Jowonews

Logo Jowonews Brown

Kabar Ndeso

Ganjar Apresiasi Kreativitas Inovator Gelang Getar Shalat

SEMARANG, Jowonews.com – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi kreativitas seorang mahasiswi Universitas Islam Sultan Agung Semarang bernama Aisyah Ardani sebagai inovator gelang getar shalat (GGS) yang bermanfaat bagi penyandang tunarungu.

“(Gelang getar shalat, red) ini luar biasa, tapi akan jadi sepele bagi orang yang tidak mengerti. Idenya yang luar biasa,” sanjung Ganjar saat bertemu dengan Aisyah di ruang kerja Gubernur Jateng di Semarang, Rabu.

Mantan anggota DPR RI itu berpikiran akan lebih luar biasa jika inovasi GGS dapat disempurnakan misalnya ditambah untuk mendeteksi perbedaan gerakan shalat, getaran pengingat waktu shalat.

Ganjar bahkan membayangkan jika GGS bisa mengalami transformasi bentuk, tidak hanya gelang.

“Ini kan masih berupa gelang, siapa tahu besok bisa jadi cincin atau bahkan karena semua orang punya ponsel, siapa tahu alat ini bisa ditransformasi ke aplikasi. Jadi nanti kalian jualnya aplikasi yang fungsinya sama dengan gelang itu. Kalau bisa luar biasa,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Ganjar meminta salah seorang rekan Aisyah untuk memasangkan GGS di lengannya dan mencoba mengoperasikannya.

Aisyah yang juga penyandang disabilitas menjelaskan bahwa GGS berfungsi sebagai indikator gerak shalat berupa getaran dan efek getar pada gelang dipilih karena alat tersebut khusus diciptakan untuk membantu penyandang tunarungu saat melakukan ibadah shalat.

Dalam pemakaiannya, kata dia, terdapat dua gelang untuk dipakai imam dan makmum.

Gelang yang dipakai imam akan mengirim kode setiap gerakan shalat kepada gelang makmum sehingga menghasilkan sebuah getaran.

“Kami menciptakan ini karena tidak banyak alat yang membantu teman-teman difabel, khususnya tunarungu dalam hal ibadah,” katanya.

Inovasinya tersebut juga tidak terlepas dari curhatan kawan-kawan Aisyah sesama penyandang disabilitas, sedangkan pertimbangan lain dalam penciptaan GGS tersebut adalah soal fikih.

Aisyah mengatakan dalam Madzhab Syafii yang banyak dianut umat muslim di Indonesia, jika seseorang dalam shalat bergerak lebih dari tiga kali, maka shalatnya batal.

“Untuk teman-teman tunarungu akan kesulitan mendengar takbir dari imam, tidak jarang dari mereka sering menoleh untuk mengetahui gerak imam karena pertimbangan fikih tersebut, kami lahirkan GGS,” ujarnya.

Untuk proses inovasi GGS, Aisyah bersama timnya menghabiskan biaya mencapai Rp5 juta-Rp6 juta, namun besarnya biaya tersebut akan terpotong jika mampu diproduksi massal hanya Rp400 ribu dan kemungkinannya bentuknya akan diperkecil. (JWN3/Ant)

Simak Informasi lainnya dengan mengikuti Channel Jowonews di Google News

Bagikan berita ini jika menurutmu bermanfaat!

Baca juga berita lainnya...