JUGA  Seri Walisongo: Awal Mula Masuknya Islam ke Nusantara Abad 7

Ketika Kesultanan Demak hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Fattah, putra dari Prabu Brawijoyo V, Raja Mojopahit, untuk menjadi Adipati Anom Projo Demak Bintoro tahun
1477 M.

Bagikan:

Google News

Dapatkan kabar terkini dan pengalaman membaca yang berbeda di Google News.

Berita Terkait