Jowonews

Logo Jowonews Brown

KURIKULUM MERDEKA PERWUJUDAN DARI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA?

Oleh: Sri Nuryati, S.Pd

Ki Hajar Dewantara adalah tokoh Pendidikan Nasional yang sangat berperan dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Di Zaman Kolonial pendidikan untuk warga pribumi sangat terbatas. Pendidikan hanya diperuntukkan untuk kepentingan Kolonial saja guna mempertahankan kekuasaaanya di Indonesia.  Ki Hajar Dewantara mendirikian Taman siswa sebagai sebuah reformasi perubahan Pendidikan Nasional di era Kolonial. Taman Siswa menjadi dasar bagi warga pribumi untuk melakukan perjuangan  melawan kolonialisme Belanda. Taman siswa Ki hajar Dewantara terkenal dengan semboyan Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, yang artinya di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, di belakang memberikan dorongan. Hal itu sesuai dengan peran Guru sebagai teladan bagi peserta didik dan juga motivator bagi peserta didik untuk mengembangkan potensinya.

Konsep Ki Hajar Dewantara dengan sistem among mengatakan  bahwa pendidikan memiliki 2 dasar,  yaitu kodrat alam dan kemerdekaan. Kodrat alam berarti pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dalam hal ini Guru berperan menuntun anak agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam anak. Sedangkan kemerdekaan mengandung makna bahwa peserta didik diberi kebebasan berpikir guna mengembangkan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang ada dalam dirinya. Sistem among melarang adanya paksaan kepada anak didik karena akan  mematikan jiwa merdekanya, mematikan kreativitasnya (Dwiarso, 2010: 6).

Sejalan dengan pemikiran KI Hajar Dewantara, Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada guru dan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran. Merdeka belajar mendorong terbentuknya karakter jiwa merdeka di mana guru dan siswa dapat secara leluasa mengeksplorasi pengetahuan, sikap dan keterampilan dari lingkungan. Hal ini sesuai dengan semangat Ki Hajar Dewantara yaitu memerdekakan manusia. Merdeka belajar dapat mendorong siswa belajar dan mengembangkan dirinya, membentuk sikap peduli terhadap lingkungan di mana siswa belajar, mendorong kepercayaan diri dan keterampilan siswa serta mudah beradaptasi dengan lingkungan masyarakat (Ainia, 2020).

Sebagai guru kita harus memahami kodrat alam setiap anak, setiap anak memiliki bakat dan kemampuan masing-masing, sehingga sebagai seorang guru kita tidak boleh menuntut anak untuk menguasai semua materi pelajaran. Guru harus dapat memberikan bimbingan sesuai dengan  kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda sehingga anak merasa nyaman saat belajar. Guru harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa. Dengan itu diharapkan anak dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikannya.

Ki Hajar Dewantara juga menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan karakter anak yang berbeda, sehingga guru tidak bisa menghilangkan karakter dasar tadi, yang dapat dilakukan adalah membimbing anak agar berkembang kaakter baiknya sehingga menutupi karakter jeleknya. Kodrat zaman dapat diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar anak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Seiring dengan perkembangan zaman guru harus dapat membekali keterampilan sesuai dengan kecakapan abad 21 dan membekali budi pekerti sebagai pedoman bagi anak agar tidak menyimpang di era perkembangan teknoogi sekarang. Guru harus senantiasa memberikan teladan yang baik bagi siswa-siswanya dalam mengembangkan budi pekerti. Kita juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan di sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti/akhlak mulia kepada anak.

Sejalan pada Kurikulum Merdeka yang memuat Profil pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila bertujuan untuk menunjukkan karakter dan kompetensi yang diharapkan dengan menguatkan nilai-nilai luhur Pancasila. Profil pelajar Pancasila memiliki 6 indikator antara lain beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong-royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Dengan adanya proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila diharapkan peserta didik tidak hanya memiliki kompetensi dibidang kognitif saja namun juga memiliki karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.  Guru memiliki peran sangat besar dalam mengolah dan membentuk kualitas dari anak bangsa. Dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya menyampaikan ilmu tetapi juga menanmkan nilai luhur dan budi pekerti sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan budi pekerti yang luhur sesuai dengan nilai luhur Pancasila.

Simak Informasi lainnya dengan mengikuti Channel Jowonews di Google News

Bagikan berita ini jika menurutmu bermanfaat!

Baca juga berita lainnya...