Jowonews

Mata Air Tuk Dungsono, Jejak Sunan Kalijaga di Gunungkidul

YOGYAKARTA – Di sisi selatan Pulau Jawa, tepatnya di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat sebuah mata air yang menyimpan kisah sejarah yang menarik. Mata Air Tuk Dungsono dipercaya sebagai tempat wudu Sunan Kalijaga, salah satu anggota Wali Songo yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Tanah Jawa.

Mata air ini terletak di Padukuhan Plumbungan, Kalurahan Putat, Patuk, Gunungkidul. Airnya yang bening muncul dari tebing setinggi 2 meter, berseberangan dengan aliran Sungai Kedungsono yang keruh.

Menurut warga setempat, Gunawan, masyarakat percaya bahwa Sunan Kalijaga pernah singgah di mata air ini untuk berwudu. Kepala Dukuh Plumbungan, Sulistyo, juga menceritakan bahwa Sunan Kalijaga dan muridnya mencari air untuk wudu pada musim kemarau.

“Sunan Kalijaga memasukkan jari telunjuknya ke sebuah lubang batu, lalu muncullah mata air tersebut,” ungkap Sulistyo.

Nama Dungsono berasal dari banyaknya pohon sonokeling di sekitar mata air, sementara “kedung” berarti kolam.

Selain sejarahnya yang menarik, Mata Air Tuk Dungsono juga istimewa karena airnya tidak pernah habis, bahkan saat musim kemarau yang panjang.

“Saat gempa Jogja pada 2006, banyak mata air yang mati. Tapi Tuk Dungsono tetap mengalir,” kata Sulistyo.

Tak jauh dari mata air, terdapat Petilasan Mbah Santri, murid Sunan Kalijaga yang dipercaya menyebarkan agama Islam di kawasan tersebut. Di petilasan ini, tongkat dan sorban Mbah Santri dimakamkan.

Mata Air Tuk Dungsono menjadi bukti jejak petualangan Sunan Kalijaga di Gunungkidul. Keistimewaan airnya yang tidak pernah habis menjadi simbol harapan dan kemakmuran bagi masyarakat sekitar.

BACA JUGA  Kisah Panjang Pasar Legi Kotagede: Lebih Tua dari Beringharjo, Lebih Dalam dari Sekadar Pasar

Bagikan:

Google News

Dapatkan kabar terkini dan pengalaman membaca yang berbeda di Google News.

Berita Terkait