Wonosobo – Jowonews.com – Fenomena embun es di dataran tinggi Dieng kembali menjadi pembicaran warganet di jagad media sosial (medsos). Embun es atau dikenal dengan embun upas ini kembali muncul pada dasarian akhir Juli 2020.
Seperti halnya akun Twitter @FestivalDieng mengunggah gambar rumput yang berselimut embun es, pada 26 Juli 2020. Sontak unggahan tersebut akhirnya menjadi perbincangan hangat warganet medsos berlogo burung biru itu. Hingga pagi ini Sabtu (27/7/2020) pukul 07.35 WIB unggahan tersebut telah dibanjiri 863 komentar, 3.706 retweet dan 17.455 orang telah menyukainya.
Fenomena yang terjadi tersebut juga mengingatkan warganet tentang kenangan-kenangan indah mereka saat mengunjungi Dieng dimusim yang sama pada waktu-waktu sebelumnya.
“Mau kesini lagi. Padahal udah ada rencana mau ke sini, lalu ke Jogja. Taunya corona dan UTBK diundur. Nanti kita bersua lagi, oke?!” tuit akun Twitter @alunariann disertai unggah foto dari Puncak Sikunir pada tahun 2015.
Kenangan senada tentang Dieng juga diunggah akun Twitter @retno3sandy. Ia menuliskan kenangan bahwa sambel yang dibawanya pernah membeku di Dieng. “Sambelku pernah beku di Dieng,” tuitnya sambil mengunggah foto sambal yang sudah membeku.
Menurut penjelasan Stasiun Geofisika kelas III Banjarnegara seperti dilansir laman liputan6.com (27/7/2020), fenomena embun es merupakan salah satu anomali cuaca ekstrem yang disebabkan beberapa faktor.
Embun upas biasa terjadi di daerah dataran tinggi terutama pada puncak musim kemarau. Di wilayah tropis seperti Indonesia, suhu yang sangat dingin biasanya hanya terjadi pada dataran tinggi.
Hal ini disebabkan pada lapisan troposfer, suhu udara akan mengalami penurunan seiring ketinggian suatu tempat. Semakin tinggi suatu tempat, suhunya semakin dingin.
Sehingga peristiwa embun es di Indonesia hanya mungkin terjadi di dataran tinggi. Kompleksitas bentuk muka tanah seperti gunung dan lembah turut menyumbang variasi suhu permukaan.
“Faktor berikutnya adalah vegetasi dan danau di sekitar yang berkontribusi kepada variasi kelembapan udara di lokasi tersebut,” kata staf Stasiun Geofisika Banjarnegara, Mohamad Burhanudin yang dihubungi melalui sambungan telepon.
Embun upas akan terbentuk saat wilayah Jawa Tengah mulai memasuki musim kemarau. Ketika musim kemarau, kondisi langit relatif tidak ada tutupan awan.
Pada siang hari, radiasi matahari akan langsung menerpa daratan sehingga akan terasa lebih terik. Sebaliknya, pada malam hari radiasi matahari yang tersimpan selama siang hari akan terpancar tanpa hambatan.
Tanpa awan, tidak ada yang menahan radiasi panas matahari, sehingga suhu udara di permukaan akan terasa sangat dingin terutama pada dini hari menjelang pagi.
“Suhu bisa mencapai 5 derajat, bahkan di bawah nol. Pada suhu inilah biasanya embun es terbentuk,” ujar dia.
Faktor keempat adalah aliran massa udara di wilayah belahan bumi selatan, termasuk Jawa Tengah, didominasi angin timuran yang membawa massa udara dingin dan kering dari Benua Australia.
Beberapa faktor tersebut saling terkait dan mendorong munculnya fenomena embun beku di dataran tinggi Dieng.