Jowonews

Logo Jowonews Brown

Para Petani di Kudus Harus Waspadai Tikus

KUDUS, Jowonews.com- Hama tikus mulai menyerang sekitar 3.000 hektar tanaman padi pada musim tanam kedua (MT II) tahun ini, di tiga kecamatan wilayah Kabupaten Kudus. Serangan paling mengkhawatirkan terjadi di kawasan Kecamatan Undaan, disusul Jekulo dan Mejobo.

Jika perburuan tak diintensifkan, serangan tikus ke lahan pertanian akan semakin meluas. Sedang berbagai upaya yang telah dilakukan, hasilnya juga belum maksimal.

Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Kudus, Ir Budi Santoso mengatakan, pemberantasan tikus seharusnya bisa dilakukan secara serempak sehingga binatan pengerat tersebut tak memiliki cukup ruang untuk berpindah tempat. Di Kudus, saat ini terdapat sekitar 16.000 hektar lahan pertanian, baik itu irigasi teknis maupun tadah hujan. Sebagian besar terdapat di wilayah Undaan.

“Di Undaan terdapat sekitar 5.800 hektar lahan pertanian padi, yang terancam hama tikus  lebih sepertiganya atau mencapai 2.000 hektar. Sedang tanaman padi di Kecamatan Jekulo yang terancam rusak sekitar 400 hektar. Ratusan hektar lainnya terdapat di wilayah Kecamatan Mejobo, tetapi tidak terlalu parah, hanya spot- spot. Untuk kawasan Kecamatan Kaliwungu masih aman,” ujarnya, Selasa (7/4).

Pihaknya meminta petani mewaspadai serangan tikus dalam jumlah lebih besar, karena sebagian binatang tersebut saat ini masih berada di lubang persembunyian. Upaya pemberantasan yang mulai dilakukan adalah melalui gropyokan dan menggunakan insektisida. Insektisida didistribusikan ke kelompok tani,  hingga saat ini untuk jenis Sidarat (umpan tikus) sebanyak 69 dos (satu dos 20 kilogram) atau 1.380 kilogram.

Sedang Tiran dan Basmikus (jenis mercon tikus) masing- masing 12.600 batang dan 13.800 batang. Selain hama tikus, hama lain yang juga perlu diwaspadai yaitu keong, penggerek batang dan wereng. Namun pihaknya berharap, serangan hama tersebut tidak terjadi.

BACA JUGA  Terkait Kasus Pengisian Perangkat Daerah, Sejumlah Lokasi di Kudus Digeledah KPK

“Hama tikus memang sangat mengganggu. Beberapa petani di sejumlah desa juga menggunakan media burung hantu. Hasilnya cukup membantu mengurangi populasi hama tikus. Pemberantasan tikus menggunakan burung hantu sedang kami kembangkan,” katanya.

Hama tikus jika tak segera dilakukan dapat menjadi ancaman serius yang dapat merusak tanaman, dan dikhawatirkan mengganggu target produksi pangan tahun 2015.  Produksi beras di Kudus tahun 2015 ini ditarget meningkat sekitar 25 persen, dari 127 ribu ton menjadi 158 ribu ton. Jika produksi tak tercapai, maka dapat mempengaruhi target swasembada pangan 2017.

Koordinator Federasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (FP3A) sistem irigasi Kedungombo, Kaspono mengakui serangan hama tikus semakin merebak. Berbagai upaya terus diintensifkan untuk memberantas tikus tersebut. Untuk perburuan tikus pihaknya mengerahkan “tim ahli” antara lain tim buru sergap tikus (buserti), tim suloh tikus”, tim penggali lubang dan tim strum. Hingga saat ini sudah puluhan ribu tikus dibantai, dengan biaya yang dikeluarkan mencapai puluhan juta.

“Setiap tim antara 10- 15 orang. Satu ekor tikus kami beli antara Rp 500 hingga Rp 3.000, tergantung tingkat kesulitan. Sehari, jumlah tikus yang berhasil ditangkap rata- rata antara 1.500 ekor,” ungkapnya. (JN04)

Simak Informasi lainnya dengan mengikuti Channel Jowonews di Google News

Bagikan berita ini jika menurutmu bermanfaat!

Baca juga berita lainnya...