Jowonews

Jembatan Rel Lori Belanda di Desa Wisata Mranggen Klaten, Unik dan Masih Kokoh Hingga Kini

KLATEN – Desa Murangen, yang terletak di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, memiliki banyak warisan bersejarah yang berasal dari zaman Mataram Kuno (abad ke-8-9 Masehi). Selain itu desa ini juga dikukuhkan sebagai desa wisata dikarenakan keindahan alamnya yang eksotis.

Desa yang terletak sekitar 15 kilometer dari pusat kota Kraten ini memiliki beberapa daya tarik wisata yang menonjol. Salah satu contohnya ialah sebuah jembatan yang digunakan sebagai jalur kereta api untuk mengangkut barang pada masa penjajahan Belanda.

Jembatan yang memiliki panjang 50 meter ini berada di bagian selatan Dusun Kropakan. Di sekitarnya terdapat sumur dan benda-benda bersejarah dari masa Mataram. Jembatan ini berfungsi sebagai penghubung ke Kecamatan Karangnongko, dengan lebar sekitar 1,5 meter.

Bagian utama jembatan cor ditopang oleh dua pilar berbentuk kerucut, masing-masing setinggi sekitar 10 meter. Pilar-pilar yang terbuat dari batu kali yang tidak disemen ini menopang serangkaian batang jembatan yang terbuat dari rangka besi yang tebal dan berkarat.

Jembatan ini menghadap ke sebuah lembah yang panjang dan sempit. Di ujung barat lembah terdapat mata air berwarna hijau toska, Umbre Kroman. Air mengalir di bawah jembatan dan sebagian masuk ke waduk Murangen.

Untuk mencapai ngarai, wisatawan harus menuruni tangga sekitar 20 meter. Dilokasi ini belum tersedia petugas atau tiket masuk. Selain itu pengunjung juga bebas untuk mandi di Umbur Kroman.

Terdapat sebuah gazebo di sebelah selatan dan utara Umbur Kroman terdapat gazebo yang terbuat dari kayu dan bambu. Dari gazebo tersebut dapat terlihat perbukitan, pohon kelapa, pepohonan lain dan warga yang melintasi jembatan.

“Dulunya jembatan ini merupakan jalur kereta api yang mengangkut tebu ke PG Karanganom di Kecamatan Karanganom. Jembatan ini juga digunakan untuk mengangkut hasil pertanian pada zaman Belanda.” kata Pupun Prasetyo, tokoh pemuda Dusun Murangen RW 14 Desa Kropakan, dikutip dari Detik Jateng Sabtu (9/9/2023).

BACA JUGA  Menyusuri Pesona Ekowisata Kali Talang di Klaten

Pupun Prasetyo menjelaskan bahwa meskipun jalan tersebut sudah tua, namun uniknya jalan tersebut masih bisa digunakan oleh warga desa. “Usia jembatan yang sudah tua bukan hanya karena rangka bajanya saja, tapi juga tiangnya.

Tiang-tiang jembatan terbuat dari bambu, bukan baja. Tapi kondisinya masih bagus sampai sekarang,” lanjut Pupung.

Pupung menambahkan bahwa jalur kereta api Belanda pernah melewati desanya. Jejak-jejak pondasi rel kereta api masih ada di sebelah timur sebuah sumur kuno yang berasal dari abad ke-8 hingga ke-9 Masehi.

“Pondasi rel kereta api ada di sebelah timur sumur. Di masa lalu, berbagai tanaman yang dibutuhkan oleh Belanda dibudidayakan di sini, seperti kelapa, kapas, dan cokelat,” tambah Mr Phupun.

Bapak Mithran, Kepala Desa Mulangen, Kecamatan Jatinom, mengatakan bahwa jembatan tersebut merupakan peninggalan Belanda. Dulunya, jembatan ini merupakan jalur lori untuk mengangkut tebu.

“Dulunya jembatan ini merupakan jalur lori untuk mengangkut tebu dari wilayah selatan, yaitu Karangnonko dan Jatinom. Tebu diangkut ke pabrik gula di Kecamatan Karanganom,” kata Miseran.

“Setelah Belanda pergi, rel kereta api digunakan sebagai jembatan oleh penduduk setempat; pada tahun 1970-an, jembatan ini masih berlantai bambu dan alat pengaman dari bambu.

Mithran berkata, “Seingat saya, bambu masih digunakan pada tahun 1970. Pada tahun 2014, dengan bantuan pemerintah, jembatan ini dicor dan pengamannya diganti dengan baja seperti yang kita miliki saat ini,” kata Mithran.

Miselan menjelaskan bahwa daerah tersebut sedang digarap oleh desa untuk menjadi desa wisata yang disebut Water Hills. Surat keputusan kabupaten dan pokdarwi sudah selesai dibuat.

“Namanya Desa Wisata Bukit Air. SK bupati dan pokdarwis sudah ada dan kami berharap kedepannya akan menjadi pusat wisata yang maju,” tambah Miselan yang akan segera memasuki masa pensiun.

BACA JUGA  Asal Usul Nama Desa Jambu Kabupaten Semarang, Bukan dari Nama Buah

Bagikan:

Google News

Dapatkan kabar terkini dan pengalaman membaca yang berbeda di Google News.

Berita Terkait