
SEMARANG, Jowonews.com – Jamaah haji asal Jawa Tengah yang berjumlah lebih dari 24.000 orang sebagian besar berusia diatas 50 tahun dan banyak yang menderita sakit. Kondisi ini harus mendapat penanganan medis yang intensif dari petugas khususnya petugas medis yang mendampingi.
Anggota Tim Petugas Haji Daerah (TPHD) Jawa Tengah Yudhi Indrast Wiendarto, mengatakan bahwa banyak jamaah asal Jawa Tengah yang mengalami masalah kesehatan apalagi cuaca di Mekah sering ekstrim dimana terjadi hujan disertai angin kencang. “Kami kawatir terhadap kondisi jamaah yang memiliki resiko tinggi tersebut. Sebelum dan sesudah pelaksanaan wukuf di Padang Arafah, jamaah hanya bisa istirahat di tenda tenda yang sudah disiapkan. Saat ini banyak tenda yang roboh diterpa angin kencang yang melanda Mekah,” ucap Yudi langsung dari Mekah, Rabu (23/9).
Anggota TPHD yang juga Anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah mengaku cuaca ekstrim yang melanda Mekah pada musim haji saat ini harus dipahami jamaah dan diimbangi dengan kesiapan fisik yang prima. Namun yang terjadi karena banyak jamaah usia lanjut, cuaca ekstrim ini mengakibatkan banyak jamaah yang jatuh sakit.
Sementara itu, Kepala Bidang Bimbingan Ibadah dan Pengawasan KBIH PPIH Arab Saudi Ali Arsyad mengemukakan, sampai saat ini sudah ada 154 Jamaah Haji Indonesia wafat. Dari jumlah tersebut 14 orang meninggal di embarkasi, 120 meninggal di Arab Saudi dan 71 jamaah dirawat di ICU rumah sakit di Saudi serta 6 dirawat di ICU Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI).”11 jamaah dirawat di Psykiatri BPHI karena mengalami gangguan jiwa,” ucapnya.
Ali juga memandang perlunya data awal pemeriksaan kondisi kesehatan jamaah haji, karena disinyalir banyak jamaah yang menyembunyikan data kesehatan karena kawatir tidak diperbolehkan berangkat ke Mekah. Kondisi ini juga dibenarkan Anggota TPHD Jawa Tengah Yudhi Indrast Windarto. Dia menemukan kasus jamaah yang seharusnya mendapatkan perawatan khusus namun tidak melaporkan kondisi kesehatannya sesuai dengan data riil yang dimilikinya.
“Kemarin saya dan tim kesehatan menolong dan mengantar jamaah ke rumah sakit dan sempat ditolak karena harus cuci darah padahal tidak ada rujukan dari pemerintah Indonesia. Kalau jamaah tersebut jujur terhadap kondisinya, peristiwa penolakan ini todak perlu terjadi,” tegasnya.
Atas beberapa temuan tentang kesehatan jamaah di Mekah tersebut, Yudi mengharapkan pada musim haji yang akan datang, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah harus lebih selektif dan cermat dalam melakukan pemeriksaan agar didapat data yang valid pada jamaah yang berangkat ke tanah suci. (JN15)