KUDUS, Jowonews.com — Perajin pisau di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, membutuhkan inovasi dan dukungan peralatan agar bisa bersaing dengan produk serupa dari Tongkok yang saat ini mulai membanjiri pasaran.
Perajin pisau di Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus, Sahri Baedlowi di Kudus, Kamis (27/7), mengakui, produk pisau lokal saat ini mulai mengalami penurunan permintaan, mengingat banyaknya pisau dari Tiongkok beredar di pasaran.
Ia mengakui, harga jualnya produk pisau dari Tiongkok tersebut jauh lebih mahal dibandingkan dengan pisau lokal yang kualitas ketajamannya jauh lebih baik.
Hal itu, kata dia, disebabkan karena kemasan pisau dari China tersebut jauh lebih bagus, namun dari sisi kualitas ketajaman memang masih rendah karena tidak bisa dipakai berulang-ulang.
Pisau lokal, kata Sahri, bisa diasah kembali, sehingga bisa dipakai berulang-ulang, sedangkan pisau dari China tidak bisa diasah kembali.
Meskipun demikian, kata dia, daya tariknya cukup tinggi karena pilihannya banyak dan kemasannya juga jauh lebih menarik dibandingkan produk pisau lokal.
Agar bisa bersaing dengan produk asing, kata dia, dirinya perlu berinovasi cara membuat gagang pisau dari bahan plastik, seperti halnya produk pisau dari China.
“Kami sedang menjajaki kerja sama dengan salah satu universitas terkemuka di eks-Keresidenan Pati, terkait kemungkinan menciptakan alat untuk membuat gagang pisau dari bahan teflon maupun fiberglass,” ujarnya.
Selama ini, lanjut dia, perajin pisau lokal hanya mengandalkan bahan baku, sehingga penampilannya kurang bagus dan kalah bersaing dengan pisau buatan China yang menawarkan pisau dengan aneka macam.
Upaya lain agar bisa bersaing dengan produk asing, kata dia, perajin pisau dari Bareng juga sedang menjajaki kerja sama dengan universitas lain dalam hal membuat pisau dari bahan baja, sehingga harga jualnya juga bisa bersaing dengan produk asing. (jwn5/ant)