Jowonews

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM MERDEKA

Oleh: Diah Sapitri

Kurikulum selalu mengalami pergantian karena menyesuaikan kebutuhan dan perkembangan zaman. Pada tahun 2013, terdapat pembaharuan kurikulum dari KTSP menjadi Kurikulum 2013. Hal ini dirasa karena KTSP memang sudah tidak relevan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Karakteristik kurikulum 2013 adalah mengubah metode dari teacher centered learning menjadi student centered learning. Terdapat model-model baru sebagai gebrakan untuk melakukan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Seiring perkembangan zaman, di tahun 2020 pemerintah mulai memperkenalkan adanya Kurikulum Merdeka. Konsep Kurikulum Merdeka tidak jauh dari Kurikulum 2013, yaitu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Kurikulum 2013 sudah dirasa tidak mampu mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan nasional saat ini. Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai karakteristik Kurikulum Merdeka.

Ki Hadjar Dewantara mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah agar anak mampu mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya. Tugas seorang pendidik adalah menuntun anak untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai kodrat alam dan kodrat zaman. Dengan kata lain, seorang pendidik membimbing dan menuntun anak sesuai potensi, minat dan bakat serta kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai keberhasilan dan kebahagiaan (Masitoh & Cahyani, 2020). Pergantian Kurikulum 2013 menuju Kurikulum Merdeka merupakan evaluasi praktisi pendidikan setelah melakukan penerapan. Salah satu alasan mengapa Kurikulum 2013 dapat berganti menjadi Kurikulum Merdeka adalah belum adanya pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu usaha atau proses untuk menyesuaikan sistem pembelajaran di kelas dengan kebutuhan belajar dan kemampuan setiap murid yang berbeda-beda. Dalam prinsip pembelajaran diferensiasi setiap murid memiliki keunikan dan kemampuannya, serta cara yang berbeda-berbeda dalam memahami suatu ilmu atau materi pelajaran. Jadi, Pembelajaran berdiferensiasi merupakan serangkaian kegiatan berupa keputusan yang sesuai akal pikiran (common sense) yang disusun oleh guru dalam rangka melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid, dan berorientasi pada kebutuhan belajar murid. Keputusan tersebut berkaitan dengan hal-hal berikut yaitu: cara menciptakan lingkungan berlajar murid, mendefinisikan tujuan pembelajaran, proses penilaian berkelanjutan sehingga tercipta kelas efektif (Fitra, 2022).

Pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi ditujukan untuk mengakomodasi sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Peserta didik yang memiliki hasil belajar rendah akan diberikan pendampingan secara afirmatif. Sedangkan peserta didik yang memiliki hasil belajar tinggi akan diberikan pengayaan. Konsep pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan Kuirkulum Merdeka karena memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai bakat dan minat yang dimilikinya. Selain itu, pembelajaran berdiferensiasi juga sesuai dengan tujuan sistem pendidikan nasional, yaitu meningkatkan semua potensi yang ada di dalam diri peserta didik untuk mencapai kesejahteraan.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu usaha atau proses untuk menyesuaikan sistem pembelajaran di kelas dengan kebutuhan belajar dan kemampuan setiap murid yang berbeda-beda. Konsep pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan Kuirkulum Merdeka karena memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai bakat dan minat yang dimilikinya. Selain itu, pembelajaran berdiferensiasi juga sesuai dengan tujuan sistem pendidikan nasional, yaitu meningkatkan semua potensi yang ada di dalam diri peserta didik untuk mencapai kesejahteraan.

Referensi

Fitra, D. K., (2022). Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Perspektif Progresivisme padaa Mata Pembelajaran IPA. Jurnal Filsafat Indonesia. Vol 5 (3): 250-258.

Masitoh, S., & Cahyani, F. (2020). “Penerapan Sistem Among Dalam Proses Pendidikan Suatu Upaya Mengembangkan Kompetensi Guru.” Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol 8(1), 122. https://doi.org/10.31800/jtp.kw.v8n1.p122–141.

Bagikan:

Google News

Dapatkan kabar terkini dan pengalaman membaca yang berbeda di Google News.

Berita Terkait