Oleh: Eka Rani Erawahyuni
Menilik dari sejarah, sosok Raden Mas Soewardi Soerjaningrat adalah bangsawan Jawa yang bergerak pada aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia dan menjadi pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Beliau juga pernah menjabat sebagai menteri pengajaran republik Indonesia dari tahun 1945–1945. Beliau dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara yang kini diditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional atas jasa-jasanya dalam mengembangkan pendidikan Indonesia.
Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu pendidikan adalah upaya untuk memajukan tumbuhnya pendidikan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, serta tubuh anak. Ki Hajar Dewantara menjabarkan bahwa tujuan pendidikan terbagi menjadi tiga, yaitu : membentuk budi didik yang halus pada pekerti siswa, meningkatkan kecerdasan otak siswa, dan mendapatkan kesehatan badan pada siswa. Berdasarkan konsepsi pendidikan Ki Hajar Dewantara yakni manusia Indonesia yang berbudi pekerti adalah yang memiliki kekuatan batin dan berkarakter. Artinya, pendidikan terarahkan untuk meningkatkan citra manusia di Indonesia menjadi berpendirian teguh untuk berpihak pada nilai-nilai kebenaran.
Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara sangat berbanding terbalik dengan pendidikan di Indonesia saat ini. Menurut data survei menunjukkan bahwa siswa Indonesia dikategorikan sebagai siswa paling bahagia di dunia. Pada hasil survei yang dilakukan oleh PISA (Program untuk Penilaian Siswa Internasional) pada tahun 2015, siswa Indonesia adalah siswa yang paling bahagia dibandingkan dengan siswa lain dari luar negeri. Walaupun tes akademik menunjukkan hasil buruk bagi Indonesia, tetapi ada kabar baik untuk kondisi mental atau pelajar Indonesia. Itulah sebabnya mereka dikategorikan sebagai siswa yang paling bahagia. Selain itu, merebaknya perkembangan teknologi mengakibatkan siswa dapat mengakses segala jenis informasi yang tidak sesuai dengan umurnya. Hal tersebut dapat menjadi salah satu penyebab merosotnya karakter siswa generasi zaman sekarang. Siswa cenderung mengikuti trend perkembangan zaman sehingga banyak siswa yang dewasa sebelum usianya.
Pada anak usia sekolah dasar pendidikan karakter dinilai sangat penting untuk ditanamkan karena pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Potensi karakter yang baik telah dimiliki tiap manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi tersebut harus terus-menerus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan anak sejak usia dini. Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah-natural) dan lingkungan (sosialisasi atau pendidikan-natural). Karakter dapat menjadi ciri khas individu yang ditunjukkan melalui cara bersikap, berperilaku dan bertindak untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
Seperti yang sedang ramai digalakkan di sekolah-sekolah dasar yakni mengenai pendidikan karakter dengan melalui pembelajaran berbasis proyek yang dikenal dengan istilah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Profil Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku dengan nilai-nilai Pancasila. Profil Pelajar Pancasila memiliki enam dimensi utama, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia; 2) berkebinekaan global; 3) bergotong royong, 4) mandiri; 5) bernalar kritis; dan 6) kreatif.
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia menghayati keberadaan Tuhan dan selalu berupaya menaati perintah serta menjauhi larangan sesuai dengan ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya, keimanan dan ketakwaan ini terwujud dalam akhlaknya yang mulia. Terdapat lima elemen kunci pada Profil Pelajar Pancasila beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, yang pertama adalah akhlak beragama, serta memiliki pemahaman dalam menerapkan kehidupan beragama.
Pelajar Indonesia yang berkebinekaan global adalah pelajar Indonesia yang mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai. Ada tiga elemen kunci berkebinekaan global, yaitu mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi intercultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.
Pelajar Pancasila yang bergotong royong. Gotong royong sudah menjadi salah satu sifat bangsa Indonesia yang tertanam sejak dulu dan menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong royong merupakan pelajar Indonesia yang memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah, dan ringan. Dengan berkolaborasi, memiliki kepedulian, dan berbagi sebagai elemen kuncinya.
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Pelajar yang mandiri memiliki elemen kunci kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi. Dimana pelajar mampu melakukan refleksi terhadap kondisi dirinya dan situasi, dimulai dari memahami emosi diri dan kelebihan serta keterbatasan yang dimiliki sehingga menyadari kebutuhan yang diperlukan dalam pengembangan diri. Pelajar yang mandiri juga memiliki regulasi diri, yaitu kemampuan mengatur pikiran, perasaan, dan perilaku dirinya untuk mencapai tujuan belajar.
Pelajar Indonesia yang bernalar kritis. Pelajar Indonesia yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpukannya. Terdapat empat elemen kunci bernalar kritis berupa pelajar yang mampu memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, mampu menganalisis dan mengevaluasi penalaran, dapat merefleksikan pemikiran dan proses berpikir, serta mampu mengambil keputusan.
Pelajar Indonesia yang kreatif. Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Dengan elemen kunci pelajar yang dapat menghasilkan gagasan yang orisinal, seperti menghasilkan gagasan yang terbentuk dari ekspresi pikiran dan/atau perasaan dan diaplikasikan menjadi ide baru yang berguna. Kemudian menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal yamg didorong oleh minat dan kesukaan pada suatu hal.
Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) diharapkan dapat menjadi salah satu trobosan untuk menumbuh kembangkan budaya karakter siswa Indonesia dengan melalui 6 dimensi karakter yang ada, sehingga konsep pendidikan dapat berjalan sesuai dengan apa yang dicita-citakan bangsa Indonesia selama ini yakni dengan menjadikan pesertadidik sebagai penerus bangsa yang unggul dan produktif baik dalam pengetahuan maupun karakter.