Jowonews

Logo Jowonews Brown

Kabar Ndeso

Kayu Bakar Itu Pun Disulap Jadi Mebel dan Patung

Daryanto sedang menggarap mebel berbahan kayu kelengkeng.
Daryanto sedang menggarap mebel berbahan kayu kelengkeng.
Daryanto sedang menggarap mebel berbahan kayu kelengkeng.

SALATIGA, Jowonews.com – Kayu pohon kelengkeng dan kopi selama ini hanya dimanfaatkan untuk kayu bakar atau dibuat arang ( areng-jawa). Maklum, karena bentuk kayu itu yang ‘meliuk-liuk’ dan tidak rata ( brocel-brocel,red). Namun ditangan Daryanto (53) warga Dukuh Karangpete RT 08 RW 06, Kelurahan Kutowinangun, Salatiga, kedua jenis kayu itu pun disulap jadi mebel dan patung. Seperti apa ?

Ide untuk membuat mebel dari kayu kelengkeng atau kopi itu muncul sekitar satu tahun yang lalu. Saat itu, Daryanto yang sudah menekuni usaha kerajinan bambu mengaku ‘bosan’ dan beralih haluan menekuni mebel dari kedua kayu itu.

Menurut dia, selain ada nilai art ( seninya), ia melihat, belum banyak yang membuat sehingga pesaingnya tidak banyak. Berbeda dengan kerajinan bambu, atau  mebel dari jenis kayu jati atau mahoni yang sudah jamak pembuatannya.

Namun demikian, untuk membuat mebel dari kedua kayu ini gampang-gampang susah. Butuh kreatifitas, karena bentuk kayu kelengkeng dan kopi itu memiliki tekstur batang yang lain dari pohon keras.

Selain tidak lurus, ‘tubuhnya’ juga tidak rata. “ Jadi harus jeli dan kreatif  dalam memanfaatkan batangnya. Cocoknya dibuat apa, dipan, kursi, meja atau patung. Tergantung tekstur pohonnnya,” ujar bapak empat putera ini saat ditemui di tempat usahanya tak jauh dari rumahnya, Kamis (15/1).

Menurut Daryanto, justru kedua kayu itu ( kayu phon kelengkeng dan kopi) batang pohonnya sangat keras dan berat, sehingga sangat awet dipakai untuk mebel. Kedua jenis kayu itu juga jarang yang dimakan rengat.

Untuk bahannya, Daryanto mengaku harus blusukkan ke pelosok-pelosok desa di sekitaran Salatiga, semisal di Kecamatan Tuntang, Pabelan dan sebagainya.

“Ya adanya di desa-desa, biasanya pohon klengkeng atau kopi yang sudah tidak produktif ( berbuah) dijual oleh pemiliknya. Lha itu yang saya beli untuk bahan. Dan harganya pun bervariasi tergantung ukuran pohon,” ujarnya.

Setelah bahan itu didapat, maka tahap selanjutnya dipotong-potong, sesuai ukuran dan manfaat. “ Bila bisa dibuat dipan ( kursi panjang) yang dibuat, bila tidak bisa ya bisa dibuat patung,” imbuhnya.

BACA JUGA  Antisipasi DBD, PMI Salatiga Stok Darah

Untuk membuat mebel atau patung dari jenis kayu itu butuh waktu minimal sekitar satu minggu. Bila ada motif ukiran atau ornament lain, seperti naga, singa, tentunya lebih agak lama karena butuh diukir.

Untuk harga, dari hasil kreatifitasnya itu, ia mematok harga kisaran antara Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. Dan Daryanto mengaku sudah banyak pelanggannya di Salatiga.

”Luar kota belum, baru sebatas Salatiga dan sekitarnya,”ujarnya. Dari usahanya itu, Daryanto mengaku mendapatkan penghasilan yang cukup. (JN01)

Simak Informasi lainnya dengan mengikuti Channel Jowonews di Google News

Bagikan berita ini jika menurutmu bermanfaat!

Baca juga berita lainnya...