Jowonews

Mencicipi Ledre Laweyan, Cemilan dnegan Cita Rasa Kuno yang Terjaga

Ledre Laweyan, kuliner legendaris di Kampung Batik Laweyan, Solo, menawarkan cita rasa otentik yang telah diwariskan sejak zaman dulu.

SURAKARTA – Kampung Batik Laweyan di Solo bukan hanya dikenal sebagai tempat produksi batik, tetapi juga menyimpan kekayaan kuliner yang patut dicoba. Mas dan Mbak Yu, di sini pengunjung bisa menikmati ledre, sebuah kudapan tradisional yang telah dikenal sejak lama dan tercatat dalam Serat Centhini.

Tercantum dalam Serat Centhini

Dalam buku Kuliner Jawa dalam Serat Centhini yang ditulis oleh Wahjudi Pantja Sunjata dkk, disebutkan bahwa ledre intip merupakan salah satu camilan yang telah ada sejak abad ke-19. “Ledre intip sampai sekarang masih dapat ditemukan di daerah Surakarta. Biasanya dijajakan di tepi jalan,” ungkap buku tersebut, dikutip dari Detik Jateng.

Kudapan ini sering disajikan dalam acara-acara penting, seperti pesta pernikahan. Di Kampung Batik Laweyan, ledre ini diolah dengan resep yang masih mempertahankan keaslian bahan-bahan tradisional.

Proses Pembuatan yang Unik

Susilo (47), pemilik warung Ledre Laweyan, mengungkapkan bahwa proses pembuatan ledre ini mengalami modifikasi untuk meningkatkan efisiensi.

“Awalnya, ledre dibuat dari ketan mentah yang dicampur air dan dipanasi, namun cara ini sangat memakan waktu,” jelasnya.

Dengan inovasi yang diperkenalkan oleh ibunya, Sri Martini, kini proses memasak ledre menjadi lebih cepat dan praktis. Selain itu, Susilo menekankan pentingnya menggunakan pisang raja untuk mencapai rasa yang optimal. “Dari segi harga, pisang raja paling mahal,” imbuhnya.

Kini, ledre Laweyan bisa disajikan dalam waktu singkat, menjadikannya pilihan ideal bagi para wisatawan yang ingin merasakan kuliner otentik.

Ledre Sebagai Oleh-oleh Khas Solo

Warung Ledre Laweyan, yang telah berdiri sejak 1984, menjadi salah satu tempat favorit di kalangan pengunjung. Selain penduduk lokal, banyak artis dan influencer yang menjadikan ledre sebagai oleh-oleh khas Solo. Susilo juga mengenang hubungan baik keluarganya dengan Keraton Mangkunegaran, di mana keluarga tersebut sering memesan ledre untuk berbagai acara.

Dari tekstur crispy hingga isi pisang manis, Ledre Laweyan adalah paduan rasa yang wajib dicoba saat berkunjung ke Solo

Dari segi ketahanan, ledre Laweyan juga menawarkan keunggulan. “Suhu normal setelah proses matang bisa bertahan 24 jam. Jika divakum, bisa awet 2-3 hari, bahkan lebih dari sebulan jika dibekukan,” jelasnya.

BACA JUGA  Menyelami Sejarah dan Keunikan Enting-Enting Gepuk Khas Salatiga

Kuliner yang Viral di Media Sosial

Keberadaan media sosial, seperti Instagram dan TikTok, turut berperan dalam meningkatkan popularitas Ledre Laweyan. Sejumlah publik figur, seperti Raffi Ahmad dan Gading Martin, pernah merekomendasikan kuliner ini kepada pengikut mereka.

Salsa, seorang pengunjung dari Jakarta, mengaku tertarik mencoba ledre setelah melihat konten di TikTok. “Wih ada ledre nih, kayaknya kita harus coba deh,” ujarnya antusias.

Dengan segala daya tarik yang dimilikinya, Ledre Laweyan tidak hanya sekadar camilan, tetapi juga bagian penting dari warisan budaya Solo yang patut dilestarikan. Kuliner ini menjadi saksi bisu sejarah dan tradisi yang hidup di tengah masyarakat, menawarkan pengalaman yang lebih dari sekadar cita rasa.

Bagikan:

Google News

Dapatkan kabar terkini dan pengalaman membaca yang berbeda di Google News.

Berita Terkait