JAKARTA, Jowonews.com – Kepala Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Sumarna F Abdurrahman mengatakan terjadi ketidaksinergian antara keahlian lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan permintaan industri.
“Pengangguran terjadi bukan karena keterbatasan lapangan kerja, tetapi karena ketidaksinergian antara lulusan dan permintaan industri,” ujar Sumarna dalam diskusi di Jakarta, Rabu.
Dalam lima tahun terakhir, pengangguran yang terbanyak adalah pengangguran yang terdidik dibandingkan dengan tenaga terlatih. “Artinya lulusan yang dihasilkan tidak sesuai dengan
keinginan industri,” jelas dia.
Menurut dia, perlu adanya sinergi antara lembaga pendidikan dan industri, kemudian dilakukan sertifikasi.
Sehingga setiap tenaga kerja yang masuk ke industri mempunyai kompetensi.
Dari 12 sektor prioritas Masyarakat Ekonomi ASEAN, dia menjelaskan satu-satunya sektor yang siap adalah
pariwisata. “Sektor pariwisata siap karena standarnya adalah standar ASEAN. Lembaga pendidikan pun mengajarkan materi yang sesuai dengan standar ASEAN,” terang dia.
Dia berharap SMK untuk menyiapkan para lulusannya untuk bisa bersaing dalam MEA yang akan dimulai pada Desember 2015.
Direktur Pembinaan SMK Kemdikbud, Mustaghfirin Amin, mengatakan lulusan SMK memiliki semangat juang yang cukup tinggi. “Makanya jangan heran, kalau lulusan SMK di Depok tapi
kemudian nyari kerja di Batam,” kata Mustaghfirin.
Masalah kompetensi pun, Mustaghfirin mengatakan bahwa kompetensi lulusan SMK tidak kalah jika dibandingkan
tenaga kerja dari negara lain. “Banyak lulusan SMK di Indonesia, yang kemudian diminta
bekerja di luar negeri.”
Meski demikian, di dalam negeri sendiri Mustaghfirin mengakui memang belum ada sinergi
yang baik antara SMK dan industri. Idealnya program SMK yang baik itu adalah yang dibutuhkan
industri, sesuai dengan tren, dan sesuai dengan kemampuan sekolah.”Misalnya program ukur tanah, kami menamakannya geomatika karena menggunakan berbagai alat-alat canggih seperti GPS
dan sebagainya. Sehingga ada kebanggaan bagi anak SMK ketika masuk ke jurusan tersebut,” cetus Mustaghfirin.
Partisipasi siswa ke SMK meningkat 15 persen setiap tahunnya atau berarti mencakup 70 persen dari total angka
partisipasi murid ke jenjang pendidikan menengah atas pada 2011 hingga 2013 atau mencakup 50 persen dari total angka partisipasi murid ke jenjang pendidikan menengah pada 2013.(Jn-16/ant)