WONOGIRI – Ketika berbicara tentang kuliner khas Wonogiri, daftar panjang makanan lezat pasti akan menghiasi daftar tersebut. Namun, di antara sekian banyaknya pilihan, satu hidangan unik berhasil mencuri perhatian, yaitu mie pentil. Nama yang menggelitik ini bukanlah tanpa alasan, karena di balik namanya yang kocak, mie pentil menyimpan cita rasa yang tak kalah menarik. Jika Anda ingin menikmati mie pentil asli, tempat yang tepat untuk mengunjungi adalah Pasar Kota Wonogiri.
Berlokasi sekitar 500 meter di arah Tenggara dari Alun-Alun Giri Krida Bakti, Pasar Kota Wonogiri adalah tempat yang penuh dengan kehidupan, terutama bagi para penikmat kuliner tradisional. Di sana, Anda akan menemukan beragam penjual jajanan khas, dan salah satunya adalah Tumi, seorang penjual mie pentil yang sudah berpengalaman selama satu dekade.
Dengan lapaknya yang terletak di pusat pasar, Tumi telah menjadi bagian dari kehidupan pasar tersebut. Dia menjelaskan bahwa meskipun mie pentil memiliki beberapa nama alternatif seperti mi klolor, mi geol, mi pethel, atau mi glondong, nama aslinya sebenarnya adalah mi tiwul, mengacu pada bahan dasar pembuatannya yang sama dengan tiwul.
Namun, sebutan paling populer “mie pentil” diberikan karena bentuknya yang menyerupai pentil ban dalam sepeda, lengkap dengan warna kuning yang membuatnya semakin menyerupai aslinya.
Tumi mengungkapkan bahwa dia membuat mie pentil ini sendiri dengan cara yang cukup sederhana. Adonan pati kanji yang telah disiapkan cukup digulung dan dipotong-potong setelah diratakan, lalu disajikan dengan aneka pelengkap seperti sayuran pecel dan sambal kacang.
“Ada juga yang hanya ingin membeli mie-nya saja. Biasanya pembeli ramai pada Sabtu dan Minggu, terutama mereka yang turun dari halte Trans Jateng di Terminal Tipe C Wonogiri,” tambah Tumi.
Harga mie pentil dan pecel yang ditawarkan sangat terjangkau, hanya Rp3 ribu per porsi. Selain mie pentil, Tumi juga menyediakan berbagai camilan tradisional lainnya seperti gendar, tiwul, bothok, bongko, lentho, sampai legondo.