Jowonews

Logo Jowonews Brown

PEMBENTUKAN KARAKTER GOTONG ROYONG MELALUI PEMAINAN ENGRANG PADA ERA PEMBELAJARAN 4.0 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Oleh: Novi Andiani

Permainan tradisional dapat menginspirasi siswa untuk membangun kepercayaan dan kerjasama antar teman. Selain itu, peserta didik akan mengetahui bagaimana menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga dapat berkomunikasi secara positif dan mengendalikan emosinya sendiri, mengembangkan empati dan menghargai orang lain. Di Indonesia sendiri, setiap daerah memiliki permainan tradisionalnya masing-masing, namun banyak permainan yang sudah tidak digunakan lagi dan tidak dimainkan lagi (Sibarani, Dina F, 2018)

Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Ini mencakup banyak aspek kehidupan seperti hukum, iman, seni, kebiasaan atau adat, moral, etika dan juga keterampilan. Kehadirannya dapat mempengaruhi pengetahuan, ide dan gagasan, meskipun budaya bersifat abstrak. Budaya merupakan manifestasi dari cara berpikir, sehingga menurutnya model budaya itu baikluas karena semua perilaku dan tindakan, termasuk emosi karena perasaan juga merupakan tujuan berpikir menurut Alisyahbana dalam (Widyosiswoyo, 2004).

Pendidikan merupakan kunci kemajuan dan keberhasilan suatu bangsa di masa depan. Dengan sistem pendidikan yang baik, maka mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui sumber daya yang berkualitas. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 UU No. Pasal 20 Sisdiknas Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mewujudkan potensi kekuatan spiritual keagamaan, disiplin diri, kepribadian, kecerdasan serta mengembangkan akhlak dan kemampuan yang mulia.

Engrang merupakan permainan tradisional yang dikenal dan dikenal di seluruh nusantara. Engrang merupakan salah satu permainan yang sangat terkenal dan sering dimainkan oleh masyarakat Banten. Memainkan permainan ini membutuhkan keseimbangan tubuh dan keterampilan. Kaki kayunya terdiri dari dua batang bambu atau kayu dengan panjang sekitar 2,5 meter. Pemain berdiri di atasnya untuk menjaga keseimbangan agar tidak jatuh. Pemain yang mencapai garis finis pertama kali tanpa terjatuh adalah pemenangnya (Murtafiatun, 2018).

Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan kosong atau lapangan luas. Ini banyak digunakan dan dimainkan oleh banyak anak. Biasanya permainan Engrang ini merupakan perlombaan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk memperingati suatu hari besar seperti Hari Kemerdekaan atau hari besar lainnya. Aturan mainnya adalah pemenangnya adalah orang yang mencapai garis finis terlebih dahulu tanpa terjatuh, atau biasanya para pemain muda bermain sedemikian rupa sehingga bisa menjatuhkan lawannya dulu baru dia menang (Afrinel Okwita, Siska Permata Sari, 2019).

Berbicara tentang permainan tradisional bersifat edukatif dimana menyimpan unsur pendidikan di dalamnya. Dimana banyak sekali yang mampu dikembangkan melalui permainan tradisional ini. Salah satunya ialah karakter. Dalam hal ini sangat diperlukannya pendidikan karakter bagi siswa. Sekolah merupakan sarana social yang memiliki banyak sekali peranan dan fungsi. Salah satunya dengan membimbing, memperkenalkan, serta memahami peserta didik dalam berkehidupan di lingkungan sekitar mereka. Dalam membentuk karakter di sekolah ini bukan hanya sebagai pembelajaran atau pengetahuan tetapi juga melalui penerapan serta pengimplementasian nilai-nilai kehidupan. Ada banyak sekali berbagai macam karakter yang harus dipelajari dan dikembangkan oleh siswa. Salah satunya adalah karakter dalam menghargai prestasi siswa.

Perilaku menghargai prestasi adalah satu dari sekian banyak karakter baik dalam pribadi peserta didik yang harus ditumbuhkembangkan. Karakter ini mengharuskan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa. Selain itu dapat memotivasi peserta didik agar terdorong kesadarannya untuk belajar dengan rajin, ulet, tekun, serta memiliki jiwa kompetitif untuk selalu berusaha dan meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan agar mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi, mampu menerapkan keahlian yang dimiliki di kehidupan masa depannya kelak. Guru diharapkan mampu untuk memberi peluang serta kesematan kepada peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya. Seperti contoh, guru memberikan penghargaan atau reward kecil bagi peserta didik yang mampu berada di peringkat atas diantara teman-temannya. Dari hal tersebut munculah dorongan bagi siswa agar mereka senantiasa meningkatkan prestasi mereka dan mengembangkan kemampuan satu sama lain (Rianawati, 2014)

Metode pembelajaran memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, karena salah satu ahli Kitson & Haevey menemukan bahwa proses pembelajaran berperan penting dalam membantu siswa menerjemahkan materi yang diberikan oleh guru. Penerapan metode pembelajaran yang efektif menciptakan lingkungan belajar yang dapat mengembangkan potensi dan keterampilan siswa. Oleh karena itu, guru juga harus menyiapkan konsep pembelajaran yaitu, konsep belajar mengajar kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep pembelajaran yang dapat membantu guru menghubungkan materi yang diajarkan dengan keadaan nyata siswa, dan mendorong siswa untuk membangun koneksi antara siswa mereka pengetahuan mereka dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat (Nurhadi, 2002). Jadi, melalui pembelajaran kontekstual, mengajar bukan tentang mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa dengan menghafal berbagai konsep yang tampaknya terlepas dari kehidupan nyata, tetapi lebih pada membantu siswa mengembangkan kecakapan hidup untuk menemukan (keterampilan di sebelah kiri). ) dari apa yang mereka pelajari. Dengan demikian pembelajaran lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat (tidak dekat secara fisik), tetapi secara fungsional di sekolah siswa selalu bersinggungan dengan masalah-masalah kehidupan yang timbul di lingkungan (keluarga dan masyarakat).

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman yang bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian pembelajaran tidak sekadar  dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.

Oleh sebab itu melalui model pembelajaran kontekstual mengajar bukan mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan bisa hidup (life skil) dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat (bukan dekat dari segi fisik). Akan tetapi, secara fungsional apa yang dipelajari di sekolah senantiasa bersentuhan dengan situasi dan permasalahan kehidupan yang terjadi di lingkungannya (keluarga dan masyarakat).

Secara lebih terurai diungkapkan oleh Reigeluth (dikasih tahun sama halaman), bahwa fungsi dan peran desain pembelajaran yaitu, 1) Desain instructional menentukan metode bagian dari pengembangan instructional, 2) Desain instructional menentukan prosedur untuk implementasi instruksional, 3) Desain instruksional menetapkan prosedur untuk manajemen instruksional, 4) Desain pembelajaran mengidentifikasi dan memperbaiki kelemahan sebagai bagian evaluasi.

Berdasarkan uraian singkat konsep desaian diatas, maka desaian pembelajaran memiliki sifat keluwesan (fleksibel), tidak kaku dalam satu model tertentu saja. Format desain bisa dikembangkan dalam bentuk yang bervariasi tergantung pada tujuan model dan model pembelajaran bagaimana yang akan dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Dari inovasi, kini ditemukan berbagai jenis model pembelajaran seperti model.

Mengacu pada pemaparan di atas. Sehingga dapat dikatakan banyak aspek dan pilihan metode pembelajaran yang akan digunakan. Salah satu pilihan yang tersedia adalah dengan menggunakan permainan tradisional. Permainan tradisional memiliki nilai atau sifat persahabatan karena sifat persahabatan itu penting di era 4.0. Metode pembelajaran di tengah arus globalisasi yang selalu bergerak mengikuti zaman menjadikan lingkungan belajar tradisional agar tidak terancam punah oleh derasnya arus globalisasi. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan memasukkan kearifan lokal, memfasilitasi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi siswa.

Simak Informasi lainnya dengan mengikuti Channel Jowonews di Google News

Bagikan berita ini jika menurutmu bermanfaat!

Baca juga berita lainnya...