BOYOLALI, Jowonews.com – Sejumlah perajin batu bata di Dukuh Ngeringin, Desa Karanggeneng, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, menyebutkan, dampak musim hujan produksinya menurun sekitar 40 persen.
Sri Wahyuningsih (48) salah stau perajin batu bata di Desa Karanggeneng Boyolali, Selasa, mengatakan, dampak musim hujan memang mengganggu produksi batu bata di Karanggeneng Boyolali, terutama saat proses pengeringan yang membutuhkan panas dari sinar matahari.
Menurut Sri Wahyuningsih sejumlah perajin batu bata dampak musim hujan saat ini, dan mereka sebagian besar kekurangan stok, karena permintaan pasar dinilai cukup tinggi.
Pada proses produksi bata batu yang sudah dicetak pada musim panas dalam waktu sehari dijemur langsung kering. Namun, pada musim hujan seperti sekarang butuh waktu sepekan hari untuk mengeringkan batu bata, sehingga mengganggu produksi.
Menurut Sri proses produksi kondisi cuaca pendukung rata-rata mampu membuat sebanyak 500 batu bata per hari. Namun, pada musim penghujan seperti sekarang hanya mampu membuat sebanyak 300 batu bata per hari.
Produksinya pada musim hujan saat ini, tidak berani membuat batu bata dalam jumlah banyak karena resiko kegagalan sangat tinggi. Produksi seperti proses pembakaran batu bata minimal sebanyak 3.000 batu bata.
Harga batu bata setiap 1.000 buah di pasaran Boyolali saat ini, dijual sekitar Rp500 ribu hingga Rp600 ribu. Harga batu bata itu, tidak mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya.
Hartono (31), perajin batu bata lainnya di Boyolali, mengatakan, dampak musim hujan memang membuat produksi batu bata berkurang. Karena sejumlah perajin tidak mau beresiko dengan kondisi cuaca sering mendung akan mengganggu proses pengeringan batu bata.
Hartono mengatakan dengan produksi batu bata menurun tersebut tentunya mengganggu persediaannya. Permintaan batu bata produksinya rata-rata dapat mencapai sebanyak 5.000 buah per hari.
“Namun, saya hanya mampu memenuhi permintaan sebanyak 2.000 batu bata per hari karena sering turun hujan,” katanya. (jwn5/ant)