Jowonews

Logo Jowonews Brown

Kabar Ndeso

Gelombang Tinggi, Nelayan Cilacap Enggan Melaut

CILACAP, Jowonews.com – Ribuan nelayan di Cilacap tidak melaut akibat gelombang tinggi di perairan selatan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang terjadi sejak satu pekan terakhir.

Dari pantauan di sejumlah tempat pendaratan ikan seperti Rawajarit, Kemiren, dan Teluk Penyu, Cilacap, Rabu, ratusan perahu nelayan tampat ditambatkan di daratan guna menghindari hantaman gelombang tinggi.

Salah seorang nelayan, Jono, mengatakan bahwa gelombang tinggi terjadi sejak pertengahan pekan lalu.

“Kami tidak berani melaut karena selain terjadi gelombang tinggi, ikan juga sudah jarang ditemukan,” katanya.

Oleh karena itu, kata dia, nelayan lebih memilih menambatkan perahunya di daratan dan memperbaiki peralatan penangkap ikan.

Kendati demikian, dia mengatakan bahwa sebagian nelayan kadang ada yang nekat berangkat melaut pada pagi hari dan pulang menjelang siang.

“Kami memantau kondisi cuaca sebelum melaut karena biasanya kalau pagi hari, angin belum kencang sehingga gelombang tenang. Kami pulang menjelang siang sebelum anginnya bertambah kencang sehingga mengakibatkan gelombang tinggi,” katanya.

Sementara itu, Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo Cilacap Untung Jayanto mengatakan bahwa saat sekarang, wilayah perairan selatan Jateng dan DIY telah memasuki musim angin barat.

Ia memperkirakan puncak musim angin barat akan berlangsung pada bulan Januari hingga Februari.

Menurut dia, kondisi tersebut memengaruhi aktivitas pelelangan di delapan tempat pelelangan ikan yang dikelola KUD Mino Saroyo.

“Faktor cuaca menentukan pendapatan nelayan. Kalau cuacanya tidak mendukung ya turun drastis karena nelayan tidak berani melaut,” katanya.

Ia mengatakan bahwa angin barat di wilayah perairan selatan Jateng dan DIY biasanya mulai datang pada siang hari sehingga sebagian nelayan masih berani melaut dengan jarak dekat hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

BACA JUGA  Nelayan di Selatan Jateng Diminta Waspada Gelombang Tinggi

Setelah mendapatkan hasil tangkapan yang cukup, kata dia, nelayan yang berangkat pada pagi hari itu segera kembali ke daratan sebelum anginnya bertambah kencang.

Akan tetapi bagi nelayan yang tidak melaut, mereka lebih memilih memperbaiki perahu dan peralatan penangkap ikan.

Disinggung mengenai aktivitas pelelangan ikan, Untung mengakui bahwa sejak terjadi gelombang tinggi, aktivitas TPI mengalami kelesuan.

“Kalau nilai transaksinya pada bulan Desember bisa mencapai Rp7 miliar saja, itu sudah sangat bagus. Pada bulan November bisa mencapai di atas Rp10 miliar,” katanya.

Dalam kesempatan terpisah, prakirawan cuaca Stasiun Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap Rendi Krisnawan mengatakan bahwa dalam satu pekan terakhir, pihaknya telah beberapa kali mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di perairan selatan Jateng dan DIY.

“Hari ini, kami kembali mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku hingga tanggal 26 Desember 2015, pukul 19.00 WIB,” katanya.

Dalam hal ini, kata dia, tinggi gelombang di wilayah pantai selatan Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta diprakirakan berkisar 1,25-2,5 meter.

Sementara tinggi gelombang di wilayah Samudra Hindia selatan Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta diprakirakan berkisar 2,5-4 meter.

“Tinggi gelombang maksimum bisa mencapai dua kali tinggi gelombang tersebut,” katanya. (JN03/Ant)

Simak Informasi lainnya dengan mengikuti Channel Jowonews di Google News

Bagikan berita ini jika menurutmu bermanfaat!

Baca juga berita lainnya...