
Semarang, Jowonews.com—Kekerasan terhadap wartawan yang dilakukan polisi di Makassar mengundang keprihatinan wartawan Semarang. Mereka berunjuk rasa di patung kuda Jalan Pahlawan Semarang, Jumat (14/11). Mereka meneriakkan bahwa wartawan adalah kawan, bulan lawan.
Puluhan wartawan dari media cetak, elektronik dan online ini mengecam kekerasan yang dilakukan polisi kepada wartawan saat meliput unjuk rasa warga Makassar menolak kenaikan BBM, Kamis (13/11). Mereka menuntut polisi mengusut tuntas kasus ini.
Koordinator Aksi, Ahmad Antoni, wartawan Koran Sindo mengatakan aksi menjadi bentuk perhatian wartawan Semarang pada kasus kekerasan ini. “Kami rekan-rekan jurnalis menentang aksi kekerasan. Profesi kita harus dihormati. Polisi harus mengusut tuntas kekerasan yang terjadi di Makassar,” kata Antoni.
Para wartawan membawa tulisan-tulisan ‘save journalist’, ‘polisi ojo jotosi wartawan’, dan ‘usut tuntas pelaku kekerasan’. Mereka juga melakukan aksi teatrikal yang menggambarkan bagaimana kejadian jurnalis Makassar dipukul dan ditendang.
Wartawan Kompas TV, YB Roy Pancaputra dalam orasinya meneriakkan bahwa jurnalis adalah kawan polisi. “Insan pers bukan pengacau, mengapa kita dianiaya. Pers adalah sahabat kita bersama,” teriak Roy.
Kekerasan pada jurnalis menjadi bentuk kemunduran. Fotografer senior, Arif Slamet dalam orasinya meneriakkan, bahwa bekerja dilindungi undang-undang. Namun justru dianiaya aparat penegak hukum yang semestinya melindungi warganya.
“Seharusnya polisi bisa menahan diri dan bisa membedakan mana yang seharusnya diamankan dan dilindungi. Meski polisi sudah meminta maaf, bukan berati kasus selesai. Kita harus mengusut siapa yang melakukannya,” ujar Arif. (JN01)