KLATEN – Makam Mbah Patok, terletak di bagian barat TPU milik Pemkab Klaten, menjadi topik perbincangan di kalangan masyarakat setempat. Meskipun dikenal sebagai makam tua, tidak ada informasi jelas mengenai sosok dan cerita di baliknya. Makam ini hanya tersisa tumpukan batu bata yang membujur dari utara ke selatan, dengan lebar dua kali lipat dari kuburan biasa, tetapi tanpa nisan atau tulisan yang mencirikan siapa pemiliknya.
Di sekitar makam ini, tepatnya 15 meter ke timur, terdapat puluhan makam plesteran sederhana dari era kolonial, banyak di antaranya tanpa nama atau nisan, dan dalam keadaan kurang terawat. Namun, ada empat makam yang terlihat bersih dan terawat dengan nama-nama berbahasa Eropa, menunjukkan tahun kematian antara 1843 hingga 1943.
Nanang, seorang tokoh Kampung Mojorejo, mengaku tidak tahu mengenai Mbah Patok. “Kalau sosok dan makam Mbah Patok saya tidak tahu, dengar baru ini. Tapi kalau makam yang disebut makam Belanda memang ada sejak dulu,” katanya, dikutip dari detikJateng (16/04).
Tri Martono, juru kunci TPU Tegal Binangun, menyatakan bahwa tidak ada informasi yang pasti tentang siapa Mbah Patok. Ia berpendapat bahwa makam tersebut mungkin milik penduduk awal yang mendirikan daerah tersebut. “Mbah Patok itu di sini ya dikenal yang mendirikan, menempati awal daerah sini,” ujar Tri, menambahkan bahwa nama tersebut juga tertulis di peta TPU.
Walaupun makam Mbah Patok menjadi yang paling tua di TPU, Tri menegaskan bahwa ada yang pernah mengunjunginya. “Terakhir tahun 2019 ada bunga tabur di atasnya, tapi siapa, orang mana tahu,” tambahnya.
Dari logika yang ada, jika Mbah Patok lebih tua dari makam kolonial yang ada sejak 1843, keberadaan makam ini semakin menyimpan misteri.
Tri juga menyampaikan bahwa beberapa makam Belanda masih terawat, dengan ahli waris yang pernah datang dari Belanda untuk berziarah. Namun, mereka sering datang malam hari, sehingga pihaknya belum berkesempatan untuk berdiskusi mengenai sejarah makam tersebut.
“Mereka datang ke sini malam. Sedangkan kita di sini ada jam kerjanya hanya sampai sore,” imbuhnya.
Warga setempat, Pardi, berusia 79 tahun, juga tidak mengetahui siapa Mbah Patok. “Pun dangu enten tapi mboten ngertos,” ungkapnya, menekankan bahwa meskipun sudah lama ada, tidak ada yang bisa menjelaskan tentang makam tersebut.
Makam Mbah Patok di TPU Tegal Binangun menjadi sebuah simbol misteri yang menyimpan cerita sejarah, meski hingga kini, sosoknya tetap tidak terungkap. Mas dan Mbak Yu, kita diingatkan bahwa setiap tempat menyimpan cerita yang menunggu untuk ditemukan, dan mungkin ada baiknya kita lebih memperhatikan warisan sejarah di sekitar kita.
Foto Dok. Achmad Hussein Syauqi/detikJateng