Jowonews

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KURIKULUM MERDEKA

Oleh Misbakhul Munir, S.Pd

Menurut Elkind (2004) Pendidikan karakter adalah segala bentuk sikap atau tindakan yang dilakukan oleh guru, yang mana tindakan tersebut dapat mempengaruhi karakter peserta didik. Pendidikan karakter sekarang ini semakin disadari pentingnya bagi pertumbuhan sumberdaya manusia. Secara teoretis, sudah cukup banyak studi yang menunjukkan pentingnya pendidikan karakter dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan studi yang dilakukan Marvin Berkowitz dan Melinda C Bier (2005) dari University of Missouri Saint Louis, Amerika, menunjukkan sekolah – sekolah yang menerapkan pendidikan karakter secara komprehensif mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan motivasi peserta didik dalam meraih prestasi akademik serta penurunan yang signifikan pada perilaku negatif yang menghambat keberhasilan akademik.

Guru dalam membantu membentuk karakter peserta didik dapat dilakukan dalam keteladanan perilaku, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Untuk itu dalam mewujudkan pendidikan berkarakter maka diperlukan penerapan Kurikulum Merdeka yang sesuai dengan Kepmendikbudristek No. 56 Tahun 2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran (setelah pandemi). Satuan Pendidikan perlu mengembangkan kurikulum dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik yang tujuannya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila sesuai dengan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 mengenai Profil Pelajar Pancasila. 

Merdeka belajar merupakan sebuah gagasan yang membebaskan para guru dan peserta didik dalam menentukan sistem pembelajaran. Merdeka belajar juga menekankan pada aspek pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Dalam (kemendikbud) kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan dalam memilih berbagai perangkat atau modul ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat setiap peserta didik. Dari penjelasan diatas mengenai konsep merdeka adalah kebebasan dalam proses pembelajaran yangg mana seorang guru dan peserta didik memiliki ruang yang sangat lebar dalam proses pembelajaran. Disamping itu kurikulum merdeka menekankan Pendidikan Karakter yang dapat dimaknai sebagai suatu proses internalisasi sifat-sifat utama yang menjadi ciri khusus dalam suatu masyarakat ke dalam diri peserta didik sehingga dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa sesuai dengan nilai-nilai budaya masyarakat setempat.

Kurikulum merdeka memberikan potensi dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Dalam buku projek penuatan profil pelajar pancasila, pelajar Pancasila adalah karakter dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu peserta didik melalui budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler. Kurikulum merdeka juga dirancang untuk membentuk karakter yang mana disebut profil pelajar pancasila, dalam pengbentuka profil pelajar Pacasila menurut penjelasan diatas dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya melalui budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler dengan output sikap bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Kendala dalam implementasi kurikulum merdeka antara lain belum dipahaminya esensi “merdeka belajar”, sulitnya menghilangkan kebiasaan lama yakni masih mendominasinya metode ceramah, kesulitan dalam pembuatan modul ajar dan ketidaksesuaian platform belajar dengan apa yang ada di dalamnya serta guru mengalami kesuitan dalam pembuatan assesmen. Dalam artikel ini penulis hanya fokus dalam kesulitan implementasi kurikulum merdeka. Kurikulum yang dirasa baru pasti memui polemik dikalangan guru, maka dari itu pemerintah harus menggalakkan pelatihan-pelatihan yang intens kepada seluruh guru sehingga penerapan kurikulum merdeka yang diharapkan bisa terlaksana dengan baik. Terkendala pengimplementasian kurikulum bisa mengakibatkan karakter yang akan ditanamkan akan terabaikan. Akibatnya pendidikan akan berjalan monoton tanpa mencapai tujuan pendidikan dan karakter yang akan ditanamkan hanya angan-angan semata.

Daftar Rujukan

Al Kahar, Aris Armeth Daud. 2021. Pendidikan Karakter Multidimensi Sebagai Aplikasi Konsep Merdeka Belajar Dalam Menyambut Bonus Demografi. An-Nur: Jurnal Studi Islam Vol. 13 No. 1 (January – June 2021) P-ISSN 1829-8753 – E-ISSN 2502-0587 di Unduh pada 15 Januari 2023 Pukul 09.00.

David Elkind & Freddy Sweet (2004). How to do character education. (http://www.goodcharacter.com/Article_4.html) (Diunduh 15 Januari 2023)

Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 Pasal 2 Ayat 1. 2016. Kompetensi Inti pada Kurikulum 2013. Kemedikbud: Jakarta.

Rau, Deissy Wenda. Dkk. 2022. Penerapan Kurikulum Merdeka Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Yang Berorientasi. Jurnal Fakultas Ekonomi Vol 11 No 4, Oktober,2022 di Unduh pada 15 Januari 2023 Pukul 09.05.

Susilowati, Evi. 2022. Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar dalam Pembentukan Karakter Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Al Maskawaih juornal of science Volume I Nomor 1, Juli 2022 di Unduh pada 15 Januari 2023 Pukul 09.10.

Bagikan:

Google News

Dapatkan kabar terkini dan pengalaman membaca yang berbeda di Google News.

Berita Terkait